30. Bukan Jodoh?

3K 262 114
                                    

Part ini lebih panjang dari biasanya loh🥲
Happy reading👍
_______________

Usai Naya selesai urusannya dengan umi, Naya hendak segera pergi kembali ke asrama. Melewati dapur, Naya berharap tidak bertemu dengan seorang yang saat ini Naya hindari. Dan Naya bisa bernapas lega, ketika Naya melewati dapur dan hanya menemukan Mbak Ghina disana.

"Naya!" Sapa Mbak Ghina ramah seperti biasa.

Naya tersenyum, "Dalem, Mbak."

Mbak Ghina tersenyum jahil, "Sepertinya progresnya lumayan cepet, nih."

"Progres apa sih, Mbak?"

"Halah kamu itu pura-pura tidak tahu saja. Sudah direstui Abi umi, berarti cuma tinggal menentukan tanggal untuk akadnya saja dong?" Kata Mbak Ghina sambil menarik turunkan alisnya

Naya tersenyum tipis, baru hendak berbicara lagi namun kebetulan mendengar suara pintu yang dibuka.

Naya menelan ludah ketika melihat yang membuka pintu kamar mandi itu adalah Mbak Aula. Melihat Naya, Mbak Aula tersenyum manis penuh arti lalu segera menghampiri.

"Sudah selesai ya, Nay?" Tanya Mbak Aula sambil membenarkan jilbabnya yang agak berantakan.

Naya mengulum bibirnya sebentar sebelum akhirnya menjawab, "Sudah, Mbak. Ini mau langsung kembali ke asrama." Ucap Naya sambil berusaha tetap tersenyum.

"Ih, jangan dulu dong! Sudah lama loh kamu nggak nginap di ndalem bareng Mbak Aula sama Mbak Ghina. Malam ini tidur disini lah! Iya nggak, Ghina?" Ucap Mbak Aula manis sekali.

Mbak Ghina yang ditanya seperti itu langsung mengangguk, "Iya. Kamu nggak kangen apa sama aku, Nay? Udah lama loh kita nggak cerita panjang lebar lagi."

Naya mengangkat alis, "Kangen sama Mbak Ghina? Enggak dulu deh."

Mbak Ghina berdecak kecil, "Ah, kamu mah!"

Naya tertawa kecil. Sedangkan Mbak Aula ikut tersenyum tipis. "Nay, aku ke gazebo dulu. Nanti kamu nyusul, ya." Ucap tiba-tiba Mbak Aula tanpa menunggu persetujuan Naya.

Mbak Ghina mengernyit, "Mau apa sih, Mbak? Aku enggak diajak nih?"

Mbak Aula menepuk pelan pundak Mbak Ghina sambil masih memperhatikan senyum manisnya, "Rahasia. Kamu enggak boleh tau." Kalau Naya boleh jujur, Mbak Aula itu memang cantik sekali. Naya sebagai perempuan juga mengakuinya. Bagaimana tidak? Wajahnya yang putih bersih, ditambah  senyum manis yang selalu menghiasinya berhasil menghipnotis siapapun yang melihatnya. Apalagi mengingat Mbak Aula yang memiliki kecerdasan lebih, siapa yang tidak melirik Mbak Aula?

Mbak Ghina memasang wajah cemberut dan merajuk, "Kalian kenapa sekarang main rahasia-rahasiaan si? Jahat banget asli!"

Mbak Aula tertawa kecil, "Santai, Ghin. Bukan masalah serius kok." Kata Mbak Aula lalu sedetik kemudian beralih pada Naya, "Mbak ke sana dulu. Mbak tunggu ya, cantik."

Usai kepergian Mbak Aula, Mbak Ghina lebih mendekat ke Naya, "Ada apa sih kalian?" Tanya Mbak Ghina sambil mengerutkan alisnya.

Naya hanya mengedikkan bahu, "Rahasia." Jawab Naya sambil tersenyum, sama sekali tidak mengobati keingintahuan Mbak Ghina.

Sebelum Mbak Ghina memaksanya menjawab dengan benar, Naya buru-buru pergi. Sungguh Naya sangat mengantuk, Naya ingin cepat-cepat menyelesaikan urusannya dengan Mbak Aula. Urusan yang entah Naya sendiri tak tau. Ah, Naya tidak mau berprasangka buruk dulu. Barangkali Mbak Aula mengajak Naya bertemu karena mau meminta maaf kan?

"Sini, Nay." Panggil Mbak Aula setelah melihat Naya yang berjalan dengan sedikit melamun.

Naya tersenyum, dan segera mendekati Mbak Aula yang duduk di gazebo dengan mengayun-ayunkan kakinya.

Mahkota Ainayya (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang