19 - Nekat

3.8K 332 8
                                    

"Mau sampai kapan, Paddy?" Tanya Tsumardji yang sedang menyantap nasi putih dan gurame asam manis di ruang kerja Elite Hotel.

Padmana, yang duduk di depan Eyangnya, mendongakan kepala. "Maksudnya Eyang?"

Tsumardji malah tersenyum tipis. "Itu loh, kamu sama Sophie. Mau sampai kapan kamu dingin begitu, padahal sih udah pengin nyosor banget."

"Ya Tuhan, Eyang bahasanya!" Padmana berseru seraya menggelengkan kepala mendengar kosa kata pilihan pria berusia delapan puluh tahun itu.

"Loh ya bener, toh?" Tsumardji tidak merasa bersalah sama sekali.

"Hmm, nggak, Eyang. Dugaan Eyang nggak benar."

"Ck, kamu itu! Nanti keburu Sophie suka sama Nareswara. Kamu mau sejarah terulang kembali?"

Deg!

"Maksudnya, Eyang?" Tanya Padmana hati-hati

"Kamu nih daritadi, nggak paham juga maksud Eyang?" Tsumardji meletakan alat makannya di pinggir piring. "Walaupun kamu nggak cerita, tapi mata Eyang ini berfungsi, Paddy. Eyang tahu karena Eyang seorang pria."

Napas Padmana tertahan. Tubuhnya menegang mendengar kelugasan Tsumardji. Ia tahu betul maksud dari ucapan Eyang, namun tidak yakin juga. "Saya nggak mengerti Eyang."

Tsumardji menyandarkan tubuhnya berusaha santai. "Semua orang juga tahu, mendiang Anggia menyukai Nareswara, bukan Padmana." Ungkap Tsumardji.

"Sejak dulu," Tsumardji melanjutkan, "Anggia menyukai kepribadian Nareswara, kan? Benar tebakan eyang? Tapi, Nares yang nggak tertarik untuk menikah membuat Anggia patah hati. Dan di saat itu lah, kamu memasuki kehidupan Anggia; selalu ada untuk dia dan memperlakukan Anggia dengan baik. Tapi, kamu sendiri juga nggak yakin, apakah Anggia mencintai Padmana karena kamu seorang Padmana, atau dia mencintai kamu karena kemiripan fisik antara kamu dan Nares."

Mendengar kejujuran Tsumardji membuat perut Padmana melilit. Sakit.

Dulu, ia pikir, biarlah dirinya yang bodoh dan menutup mata asalkan Anggia berada di dekatnya. Biarlah ia menikmati kebahagiaan itu, menjadikan Anggia miliknya seorang, walaupun ia sendiri tahu, Anggia belum seratus persen menyukainya.

Padmana mengagumi mendiang istrinya yang seorang desainer perhiasan. Bertalenta, cerdas dan terus mengaktualisasi diri. Dia bahkan kerap berkolaborasi dengan desainer tanah air dan mengikuti fashion show. Padmana bangga. Ia selalu hadir di setiap pencapaian Anggia, yang mana, hal tersebut tidak pernah dilakukan oleh Nareswara.

Padmana pun tidak tahu, apakah Nareswara mengetahui kalau Anggia menyukai pria itu? Atau Nareswara sengaja mengalah karena tahu Padmana menyimpan perasaan pada Anggia?

Entahlah.

Padmana hanyalah seorang pria biasa, yang juga memiliki ego. Ia ingin memenangkan hati Anggia. Tidak mau berbagi dengan pria lain.

Setiap harinya, ia dedikasikan untuk mengambil hati wanita yang dicintainya tersebut; mengantar, menemani dan membantu ketika dibutuhkan. 

Hingga Akhirnya, Anggia luluh. Dia menerima Padmana.

Setelah dua tahun menjalin asmara, hari pernikahan itu pun datang. Tentu saja bahagia mengelilingi Padmana dan Anggia. Sahabat, saudara, kolega, hingga media datang menjadi saksi, tidak terkecuali Nareswara.

Dan sekarang, Tsumardji mengatakan kalau beliau tahu persaingan yang terjadi di antara Padmana dan saudara kembarnya ketika dulu.

"Eyang juga nggak tahu hubungan apa yang terjalin antara Chef Pandu dan Chef Sophie." Tsumardji mengeluarkan handphone-nya. "Tapi firasat Eyang, mending kamu yang gerak duluan."

Hanya SinggahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang