01 - Private Chef

17.3K 695 3
                                    

Jam menunjukan pukul dua kurang sepuluh menit. BMW Roadster biru milik Sophie melaju dengan santai memasuki halaman sebuah rumah di kawasan elit Permata Hijau, Kebayoran Lama. Kolam air mancur bercat putih gading yang berada di tengah halaman membawa kesejukan tersendiri untuk kepalanya yang akhir-akhir ini selalu panas.

Tepat di sebelah pohon alpukat, Sophie memarkir mobilnya. Radio masih memainkan lagu Dua Lipa berjudul Levitating. I need you all night, come on, dance with me. Sudah berapa lama Sophie tidak bersenang-senang?

Ia menyandarkan badan pada jok mobil. Mengambil pouch makeup dari dalam tas untuk menata ulang riasannya. Tidak ada yang berlebihan, hanya lip gloss dan bedak tabur untuk menyamarkan minyak di wajah. Pakaiannya hari ini juga sangat simple, shirt dress putih dan flat shoes merah. Rambut di-blow dry seperti biasa.

Tok.. Tok.. Tok..

Seorang petugas keamanan berseragam hitam bernama Pak Latief menghampiri mobil Sophie. "Siang, Pak."

Pria berusia empat puluhan itu tersenyum dan memberikan kartu tanda bertamu untuk Sophie dan sebaliknya, ia menyerahkan kartu tanda pengenal. "Selamat bekerja, Mbak."

Jalanan lumayan lengang, Sophie sampai lebih cepat lima belas menit. Tidak mau membuang-buang waktu, ia segera turun dari mobil dan menuju ke bagasi di belakang untuk mengambil keranjang dorong berisi bahan makanan dan tas belanja.

Ia lalu melangkah melalui jalan setapak menuju pintu utama. Rumah bergaya classic modern tersebut didominasi warna abu-abu muda pada dinding, teralis hitam untuk area pintu, jendela dan balkon, serta tanaman menjalar yang berada pada beberapa sisi.

 Rumah bergaya classic modern tersebut didominasi warna abu-abu muda pada dinding, teralis hitam untuk area pintu, jendela dan balkon, serta tanaman menjalar yang berada pada beberapa sisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sophie segera mengganti alas kaki dengan sendal rumah yang sudah disediakan. Aroma mawar menyergap indra penciuman. Sebenarnya, sejak bekerja di rumah tersebut, Sophie sudah ingin berkomentar tentang wangi yang kurang disukainya itu, tapi ia urungkan niatnya karena terasa kurang sopan.

"Chef!" Suara bocah yang sangat melengking menyambut kedatangannya. "Abi lapar, Chef!" Celetuk Abiyasa yang menghentikan Sophie sambil membawa pedang Next Ninja berwarna hijau.

"Aku juga laper, Chef!" Aditya berada sejajar di samping Sophie memakai topeng Iron Man.

"Aku juga, Chef!" Arkasana tidak ingin ketinggalan mengikuti jejak kakak dan adiknya.

Sophie tersenyum, ia membungkuk untuk menjawil hidung si kembar tidak identik itu, "yuk ke dapur."

Sophie berjalan di depan agar mereka mengikuti. Anak-anak bosnya memang suka sekali makan dan mengonsumsi cemilan. Tidak perlu kaget, rumah utamanya saja memiliki empat unit kulkas dua pintu untuk menyimpan bahan makanan.

Setelah meletakan tas di atas kitchen island, ia kemudian berjongkok di hadapan anak laki-laki kembar tiga tersebut seraya mengacak-acak rambut gondrong mereka.

Hanya SinggahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang