21. Status

223 18 3
                                    

BONJOUR MOTHERFUCKERS 🖤

TERIMAKASIH MASIH ADA SAMPAI SAAT INI!!
Selalu sehat ya semua, i love you guys!!
.
.
.
Happy Reading 🖤

»»𓆩♡𓆪««

21. Status

Sejak pagi tadi, Galaksi tak ada sama sekali mengabari Zian. Begitupun sebaliknya, keduanya tak sempat bertemu saat setelah Zian bangun dari tidurnya yang nyenyak di warbel. Kala itu, waktu sudah sangat sore dan teman-teman Zian ikut meluruskan diri di kursi plastik yang disusun memanjang. Zian terbangun kala suara Adzan Maghrib telah berkumandang pertanda hari sudah berganti malam.

Setelah ia bangun, tak lupa ia pun segera membangunkan ketiga kawannya untuk segera pulang ke rumah masing-masing setelah selesai berpamitan pada Si Mbak. Ketiganya kembali ke sekolah guna mengambil motor. Untung saja mereka parkir motor di bagian luar sekolah, jadinya motor mereka tak terkunci semalaman di SMA ini.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Zian sudah selesai dengan ritual mandinya. Semerbak wangi strawberry menyeruak dalam ruangan kamarnya. Walaupun cowok, tapi shampo harus girly. Sejujurnya itu dibelikan oleh Zianna karena melihat kandungan dari shampo tersebut sangat sehat untuk rambut lebat hitam milik Zian.

Beralaskan karpet bulu, Zian duduk lesehan memandangi televisinya yang memperlihatkan kartun Boboiboy. “Kok dia gak ngechat, ya?” Pikir Zian sembari men-scroll beranda WhatsApp nya.

Kerutan muncul di dahinya. “Nyariin dia, lo? sadarlah, binatang.” Kewarasannya sudah gila, pikir Zian.

Pemuda bersinglet putih di padukan dengan celana jogger hitam strep itu menyandarkan kepalanya di ujung kasur sambil menatap langit-langit kamar. “Tapi, bohong kalo gue gak kangen.” Wajah Zian kembali sendu. “Ya, terus kenapa gitu gak ada notif?! apa dia punya cewek baru, ya?”

Zian menggeleng kepalanya brutal. “Sotoy lu, pe’a! masa iya dia lurus cepet banget?”

“Tapi kalo emang dianya lurus beneran, gimana dong? gue gimana?” Wajahnya berubah-ubah kala Zian bergumam dengan dirinya. “Ya, gak gimana-gimana? kan, bagus kalau dia punya cewek. Dan gue gak akan diganggu lagi, deh. Ahahahaha …, hah. Babi.”

Pandangan buruk Zian tentang Galaksi telah memenuhi otaknya. Hal-hal yang tak mungkin Galaksi lakukan telah terlaksana dalam benak Zian. Alam pikirannya sudah membisikkan Zian yang tidak-tidak sehingga hatinya seakan meledak dan ingin pecah seperti gunung berapi.

“Gak bisa dibiarin.” Bermodalkan nyali yang kuat, Zian menerobos kunci motornya serta hoodie hitamnya lalu keluar terburu-buru dari pintu rumahnya.

Para pembantu yang masih bersiap untuk pulang terkejut melihat Zian yang grasak-grusuk menuju garasi motornya. Satu ART tua yang kebetulan masih mengepel lantai teras rumahnya berucap, “Mau kemana, Nak? malam-malam begini.”

Zian menoleh kearah ART tersebut. “Eh, Bi? udah malem, kok masih ngepel?”

ART itu tersenyum menjawab. “Yang di teras belum dibersihkan, Nak. Tuan dan Nyonya sebentar lagi datang. Takut nanti diomelin karena kerjaan belum selesai.”

Zian mendekati ART itu sambil berkata, “Bibi pulang aja. Mama sama papa gak akan merhatiin sekitar kalau udah pulang. Pergi pun juga gitu, gak akan merhatiin apapun. Udah, sekarang bibi pulang aja. Nanti alat-alat pembersihnya biar Pak Satpam yang beresin.”

RENEGADE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang