8

36 2 0
                                    

"Maaf, maksudnya apa ya?" tanya Giska heran.

"Padahal sebetulnya, aku belum sepenuhnya bisa dianggap mantan loh, aku tiba tiba diputusin dia tanpa sebab, itu juga karena dia sakit awalnya, tapi saat aku lihat dia dalam keadaan sesehat ini, berduaan seenak hatinya dengan wanita PENGGODA gak selevel macam ini, aku enggak terima... Kamu itu jauhh, jauh banget dibanding aku, kok bisaaa???" tanya Shella setengah kesal. Dikatakan seperti itu, lantas membuat Giska jengkel.

"Maaf, sebetulnya saya enggak paham maksud pembicaraan anda apa... Tentang siapa yang merebut siapa, dan SAYA enggak merasa telah merebut siapapun yang cukup penting didalam hidup anda, nona yang cukup dikenal." tegas Giska.

Shella balik kesal. "Rana Edelmar! Ya masa sih kamu enggak kenal Rana Edelmar siapa..... Orang yang menumpangi kamu mobil barusan... Yo mosok enggak kenal toh Lek... Enggak usah pura pura gak tahu... Kamu kan yang keganjenan dempetin dia terus hingga akhirnya dia luluh juga karena PELETMU itu!" tandas Sella.

Giska tersentak, dan menatapnya kesal. "Pak Rana?? Oh jadi pak Rana yang menjadi alasan kamu marah marah enggak jelas? Untuk masalah ini, aku ingin kamu tanyakan soal ini ke pak Rana langsung, tanyakan ke dia, alasan kenapa dia berpaling dari kamu... Saya mau tahu jawabannya. Kalau anda sudah mendapatkan jawabannya, bisa tolong beritahu saya?" ujar Giska segera pergi meninggalkannya yang cukup dibuat jengkel dengannya.

"Ishh!! Hey jangan pergi!!! Aku masih belum selesai bicara!" tandas Shella membentak.

Tiba tiba dari arah berlawanan, Rana muncul dan langsung menghampiri Shella. Sebuah kebetulan bagi Shella yang ingin berbicara dengannya, dan tentunya juga bagi Rana yang sudah tak sabaran ingin memakinya. "Bicara aneh aneh kamu sama dia?!"

"Rana, kamu kan enggak seharusnya berada disini, kamu kan sedang sakit... Dan herannya kamu malah mengantar dia ke kantor. Cewek yang jelas jelas entah datangnya darimana. Kamu suka sama dia?" tanya Shella.

Rana menghela nafasnya. "Dia calon istri saya..."

"Hahhh??? Kok... Whattt??? Kamu udah tunangan sama dia? Kok aku enggak tahu? Kok kamu enggak bilang bilang??!" tanya Shella tak menyangka.

"Belum tunangan, tapi masih proses menuju ke arah sana. Dan saya ingatkan kepada kamu, untuk tidak ikut campur urusan saya... Jangan sekali kali kamu melakukan hal buruk kepada Giska." ujar Rana tegas. Ia langsung pergi darisana, meninggalkan Shella yang kelewat kesal.

"Akhhh!!! Sialll!!! Hangus sudah jadi mantu orang kaya!!! Siallll!!!" rutuk Shella.

Meski tentunya ia tak akan pernah menyerah soal ini. Ia akan mengambil kembali apa yang sudah menjadi miliknya sejak awal.

Ia langsung beranjak menuju resepsionis. Dan tanyakan langsung. "Di lantai berapa wanita bernama Giska..."

"Lihat saja, aku enggak akan pernah membiarkan, lelaki incaranku diserahkan begitu saja." bisiknya dalam hati.

Beberapa waktu setelahnya, Giska sedang mengerjakan tugas tugasnya yang kembali sudah menumpuk dihadapan.

Namun tiba tiba saja beberapa orang diruangannya seperti sedang membicarakannya, bahkan ia yang sempat ingin mengambil air putih di dispenser, mengisi botolnya tak sengaja mendengar sayup sayup salah satu dari obrolannya.

"Masa sih? Kok bisa ya pak Rana mau? Masa sih enggak nyari yang lebih baikan dikit..." sayup salah satu pegawai.

"Ini bukan tentang aku kan ya? Kok mata mereka kayak terus perhatiin ke arah sini?" batin Giska. Kembali ke meja kerjanya dan mengerjakan tugasnya. Namun tiba tiba Jihan menghampiri Giska.

"Denger denger kamu cewek yang lagi deket sama pak Rana? Apa berita itu valid?" tanya Jihan.

"Itu enggak benar bu, saya memang belakangan suka pulang bareng beliau, tapi enggak ada maksud tertentu, beliau nganter saya murni karena memang ingin membantu karena motor saya rusak dan lagi di bengkel. Enggak ada maksud lain..." ujar Giska.

"Oh, ya saya juga enggak tahu sih berita ini bener apa enggak.... Saya cuma mau mastiin aja..." ujar Jihan.

"Sama sekali enggak bener bu." ujar Giska.

"Saya cuma mau mengingatkan Giska... Pak Rana itu punya calon tunangan... Bahaya kalo tiba tiba nyerobot tunangannya.. Apalagi kamu tahu sendiri kalau bu Shella gimana protektifnya sama pak Rana selama ini, kalo kamu sampai menghalangi hubungan mereka, kamu bisa dapat masalah nantinya." ujar Jihan.

"Saya paham sekali bu, dan saya tidak ada rencana untuk mengubah pandangan saya." ujar Giska.

"Saya harap kamu jauhkan diri dari pak Rana, sebelum hubungan kalian terendus sama Shella ataupun meruak ke ranah publik..." ujar Jihan.

"Baik bu, terima kasih atas sarannya." ujar Giska.

Di jam istirahat, Rana keluar dari ruangannya dan kini berjalan menuju ruangan Giska. Tepat dihadapan mejanya kini ia berdiri.

"Makan siang bar--" baru akan berkata seperti itu, Giska langsung bangkit dari kursinya dan pergi meninggalkannya. Tentu saja dikejar. Ia memang sudah memaklumi hal ini akan terjadi.

Beberapa orang disekitar ruangan itu termasuk Jihan dan yang lain lantas saling mencuri pandang, menjadikan itu bahan gosipan lagi.

Saat sedang berjalan untuk menghindari Rana, Giska tiba tiba dicegat oleh seorang wanita, ialah Shella.

"Aku sudah menemukan jawabannya..." ujar Shella tersenyum menyeringai dan langsung menarik tangan Giska, membawanya paksa ke dalam kamar mandi.

"Apaan sih!" berkali kali berontak atau menepis namun tetap saja Shella kekeh menyeretnya paksa hingga ke kamar mandi.

"Kamu tahu apa jawabannya?" ia berdiri tegak dengan tatapan intimidasinya yang menyala nyala. Ia maju.

"Rana, telah sangat beraninya direbut olehmu, dan sekarang... Giliran kamu yang kuberi pelajaran!" tandas Shella menarik kepalanya dan rundukkan kepalanya ke air wastafel.

Ia tertawa puas saat itu. Disaat Giska tak bisa bernafas karena air yang mengucur terus di wajahnya. Ia batuk batuk kehabisan nafas. Banyak air yang masuk ke hidungnya.

Rana mendobrak pintu dan lepas tangan Shella dari batang leher Giska.

"Apa kamu gila!!!" tandas Rana marah.

"Haha here we go the hero's come... Selamat datang pahlawan kesiangan... Sedikit telat datangnya..." ujar Shella tak heran, memberi tepuk tangan pada mereka.

"Kamu tahu alasan yang membuat kalian terlihat komplit?" tanya Shella, yang langsung menjawabnya detik itu juga.

"Karena kalian.... Sama sama memiliki kebodohan yang sama..." ujar Shella, langsung mendapat tamparan keras dipipinya, oleh Rana.

"Jangan pernah libatkan Giska ke dalam masalah hubungan kita, karena dia tidak terhitung didalamnya!" tandas Rana menunjuk.

"Lalu kepada siapa aku harus menyalahkan!!! Sedangkan kamu direbut seenak hatinya tanpa seizinku!!"

"Salahkan dirimu sendiri! Kamu pikir karena apa saya berpaling!!!"

"Apa?!!!"

"Jelaskan karena apa???!!"

Rana kelewat kesal tapi tentunya Shella terus saja menerornya dengan penyudutan. Rana menghela nafasnya, mencoba meredam kemarahannya dengan mengusap wajahnya sejenak.
Ia menunjuk.

"Sekali lagi kamu berbuat konyol, jangan sampai saya laporkan kamu ke polisi..." ancam Rana menarik tangan Giska yang terlihat lemas dan memangkunya langsung. Bawa pergi.

Suami Dari Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang