14 - Sibuk Banget

4K 344 2
                                    

Bu Rini mengabarkan Sophie kalau Reksoediwirjo bersaudara akan datang di malam hari. Ia diberi perintah untuk memasak Chinese foods; dumpling soup, chicken porridge, nasi goreng seafood, ayam cabai garam dan kwetiaw sapi pedas. Untuk penutup, mereka meminta es serut dengan topping mangga potong, mangga jeli dan nata de coco.

Bukannya Sophie malas masak, bagaimanapun juga itu adalah pekerjaannya. Tapi, mereka kan punya Chinese Restaurant yang berlokasi di Elite Hotel. Kenapa tidak delivery order saja? Atau makan malam di sana sekalian.

Sabar, Soph, sabar. Keluhnya dalam hati.

Bu Rini memang sudah mengantisipasi keadaan di dapur yang akan chaos. Jadi, beliau menugaskan dua asisten rumah tangga untuk membantu Sophie menyiapkan, memasak dan menyajikan makanan.

Belum ada sebulan bekerja di rumah Padmana, tapi emosinya sudah naik turun. Sophie jadi memikirkan ulang rencananya untuk memperpanjang kontrak sebagai private chef keluarga Reksoediwirjo.

Awalnya, ia kira akan nyaman menjadi seorang juru masak sebuah keluarga; bekerja di rumah, bos yang jarang berada di tempat sehingga Sophie bisa leluasa dan ada ART yang kerap membantu pekerjaannya.

Tapi ternyata, ia salah besar! Beberapa hari terakhir, ia terlibat lebih dalam dengan keluarga Padmana dan secara mendadak dimintai tolong sebagai seorang penasihat untuk Elite Hotel. Ya, tadi Tsumardji sudah mengabarkannya secara sekilas. Esok, Sophie harus kembali lagi ke Elite Hotel untuk bertemu tim manajemen. Untuk hotel sekaliber milik Reksoediwirjo, buat apa coba memakai jasanya? Agar lebih murah karena tidak memiliki pengalaman kerja di bidang perhotelan?

Bukannya mau mengeluh dan tidak bersyukur mendapatkan uang tambahan, sulit untuk dijelaskan, kenapa pikirannya penuh negativity ketika berhadapan dengan keluarga Padmana. Selain itu, Sophie sudah terlanjur janji pada Hafiz untuk membantu pria itu dengan urusan Woody Restaurant-nya.

Dibanding dengan Elite Hotel, Sophie lebih baik mengurus restoran temannya tersebut.

"Chef Sophieeee."

Sophie menghembuskan napas putus asanya. Satu hal lagi, tiba-tiba ia juga menjadi seorang baby sitter. "Kenapa?"

"Liat sini, Chef!"

Sophie hanya melirik saja ke bawah, ia tahu ada bocah empat tahun yang menyapanya. Sedangkan untuk sekarang, Sophie tidak dalam suasana hati yang baik. "Hmm."

"Bagus nggak baju Mas Abi?"

"Bagus." Jawabnya singkat.

"Yey!" Dia melompat. "Chef masak apa? Ada ayam goreng?"

"Nggak ada."

"Chef lagi sakit?" Tanyanya lagi.

Sophie jadi tidak tega. Padahal Abiyasa datang untuk menunjukan baju Spiderman yang sedang dikenakannya.

Sophie mengalah dan berjongkok di hadapan balita itu. "Mas Abi ke kamar dulu ya. Kalau sudah selesai nanti Chef panggil."

Abiyasa mengangguk patuh.

Memang anak-anak hanya mencari perhatian saja. Sudah diperhatikan, pasti akan menurut. Terbukti, Abiyasa segera keluar dari dapur setengah berlari.

"Heyy! Keponakan!"

Sophie tahu seruan siapa itu. Nareswara.

Masa bodoh. Sophie menumis bawang putih dan cabai.

Padahal, ia sudah datang tiga jam lebih cepat. Sempat terpikir untuk mencari freelance asisten agar mempermudah pekerjaannya. Semakin bertambahnya usia, Sophie merasa kurang gesit dan mudah bingung.

Hanya SinggahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang