8. Training Jadi Istri

3.6K 171 11
                                    

Mau tanya sama yang anak pondok. Ada yang sudah aktif pondoknya? Kalau belum, spill dong kalian mau berangkat pondok kapan?

*******

مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ تَكَفَّلَ اللَّهُ بِرِزْقِهِ

Artinya: "Sesungguhnya Allah SWT menjamin penuntut ilmu akan rezekinya."
.
.
.

Ba'da subuh, Naya melakukan rutinitas yang harus dikerjakan selama mengganti Mba Aula. Memasak. Salah satu pekerjaan yang merupakan hobinya. Sejak kecil karena dituntut oleh keadaan, Naya sudah terbiasa masak memasak. Maka jangan heran kalau sekarang Naya sudah sangat lihai menciptakan makanan yang selalu memanjakan lidah penikmatnya.

Ditengah kegiatannya memasak, Gus Rayyan datang -- mungkin baru selesai wiridannya. "Nay, tolong buatkan kopi. Yang seperti kemarin."

Naya mengangguk, "Nggih, Gus."

"Saya tunggu di halaman belakang."

Setelah mendapat anggukan dari Naya, Gus Rayyan segera pergi. Naya segera meninggalkan pekerjaannya memotong sayur. Gadis itu sigap mengambil panci untuk memasak air dan kopi.

"Biar cepat itu udah ada air panas di tremos, Nay. Pakai air itu aja. Daripada masak air lagi, takut kelamaan." Kata Mba Ghina membuat Naya menoleh dan menggeleng, "Nggak, Mba. Gus Rayyan mboten ngersaaken kopi dengan penyeduhan seperti itu. Ada tata caranya sendiri."

Mba Ghina mengerutkan kening tak paham. Namun kemudian kerutan keningnya Mba Ghina semakin dalam ketika Naya memasukkan kopi ke rebusan air yang hanya secangkir. Prosesnya hampir sama seperti kita memasak agar-agar.

Setelah beberapa saat, Mba Ghina tersenyum jahil, "Masyaallah, ini mba jadi semakin yakin, Nay."

"Yakin apa mba?" tanya Naya sambil tangannya mengaduk kopi.

"Yakin Gus Rayyan bener-bener ada something sama kamu."

Naya mengangkat alisnya sebelah, "Kok?"

Melihat respon Naya, Mba Ghina dibuat gregetan, "Yaallah, Nay. Kamu itu emang kelewat polos ya. Tau nggak sih, Nay. Selama seminggu lebih Gus Ray disini, belum pernah tuh Mba Ghina ataupun Mba Aula disuruh bikinin kopi. Gus Ray selalu buat sendiri. Lah ini kamu, baru berapa hari disini aja, Gus Ray sudah minta dibuatkan kopi sama kamu. Ngasih resepnya lagi."

Lagi-lagi Naya mengedikkan bahu, "Itu karena kemarin waktu Naya ditimbali abi, Naya disuruh buatkan teh sama abi. Kebetulan pas itu abi lagi ngobrol berdua sama Gus Rayyan. Jadi nggih abi sekalian menawarkan Gus Rayyan ingin minum apa. Terus Gus Rayyan ternyata ngersaaken kopi. Jadi ya Gus Rayyan sekalian ngasih tau resep kopi ala Gus Rayyan."

"Ih, Naya. Tak bilangin kok nggak percaya. Lihat aja nanti ada kejutan apa lagi."

Naya geleng-geleng kepala namun kemudian segera pamit, "Mba Ghina, Naya mau ngantarkan kopinya dulu, ya."

"Kamu sadar nggak sih, Nay. Kamu itu lagi di training sama Gus Rayyan sebenarnya."

"Training apa?"

"Training jadi istrinya." Tawa Mba Ghina pecah, tapi Naya tak mau menanggapi dulu. Daripada meladeni Mba Ghina yang takkan selesai, Naya memilih mengantarkan kopi dulu, takut sudah ditunggu. Biar Mba Ghina ia urus setelah ini.

***
Menjelang Maghrib, Naya menyempatkan diri pulang asrama. Langit Sudah segelap itu namun dirinya belum mandi. Pagi tadi, umi mengajak Naya dan Mba Ghina menjenguk Mba Aula di rumahnya sekalian bertandang mengunjungi Ning Fila -- adiknya Gus Rayyan, anak ke dua Abi dan umi yang sedang menempuh sekolah menengah atas di pesantren Fathul Huda yang ada di Kota Surakarta. Maka dari itu mereka baru pulang, bahkan Naya belum sempat sekadar meluruskan badan alias istirahat sejenak.

Mahkota Ainayya (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang