Bab 3

26.9K 430 6
                                    

Sarah menguap dan mengerjapkan mata begitu bangun dari tidurnya. Tadi dia belum sempat merapikan barang barang nya karena langsung tidur begitu lelap ketika tubuhnya menyentuh kasur yang empuk mungkin efek kelelahan dari perjalanan jauh.

Sengaja pintu balkon di buka supaya ada angin masuk karena di kamar ini lumayan gerah tidak ada AC atau pun kipas angin.

"Jam berapa sekarang." Sarah duduk meski dalam rasa ngantuk. Mengambil hp dan melihat jam di sana. "Jam setengah enam. Pantesan di luar udah mau gelap."

Ia pun turun dari kasur dan menutup pintu balkon.

Sebenarnya Sarah butuh mandi sekarang. Badan nya lengket apalagi di kamarnya masih gerah walaupun tadi pintu balkon di buka. Tapi dia tidak berani turun ke bawah.

"Apa gak usah mandi aja ya? Tapi mana betah badan keringetan gini."

Sarah pun memutuskan untuk merapikan barang barang nya dulu. Mengeluarkan semua pakaian nya dari tas lalu merapikan nya ke dalam lemari. Walaupun dua tas tapi kalo di hitung hitung tidak banyak pakaian yang dia bawa.

"Harus langsung di cuci gak usah di kumpulin nanti aku gak ada baju ganti lagi." Ucapnya memikirkan ke depan nya mengenai baju ganti yang harus ia cuci setiap hari walau cuma satu biar nanti pas sudah kering bisa dia pake lagi.

Untuk tidur saja Sarah cuma bawa 3 daster. Sengaja dia bawa banyak kaos kaos pendek termasuk daster nya juga yang berlengan pendek sedikit memperlihatkan ketiak dan paha. Dia sudah tahu kalo di Jakarta udaranya panas. Akan tidak nyaman kalo tiap hari pakai baju baju panjang.

"Loh. Kok gak ada?" Sarah kebingungan karena tidak menemukan pakaian dalam. Padahal dia punya banyak di rumah.

"Astaga. Lupa! Masih ada di lemari. Ya ampun kok bisa lupa sih." Sarah kesal dengan dirinya padahal khusus pakaian dalam sudah ia pisahkan dalam tas kecil untuk kemudian di masukan ke dalam tas nya. Tapi malah lupa.

"Pengen nangis aja deh."

"Mau ngambil juga jauh!"

Tok tok tok.

Kaget mendengar ketukan di pintu. Sarah menyahut. "Ya?" Bergegas membuka pintu.

"Sarah!"

Seorang wanita cantik berambut merah tersenyum lebar padanya. "Ya Tuhan! Kau tumbuh menjadi wanita yang cantik! Astaga."

"Senang bisa ketemu lagi." Rania memeluk hangat keponakan nya itu.

Sarah membalas peluk. "Hallo tante."

"Berapa usia kamu sekarang sayang?" Rania merangkul bahu Sarah dan menuntunnya ke kasur.

"Aku 19 Tan. Bentar lagi 20."

Mereka duduk di sana.

"Terakhir ketemu waktu abah meninggal ya? Berarti usia mu waktu itu 8 tahun?"

Abah adalah sebutan untuk ayah Rania.

Sarah mengangguk.

"Tante seneng kamu mau ke sini. Semog betah ya sama tante."

"Iya tante. Makasih banyak ya, tante baik banget mau biayain kuliah aku." Sarah tulus.

"Sama sama. Tante seneng kok bantu kamu."

"Tante udah beli formulir nya nanti kamu isi dan pilih mau ambil jurusan apa. Sekarang ke bawah yuk. Tante udah beli makan."

"Sarah mau mandi dulu tapi."

"Ya udah mandi dulu. Tapi di bawah ya. Yang atas udah gak bisa di pake."

"Ayo."

"Bentar."

Sarah mengambil handuk, sabun wajah dan sikat gigi serta daster selutut.

Affair with My Uncle [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang