Chapter 43 - Kembali Ke Jakarta

61 4 3
                                    

Purwanti dibuat terkejut saat seorang asisten menemuinya dan menyampaikan sebuah kabar.

"Bu, Mbak Laras sudah pulang!"

Syukurlah!

Purwanti segera meninggalkan kamar lalu berjalan cepat menuju teras rumah. Dilihatnya Laras yang baru saja keluar dari mobil taksi.

"Laras, kamu kemana saja? Ibu kuatir menunggu kamu pulang!"

Laras cuma tersenyum menanggapi wajah cemas Purwanti. Kemudian ia segera mengikuti langkah ibu mertuanya masuk rumah.

"Jadi, kamu habis mengunjungi panti? Kenapa nggak ajak Ibu juga?" Purwanti tampak merajuk. Namun rasa cemasnya segera hilang setelah mendengar penuturan Laras.

Perempuan itu mengatakan jika dirinya baru saja pergi ke panti asuhan tempatnya tinggal dulu. Laras bersusah payah mencari alasan itu. Dia tak ingin Purwanti curiga.

"Tadi Laras buru-buru karena ditelepon sama Bu Ratna. Beliau rupanya tahu kalau Laras sedang berada di Solo."

Laras bicara dengan wajah tenang dan meyakinkan. Purwanti manggut-manggut mendengarkannya.

"Nggak pa-pa kalau kamu pergi ke panti. Ibu juga sudah salah karena meninggalkan kamu di rumah sendirian," ucap Purwanti seraya meraih lengan Laras.

Laras tersenyum. "Nggak pa-pa, Bu. Lagipula Solo ini kan kampung halaman Laras juga."

Purwanti mengangguk. "Sebentar lagi Bagas pasti pulang. Kamu mandi dulu sana. Kita makan bareng!"

"Iya, Bu."

Laras segera pergi menuju kamar Bagas. Purwanti memandangi punggung perempuan itu sambil berdiri di tempatnya.

***

Sore hari di butik Elsa. Terlihat para pengunjung yang tampak ramai. Elsa cuma tersenyum melihatnya. Sambil berdiri di lantai dua, matanya memperhatikan para pengunjung di bawah sana.

Hari pernikahannya dengan Fandi tinggal hitungan hari. Apakah ini keputusan yang tepat?

Elsa menggeleng pusing. Sikap Fandi akhir-akhir ini juga sangat berbeda. Lelaki itu semakin dingin padai dan menyebalkan.

Masa iya dia mau menikahi lelaki seperti itu?

"Elsa!"

Suara itu mengejutkan perempuan muda yang sedang berdiri di tepi balkon. Elsa segera menoleh ke belakang. Dilihatnya seorang perempuan datang.

"Gue denger si Fandi pergi ke Solo. Kok elu nggak ikut?"

Mona, teman baik Elsa sewaktu kuliah. Mereka cukup akrab. Mona sering datang ke butik Elsa jika sedang berada di Jakarta.

Elsa memasang wajah bosan mendengar pertanyaan Mona. "Ngapain sih bahas dia? Males gue."

Mona tercengang. "Lha? Bukannya elo mau nikah sama tuh cowok? Kok elo biarin aja si Fandi pergi sendirian ke luar kota? Kalo dia kecantol cewek Solo gimana?"

"Bodo amat!"

Elsa menanggapi dengan acuh dan malas-malasan. Dia kesal karena Mona membahas tentang Fandi.

Mona tersenyum getir. "Gue tahu elo nggak mau nikah sama si Fandi, tapi bukannya elo udah setuju? Lagian apa coba kurangnya tuh cowok? Udah ganteng, tinggi, putih, insinyur lagi! Elo beruntung banget dapet si Fandi!"

Elsa tetap tidak senang mendengarnya. "Kalo elo kesini cuma mau ngomongin dia, mending elo cabut sana," ucapnya sinis.

Mona terkekeh geli. "Oke! Oke! Gue minta maaf. Gue kesini cuma pingin ngobrol sama elo. Gue prihatin sama elo, El."

ISTRIKU TERJEBAK OPEN BO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang