20 - Menginap di Rumah Kamu

4.2K 338 10
                                    

Selesai makan siang bersama Tsumardji, Padmana segera bertolak menuju warehouse di Cikarang. Bulan Mei sampai Agustus memang sedang sale season, jadi ia memastikan kelancaran pendistribusian barang.

Setelah semua urusan beres, Padmana membaca pesan dari Tsumardji yang masih saja menyuruhnya memberi perhatian lebih pada Sophie. Apalagi ketika pria tua itu mengabarkan kalau Sophie tidak bisa kerja selama tiga hari dikarenakan kaki yang terkilir.

Untuk membuat Tsumardji diam, Padmana terpaksa menuruti keinginannya.

Kini, ia sudah berada di Townhouse Nirwana, yang berlokasi tidak jauh dari rumah Padmana di Permata Hijau.

Rumah tersebut serba putih dengan tembok tinggi menutupi pintu utama. Padmana sudah mengirimi Sophie pesan, namun wanita itu tidak membalas. Bisa jadi karena belum menyimpan nomornya.

Baru di pesan yang kedua, Sophie menyuruh Padmana memasukan password  dan pintu pun terbuka.

Ia sendiri tidak habis pikir, kenapa bisa sampai selugu ini memasuki rumah wanita yang baru dikenalnya selama tiga minggu?

Sejak dulu, Padmana memang sangat menjaga nilai-nilai ketimuran. Bahkan gaya pacarannya dan mendiang Anggia dulu hanya sebatas menonton di bioskop, makan dan foto box.

Tentu berbeda dari Nareswara yang terkadang, ketika Padmana memasuki unit apartemen kakaknya itu, aroma seks menguar di segala penjuru ruangan.

"Anda tinggal sendiri?" Tanya Padmana ketika sudah dipersilahkan duduk di ruang tamu. Ia tidak banyak mengamati isi rumah itu, namun terfokus pada kaki dia yang diperban. "Sakit banget?"

"Banget. Kalau kedatangan bapak ke sini mau potong gaji saya atau bahkan memecat, silakan!"

Padmana terkejut dengan perilaku Sophie yang tiba-tiba saja ketus. Memang ia sangsi ingin berbuat baik pada orang yang sukanya melunjak dan tidak tahu diri seperti wanita di hadapannya ini. "Anda bisa nggak sih sopan sedikit kalau bicara sama saya?" Padmana menaikan suaranya. "Saya datang ke sini dengan niat yang baik!"

Bibir Sophie bergetar. Air mata wanita itu luruh dari pelupuk.

Padmana semakin keheranan dibuatnya. Tadi judes, sekarang nangis. Sungguh ia selalu dibuat bingung oleh tingkah laku seorang Sophie. "Kenapa?"

Sophie menghapus air mata yang mengalir di pipi kanan dan kirinya dengan buku tangan. "Jadi, bapak ke sini mau ngapain?"

Padmana jadi tidak tega. Apakah dia sedang kesakitan? Atau ada hal lain? Karena sekarang, Padmana baru sadar kalau kedua mata Sophie sudah bengkak. Mungkin sebelum kedatangannya, wanita itu sedang menangis juga?

"Seperti pertanyaan saya tadi, anda tinggal sendiri?" Padmana mengulang, ia memilih mengalah pada orang yang sedang sakit.

"Ya seperti yang bapak lihat."

"Kalau mau ke mana-mana gimana?" Tanya Padmana lagi.

"Ngesot."

Ya Tuhan! Dipikir udah waras. Padmana memaki dalam hati. "Ya udah anda tinggal di tempat saya."

"Hah?"

"Bukan di kasur saya, kamar tamu!" Padmana mengingatkan.

"Ya tau lah! Siapa juga yang ngarep." Wajah Sophie berubah keruh. "Saya di sini aja lah."

Padmana berdiri dari sofa. Ia menggulung lengan kemejanya semakin ke atas, tanda kesabarannya sudah di ambang batas. "Saya nggak pernah berbaik hati begini, Sophie. Semata-mata, supaya anda nggak tergeletak di sini, seorang diri tanpa ada yang tahu! Anda mau itu terjadi pada anda seperti berita di tv dan koran?"

Hanya SinggahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang