18. Bicara

299 22 0
                                    

BONJOUR MOTHERFUCKERS 🖤
Terimakasih masih ada sampai saat ini dan menemani hari-hariku yang penuh duka dan tangis.

Bagi yang sudah menghapus cerita ini dari perpus, MASUKIN LAGI GAK?! MASUKIN!! mksh.

Baca Renegade sekarang!!
.
.
.
Happy reading🖤

»»𓆩♡𓆪««

18. Bicara

Di pekarangan rumah Dean yang sepi terdengar suara mobil yang terparkir di garasi utama milik keluarga Zeen. Rumah yang sedikit jauh dari perkotaan, di kelilingi pepohonan tinggi serta memiliki luas sekitar dua hektar tersebut hanya diisi oleh Dean dan para pekerja lainnya.

Orang tua Dean tidak ada dirumah sejak sore menjelang malam tadi. Mereka berkata bahwa ada urusan penting yang harus diselesaikan. Bertepatan dengan itu, Dean sempat tertidur karena efek kelelahan. Bangun bangun ia sudah menangis karena tidak ada orang dirumahnya yang menemaninya tidur.

Bayangkan saja rumah dua hektar dan penghuninya hanya empat orang di dalamnya. Itu pun terasa ramai karena para Maid dan Bodyguard turut keluar masuk rumah guna menjaga keamanan.

Dari depan pintu, Marvel disambut hangat oleh Maid Yana. Wanita itu sempat memberitahu keadaan Dean yang tidak baik-baik saja. Sudah sejam yang lalu Dean menangis tersedu-sedu karena tidak ada yang menemaninya tidur.

Maid Yana pun melaporkan bahwa Dean sempat tidur berjalan atau sleepwalking. Maid Yana mengatakan kalau Dean hampir tercebur di kolam renang yang dalam milik Galaksi yang digunakan untuk latihan. Dan untung saja dengan sigap Maid Yana menahan Dean dengan cara memeluknya hingga anak itu terbangun hingga menangis.

Marvel segera menuju kamar Dean. Terdengar suara tangisan di sana. Buru-buru ia membuka pintu bergambar mobil tersebut hingga mendapati Dean menangis secara tengkurap. Pantatnya ia angkat tinggi-tinggi hingga wajahnya semakin tertekan di bantal.

Pemuda berkaos hitam tersebut hanya tersenyum tipis melihat kelakuan Dean. Piyama abu-abu yang melekat di tubuhnya terlihat kedodoran. Itu salah satu pemberian Marvel saat Dean mendapatkan peringkat pertama di kelasnya.

Ekhem …,” Marvel bersandar pada dinding kamar Dean.

Sementara laki-laki di atas kasur rupanya tidak mendengar deheman Marvel. Sekali lagi, Marvel bersuara. “Mau nangis sampe kapan?”

Mendengar suara yang sangat familiar itu, Dean memposisikan dirinya duduk di atas kasurnya. Matanya sembab melihat Marvel yang berdiri di ambang pintu. Langkah kaki Marvel membawanya pada Dean.

“Nangis,” Sarkas Marvel. “Baru ditinggal bentar udah nangis.”

“Eyan gak mau sama Melv.” Suara Dean serak. Niat hati ingin mengambil segelas air yang tersedia di atas nakas, tangan Marvel lebih dulu meraihnya.

“Cengen.” Marvel berucap.

Dean meminum air putih itu hingga tandas. Ia berikan pada Marvel kemudian laki-laki itu kembali menaruhnya di atas nakas. Dean membelakangi Marvel. Ia pundung pada laki-laki itu.

“Eyan itu kangen sama Melv. Tapi Melv gak kangen Eyan. Jahat!” Dean menggeser badannya agak jauh dari Marvel. “Melv kalo gak sayang Eyan, pasti ada cewek yang cantik disana … t-terus …,”

Penyakit seharusnya gak usah di cari!! air mata Dean kembali terbendung kala imajinasinya mengatakan bahwa Marvelnya tengah bermesraan dengan cewek lain di kota sebelah.

RENEGADE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang