29 - Dikerjain

3.8K 336 6
                                    

Sophie sampai di Jakarta pukul tiga sore dan segera melipir ke rumah orang tuanya untuk bermalam di sana selama dua hari ke depan. Semakin berumur,  ia merasa semakin manja dan membutuhkan perhatian mereka. Padahal dulu, ia ingin sekali tinggal sendiri dan hidup mandiri.

Tsumardji juga memberikan cuti satu hari, sehingga Sophie langsung mengadakan girls' night out dengan Tasya dan Ruri di Cantina. Kalau sudah urusan ngerumpi, tidak pernah ada kata lelah di dalam kamus para perempuan.

"Jadi, lo sama si bos udah baikan?" Ruri memajukan badannya ingin tahu.

"Kita tuh nggak pernah menyatakan permusuhan secara terbuka, dia aja yang pembawaannya ketus. Ya udah deh, seperti yang kalian tahu, prinsip gue adalah my attitude is based on how you treat me. Jadi, gue perlakukan dia sama dengan cara dia memperlakukan gue."

"Sadis." Tasya geleng-geleng kepala. "Kelanjutannya gimana?"

"Yang bikin gue sama dia lupa sama kejudesan masing-masing sih karena anak bungsu si bos yang lengket banget sama gue. Dan gue baru tau malam kemarin kalau si anak itu nggak pernah mengenal sosok ibunya."

"Ckckck, nggak jelas gitu anaknya siapa?" Ruri memang agak lain cara berpikirnya.

"Nggak gitu, gila!" Sophie sedikit emosi karena temannya tidak nyambung. "Di ruang keluarga sih ada foto Padmana sama istrinya. Tapi, ya asumsi doang sih, kemungkinan ibunya anak-anak udah meninggal waktu mereka kecil atau cerai dari mereka kecil atau gimana, masih belum tau gue."

"Emang beda dia, Sya." Ucap Ruri. "Kalau gue jadi elo, Soph, udah gue cari tau seluk beluk Padmana Reksoediwirjo. Tinggal browsing rumah tangga dia di masa lalu, muncul deh tuh semua fakta yang elo mau tau. Secara, konglomerat kan juga orang tersohor dan sering jadi pemberitaan."

"Nggak semua konglo terkenal kali." Bantah Sophie. "Konglo di bidang apa dulu nih? Di industri tv, entertainment atau parpol sih bisa aja beritanya banyak di artikel online maupun TV."

"Lah dia kan di dunia fashion?" Ruri menimpali.

"Kakaknya yang lebih sering disorot media." Balas Sophie.

"Iya juga sih." Ruri terlihat menerawang. "Terus, outing kemarin ada ortu dia?"

"Nah, ini sih gongnya." Sophie menyuap pofertjes yang manis dan lembut.

"Apaan?" Balas kedua temannya berbarengan.

"Kakaknya si bos jodoh-jodohin gue sama dia karena anaknya yang bungsu pengen gue jadi ibunya. Tapi gue pura-pura nggak denger aja waktu mereka ngebahas itu, karena bokap Padmana lagi ajak ngobrol gue."

"Eh, Soph gue jadi de javu," wajah Tasya berubah serius. "Dulu, masalah lo sama Pandu kan karena ortunya ikut campur, terus sebagai keluarga, Pandu, ortunya sampai saudara kandung memang deket banget. Kalau pun lo jadi sama si Padmana ini, pastiin dia cowok yang beda seratus delapan puluh derajat dari Pandu, Soph. Jangan sampai rumah tangga lo berantakan karena cowok yang nggak tau caranya urus rumah tangga sendiri."

"Nah ini nih," Ruri ikut memberi saran. "Lo takut nggak sih, inisial namanya sama-sama P, mana mirip lagi Pandu dan Padmana."

"Lebay lo semua." Sophie meminum air mineralnya sebelum menanggapi mereka. Ia juga tidak berpikir jauh ke sana. Tujuannya bertemu Tasya dan Ruri hanya sekedar bercerita. "Lo nggak ada yang tanya gue, gue mau sama si bos apa enggak?"

"Lah emangnya nggak mau?" Ruri melongo.

"Iya, emangnya lo nggak ada rasa?" Tasya ikutan terkejut.

"Nggak tau, geng. Caranya jatuh cinta gimana sih?" Sophie bertopang dagu menatap kedua sahabatnya bergantian.

Hanya SinggahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang