Chapter 27. Perasaan Berkecamuk

91 4 0
                                    

Adzan Magrib sudah berkumandang saat Bagas sedang mencuci tangan. Hari ini ada barang yang datang. Dia dan para buruh lainnya harus menurunkan semua barang dan memindahkannya ke ruang penyimpanan.

Sepertinya dia akan pulang terlambat dikarenakan jalan yang mungkin sudah macet parah di jam pulang kantor.

"Bagas, ayo duluan!"

Suara Basuki mengejutkan Bagas yang sedang termenung usai membasuh muka. Ia lantas menoleh ke arah sumber suara tersebut. Dilihatnya Basuki yang sudah duduk di atas motornya. Laki-laki itu bergegas tancap gas.

Seperti halnya Basuki, dia pun ingin sekali segera pulang.

Mobil jemputan buruh sudah menunggu. Bagas dan beberapa rekannya segera berjalan menuju ke sana. Mereka yang sudah berada di atas mobil turut membantunya naik.

Angin cukup kencang menjelang malam. Lampu-lampu jalan sudah menyala. Bagas tak sabar ingin segera tiba di rumah.

Entah masak apa Laras hari ini. Apa pun itu, pasti sangat nikmat. Bagas tersenyum tipis mengingat istrinya yang pandai memasak.

"Stop!"

Bagas dan dua orang rekannya segera turun dari pickup hitam yang mereka tumpangi. Sudah sampai di lokasi proyek. Mereka segera menuju motornya masing-masing.

"Nak Bagas kok baru pulang?"

Laki-laki yang sedang mengengkol motornya dibuat terkejut saat seorang lelaki tua menghampiri.

Pak Kardi tersenyum tipis saat mata Bagas menatapnya.

"Maaf karena sudah bikin Pak Kardi menunggu lama. Tadi ada banyak barang yang datang. Jadinya kami kesorean," kata Bagas setelah Pak Kardi naik ke motornya.

"Nggak pa-pa, Nak Bagas. Lagipula tidak ada yang menunggu Bapak di rumah. Bapak cuma kuatir sama Nak Bagas," ucap Pak Kardi dengan tenang.

Bagas tersenyum menanggapi. Sambil mengobrol, mereka segera meninggalkan lokasi proyek.

Sementara itu di butik Elsa. Mobil Fandi terlihat di area parkiran. Sedang dari dinding kaca terlihat si pemilik mobil yang sedang berbincang dengan Elsa.

"Jadi, kamu ingin memajukan tanggal pernikahan kita?"

Elsa mengangguk cepat menanggapi pertanyaan itu. Fandi dibuatnya tercengang.

"Kok mendadak?"

Elsa menoleh ke arah laki-laki yang sedang menunggu jawabannya. Dia geleng-geleng lantas berjalan melewati Fandi.

"Bukankah lebih cepat lebih baik?" jawab Elsa setelah ia berdiri di tepi dinding kaca. Matanya memperhatikan lalu lalang kendaraan di jalan.

Fandi menggeleng. Ia lantas menghampiri Elsa. Perempuan itu dibuat terkejut saat dia meraih lengannya.

"Aku tahu kamu nggak benar-benar pingin menikah sama aku, kan? Kamu cuma mau jadikan aku sebagai pelarian kamu aja! Itu benar kan, Elsa?"

Semua ucapan Fandi membuat Elsa terkejut. Segera ia menarik lengannya dari genggaman laki-laki itu. Elsa lantas mundur.

Fandi tersenyum getir lalu melanjutkan, "Kamu pikir aku nggak tahu kalau kamu sebenarnya menyukai Bagas? Aku bukan laki-laki bodoh, Elsa."

Elsa tersenyum miring lalu menimpali dengan sengit. "Baguslah kalo kamu tahu. Sekarang terserah kamu aja! Mau lanjut atau enggak. Aku nggak peduli."

Fandi mengepalkan tangannya melihat Elsa menantang. "Oke! Aku akan tetap melanjutkan rencana pernikahan ini. Puas kamu?" ucapnya lantas melenggang pergi meninggalkan Elsa.

ISTRIKU TERJEBAK OPEN BO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang