23. Perihal Zian

169 13 1
                                    

BONJOUR MOTHERFUCKERS 🖤
Terimakasih masih ada sampai saat ini. Vote, comment, and share cerita ini sebagai bentuk apresiasi kalian buat aku
🖤💍🖤
.
.
.
Happy Reading 🖤

»»𓆩𓆪««

23. Perihal Zian.

Sumpah mati Marvel sangat frustasi akan keadaannya saat ini yang bisa di bilang sangat mengenaskan. Berdiri di ujung balkon kamar Dean, tak memakai baju, dan gemetaran seluruh badannya karena terpaan angin malam. 

Mata tajam Dean menusuk ke tulang-tulang rusuk pemuda di depannya itu. Kekesalannya pada Abi selepas pertikaian tadi rupanya belum terlepas dari jiwa, benak dan raganya. Marvel lah kini menjadi pelampiasan amarah Dean yang masih tersulut api. 

Di sebabkan juga dengan ocehan-ocehan Marvel yang menasihatinya untuk tidak lagi mencoba-coba berkelahi di semak-semak karena bisa saja Dean membunuh orang itu tanpa di sangka sangka. Rupanya nasihat itu di terima buruk oleh Dean. Pikirnya, Marvel malah membela si Abi Abi itu dibanding mendukung dirinya.

Marvel hanya bisa pasrah di perlakukan seperti ini oleh kekasih kecilnya. Bukannya takut, malahan lelaki itu hanya menuruti sisi amarah Dean dengan cara menuruti perintahnya. Inilah hukuman yang Marvel dapatkan dari Dean yang berani-beraninya menasihati kepribadian Dean.

“JANGAN TENGIL!! EYAN GAK SUKA!!” Pekik Dean kala Marvel menatapnya remeh seperti tidak takut dengan ancamannya yang ingin mendorong Marvel dari atas balkon.

“Punya nyali lo dorong gue?” Remeh Marvel. Ia melipat kedua tangannya di dada.

Dean menatap tidak suka kearah Marvel. Wajah Dean mirip Zian saat marah. Namun Marvel tak pernah tahu akan hal itu. Dengan pegangan sapu rotan milik Ibunya, Dean berdiri tegak sama seperti yang dilakukan Gina saat memarahi sang Ayah. Plek ketiplek memang Ibu dan Anak bungsu ini.

“Punya!” Dean bersitegak. “Eyan dorong beneran pake sapu Mamah.”

Tak di pungkiri memang kegilaan Dean. Namun, bukan Marvel namanya kalau tidak jahil kepada sang kekasih. Pemuda itu melangkahkan kakinya beberapa langkah hingga berada tepat di depan wajah Dean. Tak ia hiraukan ancaman Dean yang menyuruhnya untuk tak mendekat. 

Marvel menunduk setengah untuk menyetarakan tingginya dan Dean. Wajahnya yang tampan mendelik seluruh wajah kecil Dean. “Yaudah. Dorong sekarang.” Seringai dibibir Marvel muncul.

Dean tertantang oleh sikap pemuda yang ada di depannya itu. Di pikir Dean takut, apa? akan Dean lakukan jika itu murni dari permintaan Marvel sendiri. Pemuda telanjang dada itu kini kembali menegakkan badannya. Nampak sekali otot-otot tubuhnya yang atletis. Marvel mundur beberapa langkah hingga tubuhnya tersandar di penyangga pagar balkon yang sangat pendek. 

Dean maju untuk berada di depan Marvel. Matanya menatap lain pemuda itu. Dengan kata terakhir Dean berucap sebelum ia mendorong Marvel, “Melv jelek.” 

Sapu rotan milik Gina terarah ke perut Marvel. Terasa sekali dorongan kuat Dean karena Marvel tak memakai baju sama sekali. Walaupun kekuatannya sendiri dengan Dean jauh berbeda, sebagai pacar yang baik, Marvel hanya melakukan apa yang ingin Dean lakukan. Pasrah saja ber jatuh dari balkon yang rupanya tak terlalu tinggi. Di banding loncatannya saat memasukkan bola kedalam ring, ketinggian balkon ini tak ada apa-apanya bagi Marvel.

RENEGADE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang