01. A child

1.2K 95 15
                                    

Suara anak kecil menangis terdengar dari sebuah rumah kumuh di sudut kota, memecah keheningan malam ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara anak kecil menangis terdengar dari sebuah rumah kumuh di sudut kota, memecah keheningan malam ini. Langkah kaki terdengar selanjutnya, dengan paksa mendobrak pintu yang terkunci. Seketika suara tangis anak itu terhenti, mata besarnya menatap salah satu dari mereka. Satu pria kecil dengan wajah jenaka menunjukan senyuman yang lebih mirip seperti seringaian.

"Sttt... jangan menangis lagi baby," katanya,

"Jangan buang waktu, ayo pergi! urusan kita sudah selesai di sini!" sautan kasar keluar dari bibir salah satu pria di belakang punggung pria kecil itu.

Suaranya tidak sabaran namun tidak menghentikan seringaian pria kecil itu yang masih fokus pada anak yang tengah memegangi pembatas ranjang bayinya yang sudah reyot. Matanya bersinar di bawah lampu temaram.

Laki-laki yang mengabaikan panggilan dari rekannya yang lain itu nekad mendekat pada ranjang si anak.

Mata anak itu berkaca-kaca dan ada genangan air mata di bawah kepolak matanya. Pipinya memerah dan bekas air mata itu masih begitu ketara karena pasti terkejut dengan suara-suara keras sebelumnya yang mengusik tidur si anak.

Tidak dia masih bayi, sekitar 6 bulanan, pria itu mengira-ngira. Anak ini masih sangat kecil. Bau pesing menyengat penciuman laki-laki kecil itu.

Secara implusif mengerling sekeliling mengecek celana dan popok yang di tinggalkan orang tuanya.

Haa... beberapa menit lalu, kedua orang tua si bayi tewas. Kepala keduanya tertembus peluru paling mematikan yang di miliki ketuanya. Kedua mayatnya tergeletak di lantai ruang tamu mereka. Tanpa pengampunan.

Terus mengabaikan peringatan dari luar, laki-laki itu mendekati tempat penyimpanan baju bayi yang hanya sebuah keranjang terbuka sederhana. Memilih salah satu baju dan popok. Sedikit kesulitan untuk mengantinya, karena hidungnya sangat peka. Bau si bayi terus mengusiknya.

"Sudah," dia menyeringai lagi setelah tugas menganti popok bayi selesai.

Puas dengan hasilnya, dan si bayi sekarang memeluk sebuah boneka kusam berbentuk kelinci tanpa wajah.

Senyum pria itu luntur.

Kembali mengikuti kata hatinya, dia mengapit ketiak anak itu. Menaikannya dari dalam ranjang bayi. Si anak memiringkan kepalanya, dan pria itu tersenyum kembali.

"Kamu terlalu imut untuk menyusul kedua orang tuamu, jadi teruslah hidup," katanya.




.

.

.


Kedua tangan Seokjin menyangga nampan yang berisi pesanan pelanggannya di warnet tempatnya bekerja sebagai pekerja paruh waktu. Rata-rata pelanggan di sini adalah pelajar sekolah antara usia 12-17 tahun. Untuk anak-anak di atas usia itu punya tempat lain di tempat ini.

Penny Picker (KookJin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang