23. Hope

445 89 38
                                    

"Kamu makan dulu ya Seokjin," bibi Kwon membujuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu makan dulu ya Seokjin," bibi Kwon membujuknya.

Seokjin enggan beranjak dari kamar tidurnya setelah Jean pergi dari rumah ini. Tidak sama dengan sebelumnya, kamar ini terasa sepi tanpa Jean di sisinya. Seokjin seperti induk ayam yang kehilangan anak-anaknya. Hatinya kosong dan dia juga malas untuk sekedar turun dan melakukan sesuatu. Bahkan untuk sarapanpun tidak.

Dia terus menangis di kamar sejak kemarin memikirkan Jean dan hanya bibi Kwon yang bisa masuk ke dalam kamarnya untuk menemaninya. Tidak seperti dulu dia kehilangan teman bermainnya di panti satu persatu karena mereka mendapatkan keluarga baru yang mengadopsi mereka.

Kehilangan Jean seperti membuatnya kehilangan separuh hatinya. Ini terlalu mendadak dan Seokjin belum siap untuk kehilangan anak itu begitu saja. Di sisi lain, Seokjin juga tahu bagaimana anak itu tanpanya. Keduanya sudah saling terikat benang merah yang membuat hati mereka terus terhubung.

"Jean ngga bisa sendiri bi, bibi tahu sekali bagaimana dia kan?" isaknya,

Sedih saat Seokjin terbangun pagi harinya dan mengingat hari kemarin. Tempat tidurnya bahkan terasa kosong. Seokjin hanya memeluk boneka kelinci kesayangan Jean dalam tidurnya.

Bibi Kwon duduk di tepi tempat tidur Seokjin dan mengusap sayang kepala Seokjin dengan ekspresi prihatin. Tentu dia paham luka yang Seokjin alami sekarang, dia pernah merasakannya. Jauh dari putranya sendiri. Bibi Kwon paling mengerti itu. Tapi semua tetap harus di hadapi. Seokjin harus bangkit dan menata kembali hatinya.

Di dunia ini masih ada banyak kemungkinan. Setelah putranya bercerai, sekarang dia melanjutkan studi dan mengapai mimpi yang dulu sempat tertunda. Mungkin kehidupan mereka tidak sama lagi, tapi tujuan hidup mereka yang baru untuk saling mengisi dan berbahagia akhirnya terbuka lagi. Setiap orang punya lukanya sendiri dan tentu obatnya.

Seokjin masih punya banyak kesempatan jika dia berani melangkah. Bibi Kwon yakin Seokjin bisa melakukannya di masa terpuruknya ini.

"Kamu kenal dengan salah satu polisi itu kan? Kamu bisa mencari tahu soal Jean. Aku yakin, itu bisa sedikit mengobati rasa kehilangamu sementara ini. Pelan-pelan saja menerima keadaanya," bibi Kwon memberi saran.

"Masalahnya aku ngga bisa bi, aku ngga akan rela kalau Jean di ambil begitu saja," Seokjin masih belum bisa berfikir jernih sekarang. Seokjin masih mengunakan emosi dan egonya karena di paksa berpisah dengan Jean begitu saja.

"Itu masalahnya Jinnie, kau masih belum menyadari kondisi kita. Alasan kenapa tuan membiarkan Jean pergi. Kita cari jalan keluarnya dulu," bibi Kwon mengingatkan.

"Aku tahu bibi akan membelanya," Seokjin merengek, dia paling tidak suka jika saat begini orang-orang akan membela tuan kejinya itu.

"Kamu hanya berfikir tuan itu tidak peduli pada Jean, Jin. Tentu saja dia peduli, tapi berbahaya jika kamu ikut mereka. Bukan kamu saja, tapi kami juga," bibi Kwon menjelaskan.

Penny Picker (KookJin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang