39 - Nikah

5.7K 736 36
                                    

Meskipun sudah pernah menikah, Padmana tetap saja deg-degan menyambut akad nikah untuk yang kedua kalinya.

Ia terus berlatih melafalkan nama lengkap Sophie Roxane Ferriere dan jumlah mahar yang telah disiapkan agar tidak terjadi kesalahan ketika duduk di hadapan penghulu nanti.

Apakah Sophie juga merasakan hal yang sama?

Bisa saja Padmana menghubungi wanita itu dan bertanya langsung, tapi ia mengurungkan niatnya.

Entah kenapa, Sophie susah sekali diajak serius kalau ngobrol melalui chat maupun panggilan telepon. Mentang-mentang tidak saling bertatap muka, Sophie kerap kali kurang ajar dan asal-asalan ketika berbicara.

Inilah hal yang Padmana coba ubah dari dirinya sendiri; ego. Sifat buruk yang selalu membuat orang lain tidak nyaman.

Padmana selalu ingin dihargai oleh lawan bicaranya. Padahal, orang tua dan eyangnya sudah mengingatkan, jangan membawa kebiasaan dari kantor ke dalam rumah, nggak baik.

"Paddy, Paddy, ganteng banget adek gue."

Padmana yang sedang dipakaikan kain menoleh mendapati Nareswara, Sadana beserta keponakannya memasuki suite Four Seasons Hotel. Mereka sudah rapih mengenakan beskap berwarna biru muda.

"Semoga lancar, Pad!" Sadana menepuk pundak Padmana.

"Om Paddy ganteng." Ucap keponakannya yang berusia tujuh tahun.

"Makasih, Nino." Padmana melemparkan senyumnya. "Makasih, Mas."

"Ke gue nggak?" Nareswara menuntut.

"Iya, elo juga." Padmana memang tidak bisa bermanis-manis kepada kakak nomor duanya itu. "Anelsa mana?"

Nareswara duduk di pinggir ranjang, "namanya juga cewek, dandannya lama."

"Udah makan?" Sadana dan Nino menempati Sofa di dekat jendela.

"Udah, tadi disuapin mama."

"Kalau sama elo aja, mama sayang banget." Keluh Nareswara.

Tumben-tumbennya sang kakak satu itu mencibir. "Makanya nikah, biar disuapin mama." Balas Padmana sekenanya.

Nareswara malah terbahak. "Iya, ya. Tahun depan giliran gue nggak sih?"

"Iya, Om Nares harus nikah, biar Nino punya banyak sepupu." Saran Nino.

"Bener, Res." Sadana ikut-ikutan anaknya. "Udah mau empat puluh. Kalau lo makin tua, cewek-cewek juga takut."

Padmana terkekeh. "Nggak juga sih, Mas. Bukannya cewek jaman sekarang sukanya yang agak om-om gitu ya?"

"Dih, om-om banget nggak tuh?" Nareswara berubah kesal. "Kayak nggak ada wibawanya tau! Mas-mas gitu loh, masih ada harga dirinya."

Padmana dan Sadana menertawakan ucapan Nareswara. "Hmm bener juga."

"Sama yang umur berapa ya biar gue nggak om-om banget?" Nareswara malah mengutip perkataan yang dibencinya itu.

"Maksimal lebih muda sepuluh tahun lah. Jangan terlalu muda banget nanti repot." Saran Padmana. 

"Oke, gue mulai nabung dari sekarang." Nareswara mengatakannya penuh semangat.

***

Padmana berhasil mengucapkan kalimat yang sakral tersebut dengan lantang tanpa kesalahan sedikit pun. Pundaknya mendadak ringan. Perutnya berhenti bergejolak. Ia dan Sophie resmi menjadi suami istri dan akan memulai perjalanan rumah tangga mereka.

Hanya SinggahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang