13 - Biang Masalah

4.2K 349 1
                                    

"Oke, saya Sophie. Private chef keluarga Pak Padmana." Sophie memperkenalkan diri, lalu mengangkat tempat makan ke udara. "Saya mau antar ini dulu ke Elite Hotel. Senang berkenalan dengan anda, Pak Nareswara."

"Elite Hotel?" Nareswara mengulangnya dengan wajah bingung. "Buat Padmana?"

"Iya."

"Ngapain dia di sana?" Nareswara menyilangkan tangannya di depan dada.

Sophie mengangkat bahu, meskipun ia tahu cerita yang sebenarnya. Namun lebih baik ia menutup mulut. "Kurang tahu, Pak."

"Oke, saya ikut." Nareswara segera balik badan dan langsung berjalan.

Sophie mengejar di belakang sambil menjinjing tas bekal dan shopping bag-nya, "saya bawa kendaraan."

"Tau. BMW itu kan? Bagus juga selera kamu. Saya numpang."

"Hah?"

Nareswara tertawa. "Sudah berapa kali kamu huh hah hah hah ke saya, Chef? Tinggal iya aja gitu loh. Susah banget!"

Sophie mengangkat tangan, membuat gerakan ingin menonjok seraya komat-kamit tidak jelas. Ia yakin, hari ini akan berjalan sangat panjang jika bekerja di luar job desk-nya seperti sekarang dan kemarin, ketika diminta pergi ke Elite Hotel untuk melakukan food testing.

Ya, Sophie pun tidak memiliki kegiatan. Namun, keluarga Reksoediwirjo terlalu menggampangkan waktu luang orang lain. Seakan, segala sesuatunya bisa dibeli dengan uang sehingga orang-orang yang bekerja dengan mereka harus menurut saat itu juga.

"Kamu pendiam ya?" Tanya Nareswara yang menengok dengan cepat ke arah Sophie sebelum kembali fokus pada jalanan di depan. "Pantas saja di-hire sama Paddy. Adek saya itu memang sukanya sama karyawan yang pendiam."

Sophie mengangguk bodoh, tentu saja Nareswara tidak melihat karena sibuk membelah kemacetan ibu kota di pukul delapan pagi ini.

Sejak Sophie bisa berkendara, tidak sekalipun ia mengizinkan orang-orang untuk mengendarai mobilnya, tidak terkecuali anak orang kaya raya seperti Nareswara Reksoediwirjo. Tapi pria itu memaksa. Apa boleh buat? Sophie harus mengalah dan puas hanya duduk di kursi penumpang di depan dan melakukan pengamatan selama perjalanan.

Menurut penampilan secara kasat mata, si kembar Padmana dan Nareswara terlihat sangat mirip; tinggi badan, potongan rambut sampai warna kulit. Namun dari segi sifat, yang mungkin juga turunan, kedua pria tua tersebut sama-sama menyebalkan in their own ways.

Kalau Padmana menyebalkan karena judes, tukang kritik dan jarang senyum. Sedangkan Nareswara kebalikannya. Literally, kebalikan dari semua sifat Padmana yang Sophie sudah sebutkan.

Nareswara kelewat ramah dan banyak bicara. Berada di dekat pria itu membuat Sophie bingung bagaimana harus menanggapi obrolannya.

Sophie tidak terbiasa akrab dengan orang baru. Ia juga terkejut ketika Tsumardji memintanya memasakan makan siang. Setahunya, orang kaya terbiasa menjaga jarak dan hanya ingin beramah -tamah dengan sesama circle-nya. Paling tidak itu yang diberi tahu Ruri, teman Sophie yang seorang anak konglomerat tapi ingin hidup normal dan apa adanya.

Jadi, sejauh ini, berinteraksi dengan keluarga Reksoediwirjo sungguh membuat perasaan Sophie tidak tenang. Termasuk dengan si kembar, yang masih bocil sampai Eyang Tsumardji, yang sudah berumur pun. Mereka selalu memiliki keinginan yang tiba-tiba dan mendadak. Sedangkan Sophie hidup dengan to do list yang jelas.

***

"Halo eyang dan adikku yang aku sayangi." Sapa Nareswara ketika memasuki ruang kerja Tsumardji di lantai VIP Elite Hotel.

Hanya SinggahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang