chapter 39

95 7 1
                                    

Sebenernya hari ini hanyalah pagi pada umumnya tidak ada yang menarik. Seharusnya begitu, tapi BoBoiBoy malah mendapatkan pandangan luar biasa akan sesuatu didepan nya.

Liya tengah berlari pagi di taman, hanya menggunakan tanktop hitam serta celana dengan warna senada. Kecantikannya membuat BoBoiBoy terpana, di tangan nya ada sebotol air.

"Botol airnya" ucap BoBoiBoy.

"Terimakasih" Balas liya mengambil.

Tangannya memutar tutup botol lalu meminum air dengan tergesa-gesa. Rasanya segar setelah berolahraga pagi sebentar, liya menyibakan rambutnya kebelakang.

Sebuah jaket merah menutupi tubuhnya begitu orang-orang lain datang. Keduanya tengah duduk di kursi taman, tapi ini bukan BoBoiBoy asli melainkan salah satu sifat BoBoiBoy.

"Halilintar kan" ucap liya tersenyum. "Apa kamu segitu serius sampai keluar" Lanjutnya tertawa pelan.

"Aku tidak suka mereka memandang tubuh mu" Balas halilintar malu-malu. "Kau tau aku...." Lanjutnya mendekat.

Bibir mereka saling berdekatan. Tapi sebuah telapak tangan menutupi mulut BoBoiBoy halilintar dan mendorongnya kebelakang. Liya menyunggingkan senyuman nya.

"Kamu tidak jauh berbeda dengan taufan" ucap liya tersenyum tipis. "Berubah jadi gempa!" Lanjutnya menyuruh.

"Tidak mau" Balas halilintar. "Meskipun aku BoBoiBoy juga, aku ini BoBoiBoy yang mendapatkan sifat serius dan kekuatan dari kuasa voltra" Lanjutnya.

Setiap elemen-elemen memiliki sifat berbeda-beda. Berganti ke gempa, jelas sekali halilintar menolak. Dia tidak ingin kedekatannya menjadi kedekatan dengan ketua guild Elemental itu.

"Sungguh kau sangat kekanak-kanakan" ucap liya menghela nafas. "Ayo jalan-jalan sebentar" Lanjutnya mengajak.

Liya memakai jaket halilintar dan mengikat rambutnya. Semakin membuat pesona menarik perhatian, halilintar hanya memakai pakaian putih polos dengan kalung berlogo elemen nya. Keduanya berjalan berdasarkan.

"Aku mendapatkan pengelihatan. Itu pengelihatan yang buruk" ucap liya tiba-tiba. "Kamu satu-satunya teman berharga ku" Lanjutnya pelan.

"Hanya teman" Batin halilintar kecewa.

"Mulai saat ini aku akan tinggal bersamamu" ucap liya langsung pada intinya.

Halilintar menabrak tiang listrik ketika mendengarnya. Liya hanya tersenyum tipis dan seperti ingin tertawa, perkataannya benar-benar mengejutkan penguasa Elemental itu.

"Kenapa?" Tanya liya. "Apa kau tidak ingin menerima ku?" Lanjutnya bersedekap dada.

"Tempat itu tidak cocok, maksud ku apartemen ku hanya memiliki satu kamar dan terlebih ayah mu" ujar halilintar menghela nafas.

Sungguh dia tidak ingin dihajar oleh daemon. Ayah liya itu sering kali menjadikan dirinya sebagai samsak tinju. BoBoiBoy berpikir kenapa wanita cantik seperti liya memiliki ayah begitu galak dan pemarah.

"Ayah sudah mengizinkannya nya" ucap liya menenangkan. "Aku sudah membeli sebuah rumah, aku tidak tahan kamu tinggal ditempat sempit" Lanjutnya.

Pandangan keduanya bertemu. Halilintar merangkul pinggang liya, oke kali ini tidak ada penolakan. Ayolah sebentar lagi bibir keduanya akan bertemu.

"Oy BoBoiBoy" ucap issei berteriak.

Liya mendorong dada halilintar dan itu membuatnya penguasa Elemental petir mengerang frustasi. Kenapa setiap dia ingin melakukannya, selalu saja ada orang-orang yang mengganggu.

Boboiboy: Elemental clash in dxdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang