Chapter 29 - Gairah Kuda Jantan

234 5 1
                                    

Matahari mulai condong ke barat saat mobil mewah yang dikemudikan Elsa menepi di lokasi proyek tempat di mana biasanya Bagas menitipkan motornya.

Dari dalam mobil, Elsa memperhatikan laki-laki yang sedang mengengkol motornya di sekitar.

Bagas. Apakah dia akan terkejut jika melihatnya datang?
Entahlah. Yang pasti dia belum bisa merasa tenang jika tidak menemui Bagas.

Menarik nafas dalam-dalam. Elsa segera mendorong pintu mobil ke luar. Ia tidak buru-buru menghampiri Bagas. Sambil beridiri di samping mobilnya, ia memandangi laki-laki itu.

Tidak bisa Elsa pungkiri jika hatinya sangat sedih sejak kejadian di rumahnya tempo hari. Kemudian dia menemui Fandi dan memohon untuk melanjutkan rencana pernikahan mereka yang sempat tertunda.

Tadinya ia pikir bisa membalas sakit hatinya terhadap Bagas. Nyatanya tetap dia yang hancur dan merana dalam rasa cintanya pada laki-laki beristri tersebut.

Elsa kebingungan. Ia sudah berusaha membuka hatinya untuk Fandi. Namun bayangan Bagas selalu menghantui jiwanya. Memintanya untuk tetap mengahrapkan Bagas.

Itu jelas mustahil karena Bagas sudah menikah. Dan kenyataan itu membuat Elsa tenggelam ke dalam jurang kepahitan dalam derasnya dan sepinya penantian.

"Mbak Elsa!"

Suara itu mengembalikan kewarasannya. Elsa segera menoleh ke arah sumber suara tersebut. Dilihatnya seorang laki-laki gagah yang sedang berjalan menuju padanya.

Bagas?

"Mbak Elsa, apa kabar?"

Laki-laki itu bertanya seolah mereka sudah sangat lama tidak bertemu muka. Senyuman yang tersaji di bibir kemerahan itu merenggut semangat Elsa seketika.

"Kabar aku baik," jawabnya dengan nada yang dingin usai membuka kacamata hitam yang menutupi sebagian wajahnya. Maka dipandanginya laki-laki yang kini berdiri di hadapannya itu.

Bagas tersenyum menanggapi. Cucuran keringat meluncur di sekitar leher dan dahinya. Ia kelihatan capek sekali. Namun begitu membuat hati Elsa bergetar. Terutama saat ia membasahi bibirnya.

"Boleh tahu, ada apa kamu mencari ku?"

Elsa sedikit terkejut. Dia lantas memalingkan wajahnya sebagai bentuk rasa malu karena tatapan liarnya terhadap Bagas.

"Aku cuma kebetulan lewat aja."

Bagas manggut-manggut. "Bagaimana kabar ibu dan bapak?" tanyanya lagi.

Elsa menoleh. "Mereka baik-baik saja."

"Syukurlah."

"Aku cuma mau kasih tahu kamu, kalo aku dan Fandi akan melanjutkan rencana pernikahan kami," ucap Elsa selanjutnya. Matanya melirik ke arah Bagas. Ia tak sabaran ingin melihat tanggapan laki-laki itu.

Bagas tersenyum. "Syukurlah. Aku senang mendengarnya."

Elsa kecewa. Dia pikir kabar ini akan sedikit menggetarkan hati Bagas.

Paling tidak dia akan merasa kehilangan sosok perempuan yang pernah menyukainya sangat dalam. Nyatanya tidak. Bahkan laki-laki itu tampak berbinar mendengar ucapannya tadi.

"Ya. Bukankah itu bagus? Aku akan menikah dan menghabiskan hidupku dengan laki-laki yang tidak aku cintai. Namun, kurasa itu jauh lebih baik daripada aku melabuhkan hati pada seorang lelaki yang tidak punya perasaan."

Bagas terdiam.

Ia tahu jika Elsa sedang memancing di air yang keruh. Terserah saja apa yang mau gadis itu katakan. Dia tidak bisa mencintai Elsa dan meninggalkan Laras. Itu mustahil!

ISTRIKU TERJEBAK OPEN BO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang