12

65 4 0
                                        

Esok paginya, Giska kembali bekerja. Disana ia sudah diberi hadiah setumpukan pekerjaan yang mesti diselesaikan. Rana juga baru saja datang, ia menyapa Giska, dan Giska balik menyapanya.

Giska mendudukkan dirinya ke atas kursinya. Seraya melamun. Tentunya dengan jawaban Rana kemarin di telepon.

"Saya sudah menduga kamu pasti akan bertanya seperti itu. Saya rasa kamu tidak mesti memikirkan soal ini, nanti jika semuanya sudah pada waktunya, saya baru akan memberitahukannya." ucapnya saat ditelepon kemarin.

Giska menyalakan komputernya. Langsung memulai pekerjaannya. Tiba tiba bu Jihan dan bu Manda saling menghampiri Giska.

"Kok kami lihat kayak ada yang aneh ya sama kalian? Apa kalian memang sedang menjalin hubungan?"  tanya bu Manda.

Giska sedikit terdiam. Ia merasa bingung akan menjawab seperti apa. "Saya tidak ada hubungan apapun dengan pak Rana.

Kami hanya kebetulan sering jalan bersama. Dan saling mengenal dalam suatu kebetulan yang tidak begitu penting." ujar Giska.

"Tapi kok kemarin kami dengar kamu dilabrak sama Shella?" tanya bu Jihan.

"I-itu... Karena beliau menduga saya ada hubungan sama pak Rana...." ujarnya terpaksa. Meski dirinya merasa itu tidak berguna. Ini semakin menambah mereka ingin terus bertanya soal itu.

"Nah kan, Shella aja merasa terganggu sama hubungan kalian... Itu artinya kalian pasti memiliki hubungan khusus..."

"Maaf, kami tidak ada hubungan apa apa..." ujar Giska coba menjelaskan.

"Ayolah Giska, semua orang juga udah pada tahu, enggak usah mengelak lagi...."  ujar bu Manda.

Giska terdiam menunduk. Jujur ia sangat ingin pergi, mereka sangat senang menyudutkannya.

Memang benar kelihatannya Giska dan Rana akhir akhir ini sering bersama, tapi ini semua mungkin bagian dari rencana Rana yang ingin membuktikan kalau dia adalah Rana edelmar, calon suami dari masa lalunya.

Apakah status kalau dia merupakan calon suami dari masa lalu juga akan terbongkar oleh mereka?

"Huft jangan sampe deh, nanti malah bikin heboh satu kantor..." batin Giska.
Kebetulan orangnya keluar, Rana memberikan selebaran pada mereka.

"Kayaknya acara ulang tahun perusahaan kita adakan jalan jalan kesini bagus ya?" tanya Rana. Membuat mereka tersentak sekaligus. Salah satu dari mereka mengambil selebaran dan membacanya.

"Ciwidey?" tanya bu Jihan.

"Wah asyikk jalan jalan pak??? Alhamdulillah.... Setelah sekian lama akhirnya berubah juga di masa kepemimpinan bapak..." ujar bu Manda.

"Ya, akan lebih baik kita lakukan acaranya dilingkungan outdoor, tidak selalu di dalam terus..."

"Asyikkk..." beberapa orang yang mendengar pembicaraan mereka juga ikut gembira atasnya. Saling menjadikan kabar itu topik pembahasan.

Giska ikut tersenyum, ia melihat ke arah Rana sembari membatin. "Enggak ada yang dia rencanain kan?"

Erlanda dan Linda akhirnya sampai didepan kantor tempat Rana dan Giska bekerja. Mereka terus berjalan melewati beragam ruangan hingga akhirnya menepi diruangan tempat Giska.

Erlanda ke ruangan Rana, sedangkan Linda ke tempat kerja Giska. Linda menyapa Giska.

"Hai... Lagi sibuk ya?" tanya Linda. Giska tersentak dengan kedatangannya tiba tiba. Giska menggeleng.

Linda langsung tarik kursi ke sebelahnya dan duduk disana. Menatap wanita dihadapannya sembari mengerdip ngerdipkan matanya dan tersenyum penuh misteri.

"Udah mulai termakan jebakan cintanya Rana?" tanya Linda.

"Eh, hehe..." Giska bingung mau menjawabnya. Secara, kan dia teman baik Rana. Mana mungkin ia berkata yang tidak tidak. Linda kembali berkata.

"Jangan lama lama, buruan pepetin dia balik, nanti nyesel loch, dia disini cuma sebentar... Pas dia pergi, gue yakin, lo bakal nyariin dia..." ujar Linda membuat Giska makin heran.

Disamping juga bingung. Kenapa dia berkata demikian.

"Sebetulnya, saya ingin bertanya ini sejak lama, apa emang bener yang dikatakannya selama ini, kalau dia berasal dari masa lalu?" tanya Giska.

"Ya, dia memang berasal dari masa lalu... Gue juga awalnya enggak percaya, sama kayak lo, tapi banyak banget hal yang sinkron sama omongan dia... Lo ngerasa juga kan?" tanya Linda.
"Iya sih..."

"Makanya... Gue juga sempet nengokin ke rumah sakit sebelum dia dibawa keluar negeri beberapa minggu lalu. Dan memang, keadaannya jauh berbeda meskipun mereka sangat mirip. Gue rasa oplas juga enggak mungkin, dia bukan hanya mirip, tapi memang orang yang sama. Gue baru menyadari itu sama Erlanda belakangan hingga akhirnya kita percaya." ujar Linda.


"Tapi kok bisa... Dia melalui perantara apa bisa kesini?" tanya Giska.

"Melalui cermin yang ada di panti asuhan, tempat dimana Rika dan Riko tinggal dulu..."

"Cermin???" tanya Giska, merasa tidak yakin dengan yang dikatakannya.

"Awalnya gue juga agak heran, tapi gimana, gue juga enggak bisa acuhi  dia juga, karena dia emang Rana asli. Cermin itu, ada di panti asuhan.... Tapi anehnya, pas gue pergi kesana kemarin, nanyain cermin itu, enggak ada... Aneh makanya.."

"Ini beneran kan? Enggak bohong?"

"Ya mana mungkin sih kita bohong... Ngapain juga kita ngerjain lo sampe kayak gini...."

"Terus gimana bisa baliknya kalo gitu?" tanya Giska makin heran.

"Makanya gue mencoba cari tahu, kakek tua itu ngomong, katanya nunggu gerhana matahari di akhir tahun."

"Gerhana matahari akhir tahun? Emang tahun ini ada gerhana matahari?" tanya Giska.

"Ada! Gue yakin banget perkataan kakek tua itu emang beneran..."

"Kamu ketemu kakek tua itu apa gimana?"

"Rana yang temuin, waktu masih di masa itu..."

"Kalo di masa ini apa dia pernah ketemu?" tanya Giska.

"Belum pernah... Tapi kata kakek tua itu bilang, tanpa cermin pun, Rana akan tetap menghilang dan kembali lagi ke masanya disaat gerhana matahari akhir tahun nanti muncul..." ujar Linda.


Giska dibuat heran sekaligus tak mengerti, ibaratnya... Mana mungkin sih hal semacam ini... Tapi memang ia diharuskan untuk percaya dengan hal itu.

Sebuah fantasi yang diluar nalar.
Disaat yang sama Erlanda sudah ada dihadapan Rana. Mereka saling mengobrol satu sama lain.

"Masih ada waktu 5 bulan lagi menuju gerhana matahari akhir tahun...  Dan kita masih belum menemukan cermin itu..."

"Bu Shafa enggak bilang apapun soal kakek tua itu?"

"Ibu itu enggak ngomong apapun, waktu kita juga terbatas, ibu Shafa lagi sakit, jadi kita enggak banyak ngomong, karena maklumin kondisi ibu itu." ujar Erlanda.

"Soal Rika sama Riko?" tanya Rana.

"Sama, kita enggak dapat jawaban apapun... Kayak seolah emang mereka tutupin kali ya?" tanya Erlanda.

"Apa mungkin saya aja yang kesana ya?" tanya Rana.

"Kayaknya enggak deh, soalnya sama aja... Nanti ujung ujungnya kita harus pulang..."

"Gimana caranya supaya kita tahu rahasia yang mereka sembunyikan..."

"Lo apa enggak ada klue lain? Cara supaya bisa tembus masuk ke rumah panti itu?" tanya Erlanda.

"Ada, cara kedua... Melalui Rika dan Riko."

"Rika dan Riko? Nah caranya?" tanya Erlanda balik.

Suami Dari Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang