Kediaman Pak Danu siang itu.
Brak!
"Baca itu! Bikin malu keluarga saja!"
Elsa cuma memasang wajah bosan saat ayahnya melempar sebuah dokumen ke meja di depannya. Ekor matanya melirik ke arah ibunya yang sedang duduk tak jauh dari mereka. Sang ibu tampak sedang menangis.
Rupanya Fandi sudah menghubungi pengacaranya dan membatalkan rencana pernikahan mereka. Itu bagus, bukan?
Namun, Elsa tidak menyangka jika masalahnya akan serumit ini.
Orang tuanya Fandi yang merupakan keluarga ningrat di Palembang tidak terima atas batalnya rencana pernikahan itu.
Maka mereka melayangkan tuntutan pada keluarganya dan akan membawa masalah ini ke jalur hukum.
Pak Danu mendengus kesal melihat Elsa diam saja. Dia lantas geleng-geleng. Kemudian berjalan menuju tepi garis jendela.
"Papa tahu kamu tidak suka diatur-atur. Itu semua salah kami karena selalu memberikan kebebasan buat kamu. Sampai-sampai kamu lupa kalau kamu anak perempuan."
Elsa masih terdiam mendengar ayahnya berkata begitu.
Pak Danu melanjutkan, "Semua ini belum terlambat, Elsa. Temuilah Fandi dan bicara padanya. Bila perlu, kamu berlutut di kakinya dan memohon agar dia Sudi menikahi kamu!"
Elsa mengepalkan tangannya seraya memejamkan mata. Dadanya terasa sesak mendengar ucapan sang ayah.
Kenapa dia harus memohon? Bahkan berlutut agar laki-laki itu mau menikahinya?
Apakah sehina itu dirinya di hadapan ayahnya saat ini sehingga dia harus memohon seolah dia gadis yang telah hilang kehormatannya!
Elsa tidak sudi. Ia menoleh ke arah ibunya, lantas kembali menatap punggung sang ayah dengan wajah kesal.
"Aku nggak mau!"
Pak Danu mengepalkan tangannya. Ia lantas berbalik dan langsung menyambar pipi Elsa.
Plaak!
Elsa memalingkan wajahnya menahan panas dan perih di pipinya yang memerah akibat tamparan keras itu.
"Pergi kamu dari rumah ini!" Pak Danu berteriak.
Elsa mendongak dengan wajah kesal. Diusap kasar bulir bening yang tiba-tiba berjatuhan di pipi. Gadis itu segera menolehkan kepalanya lantas meninggalkan ruangan.
"Elsa!" teriak Bu Retno.
Elsa tidak peduli. Sambil berlinangan air mata, ia meninggalkan rumah besar orang tuanya itu.
"Elsa, jangan pergi!"
Bu Retno terus menangis hingga jatuh lemas di depan pintu.
Pak Danu cuma mengepalkan buku-buku jemarinya sambil memejamkan mata. Hatinya teriris mendengar tangisan sang istri yang sedang meratapi kepergian Elsa.
Dia sangat kesal pada anak gadisnya itu. Maka biarlah Elsa pergi untuk sementara waktu. Dia yakin, anak itu pasti tidak akan bisa pergi jauh tanpa dukungan orang tuanya.
***
Jarum jam menunjuk ke angka tiga. Pergumulan panas sedang berlangsung di sebuah kamar hotel siang itu.
Fandi menatap wajah cantik perempuan yang sedang berada di bawah kendalinya saat ini. Laras terus berdesah keenakan saat ia mulai memaju mundurkan miliknya yang sudah mengeras.
Fandi sungguh tidak menyangka jika dia akan menyerahkan keperjakaannya pada seorang pelacur!
Malam pertama yang ia impikan bersama dengan Elsa kini sirna sudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
OPEN BO
Random| khusus dewasa | Laras dijebak oleh lelaki biadab bernama Frans sehingga dia berakhir menjadi seorang wanita panggilan. Dia merahasiakan semua itu dari suaminya, Bagas. Sementara Bagas, laki-laki itu rela meninggalkan rumah orang tuanya demi menika...