24 - Fashion Show

3.3K 298 3
                                    

"Ya sudah, nanti saya chat Chef Sophie untuk menemani tim accounting sampai malam." Tsumardji menyimpulkan. "Meeting selesai. Silakan kembali ke ruangan masing-masing."

Kitchen team dan akuntan Elite Hotel pamit undur diri. Meeting bulanan selesai dengan hasil yang memuaskan karena rating restoran secara online kian meningkat. Belum lagi tamu yang berdatangan untuk staycation juga membludak.

Strategi pemasaran yang konvensional tidak selamanya bekerja dengan baik. Ada faktor X yang seringkali luput dari pengawasan. Menurut Sophie, pengalaman pribadi masuk ke dalam faktor X tersebut.

Selama meeting, Padmana terkesan dengan hasil yang tertera di layar laptopnya. Sophie memiliki banyak pengalaman dan wawasan berkeliling benua di dunia, entah untuk bekerja maupun liburan.

Tsumardji tidak salah memilih Sophie. Terkadang, Eyangnya itu memiliki pola pikir juga insting yang dianggap nyeleneh, tapi selalu tepat sasaran.

"Kamu nggak datang fashion show?" Tanya Tsumardji setelah menutup laptopnya.

"Kan itu bagian Nareswara, Eyang."

"Ya biar Chef Sophie nggak direbut Nares, Pad Pad. Gitu aja yo nggak paham." Tsumardji terdengar tidak sabaran.

Padmana menghela napas. Lima hari berlalu sejak ia mengetahui fakta bahwa Chef Pandu adalah mantan suami Sophie Ferriere, juru masak pribadinya. Wanita yang disukai ketiga anak-anaknya. Seseorang yang mengganggu pikiran Padmana dua bulan terakhir.

"Mau eyang kenalin aja sama cucu kenalan eyang?" Tsumardji memberikan saran. "Mungkin orang tuamu menghargai keputusan kamu dengan nggak ikut campur. Tapi, Eyang nggak bisa, Pad. Eyang juga orang tua, eyang tau setiap anak berhak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Mereka butuh seorang ibu, Paddy. Kamu juga harus ada yang merawat. Tiga enam untuk ukuran cowok tuh masih terlalu muda untuk hidup sendiri."

"Iya, Eyang."

"Jangan iya iya aja." Tsumardji berubah sewot. "Eyang amati, dulu waktu sudah menikah, kamu beda banget. Sering senyum, mau bergaul, sisi lain seorang Padmana itu muncul karena kehadiran sosok yang istimewa untuk kamu. Seolah pernikahan itu solusi untuk hidup kamu, walaupun kita nggak boleh berpikir begitu. Tapi, begitulah kesimpulan Eyang."

Padmana mencerna setiap nasihat tersebut. Ia juga merasakan hal yang berbeda setelah menikahi Anggia; lebih memiliki alasan untuk hidup dan bekerja keras.

Mungkin dibesarkan dengan cara yang dingin oleh Wiwin dan Tahir membuat Padmana, Sadana dan Anelsa menjadi sosok yang serius, kecuali Nareswara. Kembarannya tersebut lebih memberontak dan jauh dari nilai-nilai seorang Reksoediwirjo.

Oleh karenanya, kehidupan percintaan mereka bertiga tidak berbeda jauh; Sadana dan Padmana bukan tipe yang gonta-ganti pacar, apalagi Anelsa, selalu dikenalkan kepada pria terbaik yang masuk ke dalam lingkaran Reksoediwirjo.

"Gimana?"

Padmana tersadar dari lamunan. "Gimana apanya, Eyang?"

"Duh, kamu tuh kalau soal perempuan memang lambat." Tsumardji menekan tombol untuk menggerakan kursi roda keluar ruangan bersama kedua asistennya.

"Sampai jumpa besok, Eyang. Selamat istirahat."

Tidak ada jawaban dari Tsumardji pertanda ucapan pria beruban itu memang serius dan Padmana harus khawatir dengan sikap tersebut.

Hanya SinggahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang