36 - Piknik yang Panik

4.3K 458 25
                                    

"Anda temenan sama Hafiz dari kapan?"

Buset. Sudah ganti hari, tapi masiiiiihhh aja si Apis dibahas. Maki Sophie dalam hati.

"Dari SMA." Balasnya pendek.

Sophie dan Padmana memisahkan diri dari sekumpulan orang-orang yang sibuk mengambil makan dan saling bercengkrama di acara ulang tahun Cantika, anaknya Ajrin.

Dua sejoli itu duduk di kursi lipat menghadap kandang kambing karena di peternakan keluarga Reksoediwirjo lah Ajrin mengadakan pesta tersebut.

Dengan menggenggam segelas yogurt rasa strawberry, Padmana dan Sophie menikmati udara sejuk lagi bersih khas dataran tinggi Lembang.

Dengan menggenggam segelas yogurt rasa strawberry, Padmana dan Sophie menikmati udara sejuk lagi bersih khas dataran tinggi Lembang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Anda tau kalau dia suka?" Tanya Padmana.

"Tau. Cuma saya pura-pura nggak tahu aja, biar tetap akrab."

"Jadi, anda juga tau alasan dia nggak menyatakan perasaannya?" Padmana masih melanjutkan rasa ingin tahunya.

Sophie mengangguk. "Tau."

"Kenapa?"

"Ini kata Alfred sih, dia yang kepo ke Hafiz. Alfred bilang, Sophie pernah ngomong, gue tuh tipe cewek yang kalau udah nolak cowok sekali, mau dia datang lima bahkan sepuluh tahun lagi, mau dia berubah jadi tampan dan pemberani bahkan kaya raya sekalipun, tetep akan gue tolak simply because gue nggak selera sama dia." Sophie mengatakannya dengan lugas agar Padmana tidak lagi penasaran. "Kalau analisa sok tau Alfred sih, kayaknya si Hafiz udah mundur sebelum bertanding."

Sophie bisa mendengar Padmana tertawa pelan.

"Nggak usah ketawain si Apis deh, Pak!" Sophie tetap dong membela sahabatnya.

"Lagian, penakut banget." Jawab Padmana dengan nada meremehkan.

Sophie tidak suka. Ia segera menatap Padmana dalam-dalam, sedangkan pria itu masih menatap lurus ke hamparan rumput yang menghijau di depan mereka sekarang. "Ngaca, Pak! Bapak juga penakut kan? Kalau Eyang nggak turun tangan mah bapak masih aja diem di balik meja."

Padmana dengan cepat menoleh. Pandangan mereka bertaut. "Sok tau! Mana ada." Sanggahnya. Harga diri Padmana terluka.

Sophie mencebik masa bodoh. "Saya kan perempuan, Pak. Udah mau tiga puluh pula. Tau lah mana cowok yang berani, mana yang peragu, mana yang penuh pertimbangan terhadap suatu hubungan, mana yang langsung satset."

"Penuh pertimbangan kan buka berarti pengecut." Padmana tetap ngeyel.

Sophie mengangkat bahu. "Ya terserah sih."

Hanya SinggahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang