Chapter 39 - Ingin Menghindar

70 3 0
                                    

"Ibu seneng kalian akhirnya pulang ke rumah ini," ucap Purwanti dengan wajah berbinar. Ia tak hentinya tersenyum memandangi dua orang yang kini duduk di depannya.

Bagas menoleh ke arah perempuan cantik yang duduk di sampingnya. Laras menanggapi dengan tersenyum manis.

Akhirnya mereka bisa diterima dengan baik di rumah orang tuanya. Namun entah di mana ayahnya. Kenapa Pak Handoko tidak bergabung dengan kebahagiaan mereka?

"Bagas juga seneng melihat Ibu sehat-sehat. Maaf kalo Bagas sama Laras baru bisa jenguk," ucap Bagas pada Purwanti. Ia lantas tersenyum hangat seraya mengusap punggung tangan sang ibu.

Laras cuma tersenyum melihatnya. Dia pun turut bahagia atas kebahagiaan suaminya.

"Ibu akan sehat-sehat kalau anak-anak Ibu ada di sini. Bagas, Ibu ingin kamu dan Laras tinggal di sini. Bantu bapakmu mengelola perusahaan dan perkebunan, ya?"

Mendengar permintaan sang ibu, Bagas cuma tersenyum. Kemudian ia menoleh ke arah Laras. Sang istri cuma mengangguk menanggapi.

"Maaf sebelumnya jika saya mengganggu. Bapak ingin bertemu dengan Mas Bagas."

Semua orang dibuat sedikit terkejut atas kedatangan Triatno. Juga kabar yang disampaikan oleh laki-laki itu.

Purwanti menatap ke arah Bagas. Ia lantas berkata, "Temuilah bapakmu. Mungkin ada yang ingin dia sampaikan padamu."

Bagas mengangguk menanggapi ibunya. Kemudian dia menatap ke arah Laras. "Mas menemui Bapak dulu, ya?"

Laras mengangguk sambil tersenyum. Bagas pun segera bangkit. Kemudian Triatno mengantar laki-laki itu menuju ruang kerja Pak Handoko yang berada di lantai dua.

Purwanti tersenyum pada Laras. "Kamu sudah mengurus Bagas dengan baik. Terima kasih, Laras."

"Itu sudah tugas saya sebagai seorang istri, Bu."

"Sambil menunggu Bagas, gimana kalau kita ngobrol di taman?"

Laras cuma mengangguk sambil tersenyum. Dia segera bangkit mengikuti Purwanti.

"Pak, Mas Bagas sudah datang."

Suara Triatno membuyarkan lamunan laki-laki paruh baya yang sedang berdiri di tepi garis jendela sebuah ruangan.

"Suruh dia masuk!" perintah Pak Handoko tanpa melihat ke arah lawan bicaranya.

Triatno mengangguk dengan sopan. Dia segera memutar tubuhnya untuk menuju pintu. Di sana seorang lelaki sudah menunggu.

"Bapak minta Mas Bagas untuk masuk," ucapnya pada Bagas.

Bagas cuma mengangguk. Dia lantas berjalan memasuki pintu di depannya. Triatno masih berdiri di sana. Tak lama kemudian dia segera menarik handle pintu ke luar.

Derap langkah sepasang tungkai panjang tertangkap oleh indra pendengarannya. Pak Handoko menaikan sudut bibirnya. Rupanya anak itu sudah datang?

"Pak, apa kabar?"

Bagas berdiri di seberang meja panjang berlapis kayu jati dan kaca tebal. Benda itu menjadi pembatas antara dia dengan laki-laki yang sedang berdiri di tepi garis jendela.

Masih enggan melihat wajah putranya, Pak Handoko berkata,"Jadi kamu datang bersama perempuan itu?"

Bagas dibuat tersentak mendengar ucapan sang ayah. Kenapa Pak Handoko langsung membahas tentang dia yang mengajak Laras ke rumah ini?

"Pak, Laras itu istriku. Tidak mungkin aku meninggalkan dia sendiri di Jakarta."

"Setidaknya kamu tidak membawanya ke rumah ini," desis Pak Handoko dengan sengit.

ISTRIKU TERJEBAK OPEN BO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang