20. Masalah

328 23 2
                                    

BONJOUR MOTHERFUCKERS 🖤

TERIMAKASIH MASIH ADA SAMPAI SAAT INI!!

Cuaca lagi gak bagus. Kadang hujan, kadang panas banget. Dimana pun kalian berada, tetap jaga diri.
.
.
.
Happy reading 🖤
»»𓆩♡𓆪««

20. Masalah

Pagi ini di SMA Letvian, tengah di adakan apel dadakan setelah pertandingan kejuaraan cabang olahraga basket di sekolah seberang, Tim Leviant kembali memenangkan pertandingan tersebut setelah mencetak skor 2-1. Di bawah pimpinan Pak Ginanjar dan pembina Coach Herman, para anggota tim di beri piagam perhargaan atas usaha yang telah mereka lakukan.

Di depan sana, Galaksi, Marvel, Angkasa dan beberapa anggota tim lainnya berdiri tegak menerima piagam penghargaan yang di berikan oleh Pak Ginanjar. 

Suara para siswi menggelegar di sekunjung acara berlangsung. Mereka tak mau melewatkan kesempatan ini untuk di notice para ahli basket. Teriakan nama Galaksi, Marvel, dan Angkasa paling banyak didengar. Trio ambis yang menguasai lapangan basket.

KAK GALAKSI GANTENG BANGET!!” Teriak siswi berhijab.

MARVEL, SENYUM DIKIT DOONG!!” Bandana pink berseru kencang.

Tak mau kalah, behel hitam rambut pirang berteriak keras. “KAK ANGKASA, JADI PACAR AKU AYOO!!” 

Riuh suara para siswi yang menganggumi paras tampat para anggota tim Leviant. Sangking banyaknya yang berteriak meminta di notice, Zian merasa jengah mendengarnya. Tak malu kah mereka, dengan seperti itu keliatan jablaynya.

Sambil berjalan menuju tangga, Zian menggerutu kesal. “Kemaren kemaren biasa aja, tuh. Ngapa sekarang malah menjadi-jadi. Dasar, perempuan.” 

Kakinya pegal berdiri di barisan tengah terus. Itu karena di minta oleh Galaksi yang ingin Zian melihat betapa hebatnya orang yang mencintainya. “Selamat, deh, udah menang. Setidaknya udah sombong duluan, akhirnya tetap menang.” Ucap Zian. Ia membuang nafasnya panjang.

Zian meluruskan kakinya saat duduk di anak tangga. Tak sadar, ternyata Lio juga ikut duduk di atas anak tangga yang di duduki Zian. “Rokok, Zie.” Tawar Lio seraya menyodorkan sebungkus rokok yang ia keluarkan dari kantongnya.

Tanpa menoleh kebelakang, Zian menggeleng-gelengkan kepalanya tanda menolak. “Nggak.” 

Zian belum sadar bahwa di belakangnya ada Lio yang juga turut serta meyaksikan acara penyerahan piagam. Lantas otaknya seketika terkoneksi. “DIH?! NGAPAIN LO DISINI?!” Zian menyentak.

Lio terkekeh geli melihat reaksi Zian. “Kayak ngeliat hantu aja.” Canda Lio.

Zian berseru cepat. “Emang.” 

“Jahatnya ….” Kecil-kecil mulut pedas. Lio menyapu dadanya sabar.

Keduanya diam melihat ke arah lapangan. Di mana Galaksi, Marvel dan Angkasa tengah sibuk berswafoto bersama para guru-guru. Murid-murid lainnya sudah bubar karena tak kuat menahan teriknya matahari pagi. 

“Kita kok diem-dieman, ya, Zie?” Tutur kata Lio yang keluar seakan ingin mengeluarkan unek-unek di dalam diri Zian.

Pemuda berkulit putih itu menoleh kebelakang. “Pikir dulu kalo ngomong.” Sarkas Zian. “Waktu gue lagi cari bantuan, lo kemana? gue pikir lo udah mati, tau gak?! gue kira lo di seret sama anak-anak lain trus di gebukin rame-rame sampe lo gak bernyawa lagi. Lo pikir gue gak sakit kepala itu nyariin lo kemana-mana tau-taunya sekarang masih idup! mana ganti nama lagi, lo! biar apa begitu?!” 

RENEGADE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang