Chapter 5; -Karena Putry-

163 12 5
                                    

Gavy melangkahkan kakinya di koridor sekolah yang masih sepi. Terlalu pagi bagi seorang Gavy yang biasa dateng ke sekolah dengan waktu mepet saat bel masuk sekolah.

Pagi-pagi sekali, Gavy sudah berangkat dari rumahnya. Ia sengaja, agar tidak bertemu Adri di depan rumahnya.

Semalaman, Gavy mengabaikan semua pesan dan panggilan dari Adri. Tekadnya untuk menjauh dari Adri sepertinya sudah bulat. Meski berbanding terbalik dengan suara hatinya.

Semuanya, karena Putry.

Dering telepon dari ponsel Gavy berbunyi, membuat Gavy yang sedang bengong tersentak kaget. Gavy mengambil ponsel yang berada di sakunya, dan melihat pada layar ponselnya siapa yang menelpon.

Adriell calling...

Gavy dengan cepat menekan tombol merah pada ponselnya, tanda bahwa ia mengabaikan telepon dari Adri. Gavy segera mematikan ponselnya, karena tahu bahwa akan ada panggilan-panggilan berikutnya dari Adri.

Sesampainya Gavy di kelas, hanya ada Bryan, siswa kutu buku yang selalu datang pertama di kelas XI APH 1. Bryan yang tadinya sedang membaca buku, menoleh begitu merasa ada seseorang yang datang. Lalu mengernyit heran saat mengetahui bahwa Gavy yang datang pagi-pagi begini.

"Tumben lo, Vy dateng pagi. Biasanya bel masuk baru dateng," tegur Bryan.

Gavy sepertinya tidak sadar akan teguran dari Bryan, ia melangkahkan kakinya menuju mejanya di deretan nomor dua dari belakang.

Tatapan matanya kosong, pikirannya tak menentu, otak dan hatinya mungkin kini tengah berperang menentukan langkah mana yang harus Gavy pilih.

Otaknya menyuruhnya untuk menjauhi Adri, tetapi hatinya berbanding terbalik dengan perintah otaknya.

Gavy menghela nafas, kemudian menelungkupkan wajahnya di atas meja.

Semuanya, karena Putry.

***

Adri berdecak kesal menatap layar ponselnya, berkali-kali ia menelepon Gavy tetapi nomornya tidak aktif. Tadi, ia sudah berada di rumah Gavy kemudian Dhea mengatakan bahwa Gavy sudah berangkat pagi-pagi sekali.

Dan di sinilah Adri. Di depan komplek perumahan rumah Gavy. Adri merasa bahwa ada yang aneh dengan sikap Gavy.

Kemarin, Gavy menolaknya saat di ajak pulang bareng. Semalam, semua pesan, line, telepon dari Adri di abaikan. Kemudian pagi ini, Gavy sudah berangkat pagi-pagi sekali.

Dan, kenapa Adri berfikir bahwa Gavy seperti ... menghindarinya?

Akhirnya Adri memutuskan segera melanjtkan perjalanannya ke sekolah dan akan menanyakan hal ini pada Gavy.

Sesampainya di parkiran sekolah, Adri berniat menghampiri Gavy ke kelasnya namun saat melihat Dara sedang berjalan ke arahnya di urungkan niatnya.

Dara menghampiri Adri di parkiran seraya memberikan selembaran kertas yang ada di tangannya. "Nih, jadwal buat lomba pas maulid nabi nanti." Ujar Dara

Adri baru ingat bahwa Dara merupakan pengurus kegiatan ekstrakulikuler rohis di sekolahnya. Pantas saja, Dara yang menyebarkan jadwalnya.

"Kenapa ngasih ke gue?" Tanya Adri heran.

"Lo kelas XI APH 3 kan? Nanti kasih tau ke ketua kelas lo kalo tiap-tiap kelas harus ada perwakilan buat maju lomba. Nama-namanya tulis di belakang kertas ini. Kalo udah, bisa langsung kasih gue," jelas Dara.

Adri langsung mengambil selembaran kertas yang Dara berikan dan mengacuhkan perkataan Dara.

Berlama-lama berhadapan dengan mantan kekasihnya ini membuat rasa sakit sekaligus benci yang ada di dalam hati Adri kembali menderanya.

Our FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang