Bab 10

25.5K 396 20
                                    

Mata Sarah mengerjap samar. Beberapa saat dia terpana pada sosok pria yang berdiri santai bersandar di badan mobil. Satu tangan nya masuk ke saku celana dan tangan yang lain memegang ponsel berlogo Apple kamera boba. Ponsel yang berbeda dari yang kemarin kemarin Sarah lihat.

Setahunya handphone Vano sama kayak hp Reksa. Samsung Flip 6. Mengetahui harga nya saja Sarah meringis. Baru tahu ada hp seharga 17 juta.

Sarah tidak tahu saja kalau hp Vano yang saat ini ia lihat adalah IPhone 15 Pro Max 1TB. Tentunya lebih mahal lagi.

Vano. Dengan celana berwarna khaki dan kaos polo berwarna Navy, outfit yang membungkus pas di tubuh kekar Vano. Sarah tau banyak perempuan di sekitar mereka yang curi curi pandang dan tersenyum genit pada om nya karena penampilan lelaki tampan di tambah mobil Hyundai Palisade Abyss Black Pearl yang Vano bawa menambah kesan pria matang kaya raya.

Sarah masih berdiri memperhatikan nya. Vano juga terlihat sibuk dengan ponsel di tangan. Tepat ketika pria itu mengangkat pandangan dan menemukan Sarah yang berdiri agak jauh darinya, Wajah datar Vano berubah menjadi lembut dan tersenyum tipis padanya.

Entah kenapa Sarah masih berdiri alih alih berjalan menghampiri Vano dan tanpa dikomando Vano sendirilah yang menghampirinya.

"Udah selesai kan kuliah nya?"

Sarah mengangguk pelan. Vano melirik godibag di tangan kiri Sarah. "Buku?"

"Iya. Sarah pinjem di perpus kampus."

Tanpa dia duga Vano mengambil tas tersebut yang berisi 3 buku tebal. "Ayo."

Sarah tersenyum pelan. Dia berjalan lebih dulu tidak menyadari jika di belakang nya Vano yang juga menyusul nya memperhatikan bokong bulat Sarah.

"Mau langsung pulang? Saya mau ke supermarket dulu kamu kalo capek istirahat aja di rumah."

Sarah selesai memasang seatbelt. "Sarah ikut. Sarah gak capek capek banget kok."

Sarah tidak mau melewatkan kesempatan ini, dia yang memang suka dan selalu bersemangat jika berbelanja ke pasar keperluan dapur apalagi ini ke supermarket. Seumur umur Sarah belum pernah masuk ke pasar modern itu.

"Kayaknya kamu seneng banget diajak belanja. Padahal bukan shoping loh ini." 

Palisade hitam nya kini sudah masuk ke jalan raya menuju supermarket yang mereka tuju.

"Hehehe... dulu waktu di kampung Sarah biasa pergi ke pasar. Dari kecil juga udah sering diajak ajak ibu. Sarah jadi suka dan seneng padahal gak beli apa apa selain kebutuhan masak."

"Berangkatnya naik ojek terus pulang nya naik becak. Seru tahu om. Kadang Sarah sama ibu suka makan bakso dulu tapi gak beliin buat bapak. Pas mulut Sarah keceplosan bilang bilang abis ngebakso, bapak jadi ngambek ke ibu."

"Terus bapak minta beliin bakso tapi ibu harus ikut. Akhirnya kita bertiga ke pasar lagi deh naik angkot cuma nemenin bapak makan bakso."

Sarah dengan asyik nya menceritakan pengalaman nya dulu bersama orang tuanya. Vano mendengarkan dan menyimak.

Pria itu melirik liriknya melihat raut senang Sarah yang bercerita.

"Saya boleh tanya sesuatu?"

"Boleh. Om mau tanya apa?"

"Di kampung, keseharian kamu apa? Kerja?"

Sarah menggeleng. "Lulus SMA Sarah di rumah aja bantu bantu ibu, tiap pagi juga jualan nasi uduk."

Kening Vano mengerut tipis. "Jualan? Sama ibu mu?"

"Iya. Jualan nasi uduk di depan rumah. Terus kalo lagi musim cengkeh, Sarah juga sama ibu ikut mungutin cengkeh cengkeh yang jatuh buat di jual ke bos cengkeh."

Affair with My Uncle [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang