32 - Tsumardji Turun Gunung

3.5K 362 17
                                    

"Masih kerja kamu?" Suara Tsumardji terdengar di ujung sana.

Padmana melihat jam yang melingkar di tangan kananya. "Iya, Eyang. Baru jam empat sore kan."

"Baru," Cibir Tsumardji, "udah jam empat itu. Yo wes, kamu pergi ke Cartier, beli kalung. Kalau cincin kita nggak tau size-nya."

Padmana tidak paham. "Maksudnya apa, Eyang? Kalung untuk siapa?"

Tsumardji mencebik. "Untuk Chef Sophie."

"Eh? Dia ulang tahun?"

"Paddy... Paddy... Habis sudah kesabaran eyang ya punya cucu modelan kamu gini!" Omel Tsumardji. "Aditya mau mama baru dan maunya Chef Sophie. Kamu juga kemarin udah kan makan malam sama dia? Terus setelah itu kamu singkirin foto-foto Anggia."

Padmana mengepalkan tangan. "Eyang mata-matai saya?"

"Iya lah. Eyang nggak mau usaha Eyang sia-sia."

Padmana menghembuskan napas pelan. Ia bukan lagi kesal, tapi mendekati marah. "Jangan gitu dong, Eyang. Saya dan Chef Sophie kan profesional."

"Ah, lama ngomong sama kamu. Soni, kamu tolong ke Plaza Indonesia."

Padmana bisa mendengar kalau Tsumardji langsung menyuruh asistennya. "Eyang..."

"Sudah lah, Eyang malas bicara sama kamu." Ketus Tsumardji.

Klik!

Kemarin malam, selepas menerima telepon dari Nareswara, Padmana menatap foto-foto dirinya dengan Anggia yang dibiarkan menggantung pada dinding dan berjejer di atas meja selama kurang lebih empat tahun.

Padmana tidak menyangka, pada akhirnya hari itu akan datang. Hari di mana ia harus menyimpan foto-foto tersebut karena telah siap untuk memulai kisah yang baru. Perjalanan antara dirinya, anak-anak dan wanita yang kelak ia izinkan masuk ke dalam hidupnya.

Banyak perempuan yang telah dikenalkan keluarganya namun, tidak ada satu pun yang membuatnya tertarik. Ia juga tidak mengerti cara mempertemukan perempuan tersebut dengan anak-anak.

Mungkin, sekarang lah waktu yang tepat itu. Ia sendiri belum tahu kepada siapa akan melabuhkan hatinya. Ia sendiri takut tidak diterima dengan tangan terbuka karena kondisinya.

Banyak ragu.

Banyak takut.

Dan masih banyak pertanyaan berkecamuk di benak Padmana. Apakah ia menginginkan Sophie? Pun sebaliknya, apakah Sophie menginginkan dirinya dan juga anak-anak?

***

Padmana menyelesaikan pekerjaannya dengan segera setelah mendapat kabar kalau eyang, orang tua beserta saudara kandungnya sudah berada di rumah.

Jarang sekali keluarga Reksoediwirjo berkumpul di hari kerja karena biasanya mereka sibuk dengan urusan masing-masing.

Tidak sampai di situ saja keheranan Padmana, ternyata anak-anaknya sudah berpakaian rapih dan tersenyum sumringah menyambut kedatangannya.

"Papaaa! Kita mau ke rumah Chef kata atuk." Ucap Aditya penuh semangat.

Padmana menyerahkan tas kerjanya pada Bu Rini, lalu ia menggendong Aditya untuk duduk di hadapan Tsumardji. "Maksudnya apa eyang?"

Tsumardji memutar bola matanya. Kekesalan itu masih saja dia tunjukan di hadapan cucunya. "Maksudnya kita akan melamar Sophie."

"Hah?" Padmana menatap terkejut pada kedua orang tuanya, berharap apa yang baru saja didengarnya tidak benar.

Hanya SinggahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang