Chapter 46. Kebusukan Fandi

102 4 0
                                    

Satu jam sudah berlalu. Laras membuka matanya perlahan. Dilihatnya lelaki biadab itu yang sudah tertidur pulas.

"Ah, sakit ..."

Meringis Laras berusaha untuk bangkit. Matanya mencari-cari ke sekitar. Sudah mau sore. Dia harus segera pergi sekarang.

"Mbak Laras?!"

Jarwo dibuat terkejut melihat Laras yang sedang berjalan menuju padanya. Langkah perempuan itu terlihat gontai. Laras tampak meringis sambil memegang bagian bawah perutnya.

"Mbak Laras nggak apa-apa?" tanya Jarwo cemas. Segera ia menyambar tas hitam yang Laras bawa.

Perempuan itu menggeleng. "Langsung pulang aja, Mas!"

"Baik, Mbak!"

Laras segera masuk mobil setelah Jarwo membukakan pintu. Area intimnya terasa nyeri karena kekerasan seksual yang klien itu lakukan.

Dia tidak sanggup lagi kalau harus pergi menemui klien selanjutnya. Mungkin Fandi akan mengerti jika dia mengirimnya pesan.

["Mas Fandi, aku nggak bisa datang."]

Fandi sangat terkejut dan kesal setelah membaca pesan singkat dari Laras. Apa yang membuat Laras tidak datang padanya? Apakah ini karena Bagas?!

"Kamu memanggil saya, Fan?"

Ekor mata Fandi melirik ke arah seorang lelaki yang baru saja memasuki ruangan.

"Bagas, apa kamu udah ambil keputusan?"

Bagas sedikit terkejut. "Maksudmu tentang ikut dengan tim yang sedang bangun gedung di Kalimantan?"

Fandi mengangguk tanpa melihat ke arah lawan bicaranya.

"Kalo kamu udah bulat, besok pagi kamu harus berangkat."

Bagas tampak kebingungan. Kenapa begitu cepat? Bahkan dia belum mengatakan hal ini kepada Laras. Lima hari di luar kota, itu bukan waktu yang sebentar.

"Saya harus ngomong dulu sama istri saya, Fan."

Fandi mengepalkan tangannya mendengar ucapan Bagas.

Dia ingin Bagas segera ia kirim ke luar kota. Dengan begitu dia akan lebih leluasa bersama Laras. Sepertinya dia harus sedikit menekan lelaki itu.

"Bagas, ada banyak orang yang ingin mendapatkan kesempatan ini. Kenapa kamu masih ragu?" ucapnya. Kali ini sambil menoleh ke arah Bagas dan memasang wajah tenang.

"Saya cuma mau minta izin dulu sama Laras, Fan. Kalo dia mengijinkan, saya tinggal berangkat saja," ucap Bagas.

Fandi tersenyum tipis. "Ternyata begitu ya kalo sudah punya istri. Apa-apa harus ngomong dulu sama istri. Repot."

Bagas tersenyum tipis. "Namanya juga istri, Fan. Nanti juga kalo kamu sama Elsa sudah menikah bakal mengalaminya."

Fandi manggut-manggut. "Yaudah, sana minta izin dulu sama istri kamu," cibirnya.

Bagas senyum sambil geleng-geleng. Dia segera meninggalkan ruangan Fandi.

***

Hari sudah gelap saat Bagas menepikan motornya di pelataran rumah. Dilihatnya lampu rumah yang sudah dinyalakan. Artinya Laras sudah pulang. Bagas pun segera berjalan menuju pintu.

"Laras!"

Suara bass itu mengejutkan Laras yang sedang berendam di dalam bathtub. Rupanya Mas Bagas sudah pulang. Dia segera menyambar handuk putih di sampingnya.

"Mas Bagas sudah pulang?"

Bagas tersenyum lega melihat istrinya yang tampak segar. Dia lantas segera menggiring Laras masuk rumah. Laras keheranan melihat suaminya yang tampak begitu senang.

ISTRIKU TERJEBAK OPEN BO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang