10. Pemenang hati Galak

842 73 4
                                    

Aaaa akhirnya gue bisa nulis lagiii...
yuyur seyuyur yuyurnya, kepala gue udah penuh dengan ide for cerita The Z. Tapi karena mengingat hp gue sering rusak dan samsek gk bisa terlalu di pakai, gue urungin niat buat nulis karena terhalang hp rusaaakk :(((((

Tapiii...

Sekarang kalian bisa enjoy dengan cerita terbaru adek Zian yang imut, lucu, kece, dan keren.

»»𓆩♡𓆪««

"Kiw, cewek. Spil gaya ngangkangnya doong," seru Jedan ketika Laras melewati tangga kecil yang menjadi tempat nongki yang ke sekian oleh Zian dan ketiga temannya.

Mendengar penuturan Jedan yang kurang pantas, Laras dengan buku tebal yang selalu ia bawa itu langsung menghampiri Jedan lalu menyentil kuat-kuat bibir tebal anak itu.

"AWW!? JAHAT BANGET!!" pekik Jedan seraya mengelus bibirnya yang sedikit memerah.

"Seenak jidat bapak lo ngomong begitu! di ajarin siapa, hah?!" Laras berkacak pinggang.

Zian terkekeh pelan melihat tingkah keduanya. Dua orang itu layaknya ibu dan anak, Laras menjadi ibu saat Jedan berbuat kesalahan. "Azra yang nyuruh lagian," bibir Jedan maju seperti bebek.

Merasa namanya di sebut, Azra yang tengah mengemut permen lolipop itu kemudian menggeplak kepala Jedan dengan kuat. "Sembarangan lo!" tegurnya.

"Mau kemana cewe?" Aji bersuara.

Laras menatap Aji, ia memperlihatkan buku tebalnya yang di dalamnya terdapat setumpuk uang yang ia kumpul untuk di setor ke wali kelas mereka. "Ke ruang guru. Napa? mau ikut?" tuturnya.

Keempatnya menggeleng. Tidak sudi untuk menapaki kaki mereka ke dalam ruang keramat ke dua setelah ruang BK. "Ogah. Dah sana, ntar lo korupsi lagi." ucap Zian.

Anak itu hampir saja kena amukan Laras kalau bukan pak Ginanjar yang lewat hanya untuk sekedar menanyakan kabar cucu laknatnya, siapa lagi kalau bukan Zian. "Udah makan kamu?" tanya Ginanjar.

"Belom. Mama sama papa nggak ngasih uang." tuturnya. Jujur, Zian memang belom makan sejak istirahat berlangsung karena Galaksi tidak kelihatan muncung hidungnya. Siapa lagi tempat Zian mengadu lapar kalau bukan Galaksi? ralat, bukan Galaksi. Tapi 'UANG' Galaksi. Hahaha, Matre dikit gak pa-pa lah yaw.

Ginanjar sempat megerutkan keningnya. Apakah pemuda yang bersama dengan Zian itu tidak mengetahui keadaan cucunya sekarang? Tak ingin memikirkan hal tersebut, Ginanjar merogoh saku celananya hingga dompet tebal yang berisikan uang merah pun nampak.

Mata Zian seketika berbinar kala Ginanjar memberikannya uang berwarna merah dua lembar. "Kalo hari-hari gini, bisa makan banyak gue." gumam Zian lalu menyimpan uang tersebut di kantongnya.

Aji mendekatkan wajahnya di telinga Azra dan Jedan lalu berbisik pelan, "Enak banget ntu tuyul, dapet thr dari kepsek."

Jedan menangguk, "Mana merah-merah lagi."

"Nggak tanggung-tanggung lagi ngasihnya, dua lembaarrr," sambung Azra.

"Thank you, bro." ucap Zian. Selepas itu, Ginanjar segera pergi dari hadapan cucunya.

Zian menoleh kearah teman-temannya yang menatapnya sengit. Anak itu terkekeh pelan, "Sebet banget itu muka."

"Minimal traktir, lah!" Cetus Jedan. Anggukan kepala dari kedua temannya menandakan kesetujuan atas ucapan Jedan.

RENEGADE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang