33. Antara Naya, Gus Fawwaz, dan Bu Nyai Salamah

2.6K 235 72
                                    

Kalian baca ini jam berapa guys???😂
Okey, maaf ya. Mungkin ini up nya telat dikit dari yang dijanjikan. Tapi enggak ada 25 menit kok telatnya🤌🙏

Jadi mohon di maafkan ya, temen-temen ku🫰🤍🤍

Ini update jam 00.23 guys😥

Tandai kalau ada typo. Karena authornya belum baca ulang lagi
___________

Setelah tadi Naya diajak bersilaturrahim ke pesantren milik teman dekat Bu Nyai Salamah yang ada di kota ini, maka sekarang mobil berhenti di depan salah satu restoran yang sedang booming-boomingnya saat ini di kota ini.

Setelah mobil berhenti, Bu Nyai Salamah segera berucap, “Kalian kesini berdua aja dulu, ya. Ibu mau ketemu temen ibu lagi. Enggak jauh dari sini kok. Nanti ibu nyusul kalian kalau ibu udah selesai.”

Naya segera melihat ke arah Gus Fawwaz. Namun ekspresi Gus Fawwaz tidak menunjukkan keterkejutannya sama sekali. Mungkin Gus Fawwaz sudah mengetahui lebih dulu tentang niat ibu nya tersebut.

Lalu setelah itu, Gus Fawwaz turun dari mobil diikuti Bu Nyai Salamah dan Naya yang menyusul keluar.

Have fun ya, kalian. Ngobrol-ngobrol apa gitu. Ibu perginya enggak akan lama kok. Insyaallah.”

Gus Fawwaz mengangguk, “Iya, Bu. Hati-hati. Beneran enggak mau Fawwaz anterin dulu ke tempat janjiannya ibu dan temen ibu?” Tanya Gus Fawwaz.

Bu Nyai Salamah menggeleng, “Enggak papa. Ibu udah biasa nyetir sendiri kok. Lagian enggak jauh juga. Cuma di depan sana doang.”

Lalu setelah mobil melaju kembali di bawa Bu Nyai Salamah, Gus Fawwaz memandang Naya sebentar. “Ayo, Nay.” Kata Gus Fawwaz lalu segera memimpin jalan memasuki restoran sementara Naya mengikutinya di belakang.

Setelah mereka duduk di satu meja dan memesan makanan dan minuman, beberapa menit -- hampir seperempat jam berlalu hanya dengan keheningan. Mereka menikmati makanan hanya dengan keheningan.

Gus Fawwaz yang terlihat acuh tak acuh dengan makan sambil memainkan ponselnya, sementara Naya yang tak membawa ponsel hanya bisa menikmati makanannya dengan sesekali melihat lalu lalang pelayan yang sibuk mengantarkan makanan atau membereskan meja. Atau melihat muda mudi yang sibuk menciptakan tawa dengan teman-temannya, atau sepasang laki-laki dan perempuan remaja yang tengah duduk di pojokan sedang berswa foto bersama. Terlihat seperti sepasang kekasih yang cocok sekali. Tampan dan cantik.

“Ehem.” Gus Fawwaz mencoba berdehem untuk memulai pembicaraan mereka. Gus Fawwaz yakin, kalau dirinya tidak memulai, maka sampai Bu Nyai Salamah kembali pun tidak akan ada obrolan yang tercipta.

“Nay,” Panggil Gus Fawwaz. Ah, Gus Fawwaz merutuki dirinya sendiri yang mendadak keahliannya yang cepat welcome dengan orang baru ternyata tak berlaku ketika dirinya bertemu dengan Ainayya.

Sementara Naya yang sadar telah melamun karena mengurusi urusan orang lain, segera beristighfar dalam hati. "Nggih, Gus.” Jawab Naya sedikit tergagap.

“Kamu suka Gus Maqil enggak?” Tembak Gus Fawwaz memilih langsung ke inti pembicaraan dibandingkan Gus Fawwaz harus terjebak di suasana yang sangat awkward.

Sementara Naya yang mendapat pertanyaan tak terduga seperti itu mengerjap.

“Emm, maksud saya begini. Kamu pasti sudah tahu kan, kalau baik Gus Maqil, umi, maupun Abi sangat mengharapkan kamu. Kamu tidak akan menolak mereka kan?”

Naya meringis, “Gimana ya, Gus? Naya bingung harus jawab gimana.”

Gus Fawwaz yang memahami kegundahan Naya akhirnya menjawab, “Jangan merasa tidak pantas karena mereka adalah gurumu. Justru karena mereka gurumu, mereka sangat tau seperti apa kamu. Mereka percaya kamu, lalu kenapa kamu tidak bisa percaya dengan dirimu sendiri?”

Mahkota Ainayya (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang