7

55 3 0
                                    

"Dia kau ajak bicara seperti itu malah makin drop nanti badannya..." ujar Richard.

"Kita harus panggil dokter... Kalau perlu kita sogok mereka supaya anak kita bisa sembuh..."

"Halah, bukankah kau lebih baik mengurusi kisah cintamu saja dengan orang lain, kamu menganggap kembali Rana, ini tak lain bagian dari rencanamu untuk tetap berada dilingkaran keluarga kami..." ujar Richard. Flora mendelik kesal.

"Apakah kau tidak bisa membahas soal ini diluar rumah sakit? Berbicara seolah kau tidak tahu tempat..." ujar Flora.

"Cih...."

Flora kembali mengusap tangan Rana dan berkata dengan lembut.

"Jangan dihiraukan perkataan ayahmu ya nak... Kamu pasti akan segera sembuh setelah ini, kau tahu? Kamu bisa pergi traveling keliling dunia lagi seperti yang kau lakukan dulu... Bertemu dengan orang orang baru dan memiliki banyak teman...." ujar Flora.

Beberapa saat, Flora dan Richard pun segera keluar dari ruang rawatnya.

Kebetulan ada dokter yang juga akan masuk ke dalam ruang rawatnya. Mereka saling berbincang. "Anda dokter yang biasa menangani anak kami?" tanya Flora.

"Ya benar, itu saya." ucapnya memakai bahasa inggris. Perbincangan diantara mereka pun dimulai. "Bagaimana keadaan anak saya? Apakah penanganan masih terus dilakukan? Apakah tidak bisa dilakukan secara cepat, agar tidak membuang waktu lagi. Dan yang terpenting anakku bisa sembuh kan??" tanya Flora.

"Keadaannya cukup baik untuk saat ini, penanganan masih terus dilakukan, tidak pernah kami hentikan. Tapi ada beberapa hal yang mesti kalian ketahui." ujar dokter itu. Richard dan Flora menunggu jawaban itu.

"Anak kalian mengidap penyakit yang cukup langka, bahkan obatnya masih dalam kajian pihak tertentu. Untuk dapat menyembuhkan anak kalian, kecil kemungkinan bisa sembuh, tapi kami akan mengusahakan sebisa mungkin, barangkali ada perkembangan tertentu dari kajian yang telah para peneliti lakukan beberapa waktu yang lalu..."

"Tunggu, maksudnya kita diharuskan menunggu, begitu? Memangnya penyakitnya seperti apa, kenapa rumah sakit sebesar ini tidak bisa menangani hal semacam ini... Kalian kan rumah sakit besar!"

"Maaf karena ini diluar kendali kami juga, dikarenakan bukan masalah dari seberapa besar biaya dan penanganannya tapi jenis penyakit yang diidap anak kalian..."

"Saya tidak mau tahu! Pokoknya anak saya harus sembuh!! Kami akan mengeluarkan biaya sebanyak apapun, untuk kesembuhan anak kami!!"

"Maaf kami tidak bisa memastikan..."
Di pagi harinya. Giska berniat akan berangkat kerja kembali, tahu tahu didepan rumahnya sudah ada mobil, tidak lain itu adalah Rana, yang sudah melambai lambai tangan menyambutnya dengan senyuman.

"Pagi..."

Giska menatapnya datar dan langsung menutup pintunya kembali tanpa berekspresi apapun, selain... Menghela nafasnya. Dia lagi.

"Kok masuk lagi mbak? Bukannya kita udah telat ya?" tanya Riko.

Giska kembali menghela nafasnya. Setidaknya ini harus ia lalui kembali, tak lupa dengan wajah senyumnya. Ia langsung membuka pintunya.

Menelepon ojek tetangganya. "Maaf bu, bisa ngojekin sekarang enggak ya?" tanya Giska.

"Wah maaf Gis, sekarang lagi banyak tamu dirumah, maaf ya Gis, bisa kan pakai ojek online aja? Lagi rame soalnya dirumah." ujar ibu itu diseberang telepon.

"Baik bu.. Iya enggak apa apa... Makasih ya bu sebelumnya..." ujar Giska menutup teleponnya.

Giska langsung mengotak atik hapenya. Rana datang menghampirinya.

Suami Dari Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang