13

63 4 0
                                        

"Ajak mereka, dan temui bu Shafa..."
Beberapa waktu kemudian di hari ketika acara ulang tahun perusahaan diadakan.

Total ada empat bus yang mereka sewa, dimana bus tersebut berisi sekitar ratusan orang diantaranya.

Terlihat bagaimana raut wajah mereka ketika masuk ke dalam bus masing masing, ceria dan penuh semangat.

Ketika bus mulai berjalan pun mereka saling membuka perjalanan hari itu dengan doa keselamatan hingga akhirnya saling bernyanyi atau bershalawat sepanjang perjalanan.

Ada dari mereka yang saling berbincang pada teman sebangkunya, tidur atau malah makan, bergosip ria.

Lain hal dengan Giska yang terus melihat ke arah kaca jendela, melihat bagaimana awan awan itu saling bertumpukan diseberang jendela, apakah akan turun hujan setelah ini?

Giska mendadak memalingkan wajahnya ke arah kursi disebelahnya, kaget saat berubah orang yang duduk disebelahnya. Rana?!

Ia tersentak kaget saat menyadarinya. "B-bapak?"

"Halo, kita bertemu lagi... Calon istri?" ujarnya membuat Giska bersemu merah pipinya dan langsung diusap usap wajahnya oleh Giska sendiri.

Supaya rona merahnya hilang, ia merasa tidak berhak atas perasaannya itu. "Aku kenapa sihhh!!!" menolak mentah mentah perasaannya sendiri.

Sintia yang tadinya duduk disebelahnya kini malah duduk diujung depan sana sambil meminta maaf. Ia memberi isyarat dari kejauhan.

"Sori Gis, gue disuruh dia.." isyaratnya menunjuk pada Rana. Giska menghela nafasnya menatap Rana yang sudah kebiasaan melakukan hal hal semacam itu.

"Kamu lagi liatin apa dari tadi? Awan? Langit? Apa ada cowok ganteng diseberang jendela?" tanya Rana membuat Giska mengernyitkan matanya.

"Akhh bapak kenapa siii ada disiniiiii aku kan pengen nenangin diriii..." gerutunya sambil memalingkan wajahnya ke kaca kembali.

"Yee ngambek... Nengok ke kaca aja terus nanti juga mabok...." protes Rana. "Auk.." balas Giska kesal.

Rana jadinya memeluk tasnya, sambil mencuri pandang ke arah Giska.
Seorang panitia acara tour ini, tidak lain dia adalah bu Jihan, ia segera hadir dihadapan mereka semua, berdiri sembari membawa sebuah spidol dan papan.

"Daripada bengong atau tidur ya, akan lebih baik kita adain acara permainan setuju gak ibu ibu bapak bapak?"

"Setujuuuu!!!"

"Wah seru nihhh..."

"Permainan apa tuh bu Jiji..."

"Saya akan melempar secara sembarang spidol ini ke arah kalian, kalau ada salah satu dari kalian yang kedapatan mendapatkan spidol itu. Kalian diharuskan menerima tantangan itu." ujar bu Jihan.

"Oke deh bu.."

"Siap buuu guruuu..."

Sahut salah satu dari mereka. "Sekarang dalam hitungan ketiga saya akan lempar, siap siap ya bapak ibuuuuu..." ucap bu Jihan.

Langsung saja bu Jihan melempar spidolnya dan mendarat langsung kepada Ilham, yang tepat duduk dibelakang kursi Rana dan Giska.

Ilham yang sedang bengong tampak heran dengan mendaratnya spidol secara tiba tiba ke atas tangannya. Ia langsung ditertawai oleh mereka semua. Bu Jihan berkata. "Haha jatuhnya ke pak Ilham lagi bukkk!"

"Haduhhh kok saya sih bu... Mau diapain nih saya..." tanya Ilham jadi gerogi.

Salah satu karyawan wanita menyahut. "Dihukum gantung bukk.."

Suami Dari Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang