40 - Adaptasi

5K 667 28
                                    

Ketika bangun pagi tadi, penilaian Padmana terhadap Sophie masih sama; cantik.

Bukan, Padmana bukan tipe pria yang harus memperistri perempuan cantik paripurna. Tapi, ketika ia memilih mendiang istrinya dulu, alasannya sangat sederhana; Padmana sudah berteman baik dengan Anggia dan ia menyukai keambisiusan mendiang istrinya itu.

Berbeda dengan Sophie. Jarang sekali Padmana tertarik pada lawan jenis hanya dari pertemuan pertama. Ia juga bukan tipe orang yang percaya pada love at first sight.

Tapi, saat melihat Sophie berjalan bersama anak-anak menuju meja makan di malam pertama mereka bertemu, Padmana tahu wanita itu tidak sama dengan wanita-wanita yang pernah dikenalkan Tsumardji kepadanya. Sophie dan si kembar nampak dekat dan akrab hanya dalam hitungan hari. Bahkan, obrolan mereka sangat nyambung; anak-anak yang hobi makan dan Sophie yang bisa memasak.

Karena keakraban itu pula, ketiga anaknya meminta seorang mama.

Beberapa wanita yang Padmana temui memiliki fitur yang sama; gigi yang di veneer, dagu lancip dan bibir tebal ber-filler. Well, tidak ada yang salah dengan goals para wanita yang satu itu. Tapi, Padmana masih menyukai tampilan asli tanpa tambahan aneh-aneh seperti Sophie Ferriere.

Segalanya terjadi begitu cepat bersama Sophie; berkenalan dan menikah. Tanpa adanya intensitas pertemuan layaknya orang-orang yang berpacaran. Tidak ada obrolah dari hati ke hati. Tidak mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai dari satu sama lain.

Bahkan, malam pertama yang seharusnya dinantikan oleh para pengantin baru, berakhir dengan terlelap saling memunggungi.

Ya, tidak masalah juga. Padmana sadar diri kalau ia dan Sophie butuh waktu untuk saling mengenal, merasa aman dan nyaman ketika bersisian.

"Mau dibantuin sama ART, Pak?" Bu Rini mendatangi Padmana sambil meletakan arugula dan acar di kitchen island.

"Enggak, Bu. Makasih." Padmana sibuk dengan steak yang baru ia keluarkan dari oven.

Terdengar tawa pelan Bu Rini dan Padmana menoleh. "Kenapa, Bu? Aneh ya lihat saya masak?"

"Lumayan, Pak. Kalau begitu saya permisi."

Ketika tiba di rumah, anak-anak merengek ingin dimasakan sandwich dengan isian beef steak, keju, arugula, acar dan sour cream. Tapi Sophie sedang sibuk mengarahkan ART untuk memasukan baju-bajunya ke lemari.

Jadilah Padmana yang ngide untuk membuat sandwich.

Ia tidak tahu kalau anaknya memakan sandwich dengan isian seperti itu. Terakhir kali, yang dia ingat, mereka hanya suka beef burger with extra cheese, bukan yang ribet seperti sekarang.

***

Tidak terbayang di dalam pikiran Sophie yang terbatas kalau lantai dua rumah Padmana, tepatnya di samping kamar mereka terdapat kolam renang, sedangkan di seberangnya ada juga bangunan lain yang nampak masih kosong.

Sophie terduduk di pinggir kasur menatap keluar jendela. Rumah yang akan ia tempati ini benar-benar luas. Setiap sudutnya sangat indah, tertata dan asri.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hanya SinggahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang