08 - Panggilan Darurat

5.3K 442 3
                                    

Ketika Padmana setuju untuk mempelajari blueprint Elite Hotel yang terancam bangkrut tersebut, tentu saja Tsumardji segera mengumpulkan tim manajemen dan finance untuk mengadakan meeting dadakan demi mencari di mana letak permasalahan bisnis mereka selama ini.

Secara singkat, Padmana bisa menyimpulkan bahwa mengelola bisnis retail dan perhotelan tidak jauh berbeda. Ketika mengelola bisnis retail, Padmana fokus pada customers yang sudah memiliki membership card dan subscribe ke newsletter Sidjil Karya Indonesia.

Bukannya tidak mau menjangkau customers baru, namun bisnis pun memiliki faktor X yang tidak bisa dijelaskan. Contohnya, gaya berbelanja setiap pelanggan jelas berbeda. Ada yang menginginkan baju baru karena butuh, ada juga yang hanya ingin punya karena sedang trend, tanpa memikirkan manfaatnya.

Faktor X itu juga yang menentukan naik dan turunnya angka penjualan. Sedangkan loyal customers, mereka sudah memiliki pola belanjanya sendiri. Misalnya, setiap bulan wajib beli baju kerja di brand A karena kualitasnya yang bagus.

"Menurut saya, Eyang," Padmana membetulkan letak kacamatanya, "bisnis hotel dan retail itu bedanya di penawaran pada pelanggan. Kalau retail, kita fokus di dua hal, pertama merchandising, bagaimana baju itu bisa terlihat menarik ketika dipajang di toko."

"Kedua, kita mengadakan penawaran khusus, contohnya di bulan April namanya, mid season sale, Juni summer sale dan Desember end year sale. Nah kalau hotel, ada yang namanya peak season, waktu di mana orang-orang akan booking hotel, misalnya liburan sekolah, hari raya, long weekend dan tanggal cantik untuk menikah." Padmana menunjukan kertas yang dipenuhi grafik. "Elite Hotel belum bisa memanfaatkan moment itu dan ini adalah buktinya."

Lima tahun terakhir menjadi Chief Exectuvie Officer di PT Sidjil Karya Indonesia, Padmana kerap kali berpikir secara oportunis. Bukan mengambil keuntungan yang bisa merugikan pihak tertentu, tapi berani bersaing ketika melihat peluang besar.

Contohnya, beberapa brands body care dan pakaian dalam di mall hanya mengandalkan promosi dan membership saja, tapi SKI melakukan terobosan baru dengan mengadakan afternoon tea dan mengundang influencers serta loyal costumers setiap kali La Senza meluncurkan produk-produk terbarunya.

Selain ketekunan para pelaku usaha di balik layar, ada peran customers yang menjadikan bisnis terus berjalan sejak pertama kali didirikan. Itulah konsep sekaligus prinsip yang harus dipegang setiap pengusaha. Namun, tidak dengan Sadana dan Mutia. "Eyang, saya perlu bicara dulu sama Mas Sada kalau Eyang mau memberikan tanggung jawab ini kepada saya."

Tsumardji yang sibuk mengetik di keyboard laptop, menghentikan kegiatannya, lalu mendongak pada Padmana. "Nggak salah memang, Eyang langsung menunjuk kamu."

Padmana tersenyum. "Saya nggak berani ambil alih, Eyang. Tetap hotel itu punya Mas Sada."

Tsumardji tidak menanggapi. Kedua matanya tertuju pada karyawan yang duduk di hadapan beliau. "Ada masalah apalagi selain penurunan pengunjung?"

"Saya terima info dari restoran, pengunjung ke restoran juga berkurang."

Tsumardji menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. "Restoran yang mana?"

Elite hotel memang memiliki empat restoran sebagai daya tarik, Japanese, Chinese, Western and Italian. Lokasinya memang tidak berada di business district, namun lumayan ramai jika jam makan siang dan akhir pekan.

Hanya SinggahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang