10

79 3 0
                                    

Selepas kejadian yang menimpa Giska, Rana terus memberi perhatian penuh padanya.

Entah dirinya yang sering bolak balik ke ruangan Giska atau entah ia yang terus menanyakan keadaannya melalui telepon.

"Kenapa bapak sibuk banget pak ngurusin saya? Padahal bapak juga ada banyak jadwal pertemuan hari ini." Sampai Giska pun berani berkata seperti itu padanya.

"Mengkhawatirkan istri saya bukanlah suatu kerugian, itu justru merupakan kewajiban, kalau kamu kenapa napa, saya yang jadinya akan disalahkan."

"Enggak ada yang akan menyalahkan bapak... Bu Shella juga udah pergi, saya cukup aman disini..." ujar Giska masih terlihat lemas.

"Saya antar kamu pulang ya sekarang?"
"Saya masih kuat pak... "

"Saya hanya khawatir kamu kenapa napa nantinya. Saya khawatir kamu malah masuk angin atau sakit anggota tubuhnya .. Hal yang wajar mencemaskan istri sendiri..." ujar Rana.

Giska terdiam mengalihkan wajahnya. Ia tidak merasa jika balasan perkataannya lagi dapat membuat Rana menghentikan kecemasannya.

"Saya antar kamu pulang setelah ini..."
Giska hanya diam saja, ia tak benar benar bisa menghentikan niatnya atas apapun.

Beberapa orang disekitarnya merespon itu dengan kecurigaan. Sudah dapat bisa dipastikan oleh Giska, kalau ia akan menjadi perbincangan lagi setelah ini.

Giska masuk ke dalam mobilnya bersama Rana. Dikursi paling depan.
Mobil mulai jalan, Giska terus melihat ke arah kaca sebelah kirinya.

Lebih ke arah memalingkan wajahnya tanpa mau melihat orang disebelahnya. Sejujurnya ia merasa tidak memiliki andil untuk berada disana. Harusnya Shella, harusnya dia.

Tapi kenapa perkataannya seolah yakin sekali, yang membuatnya tidak mampu mengelak.

"Kenapa diam saja? Ada area tubuh yang sakit?" tanya Rana.

"Enggak..." ujar Giska.

"Kalau ada yang sakit bilang ya..."

"Iya..."

Suasana kembali sepi, tidak ada dari mereka yang saling bersuara. Secara tiba tiba rem mobilnya langsung diinjak, dan seketika mobil berhenti mendadak.

Bahkan sampai dahi Giska hampir kepentok. "Kenapa?" tanya Giska pada Rana yang kelihatan kaget dengan dihadapannya, ia hampir menabrak seorang anak.

Itu adalah Rika yang masih berseragam lengkap, ia langsung lari kabur membawa kue yang dinampannya.

"Rika??"

"Ehh mana??" tanya Giska mencari. Mobil langsung dijalankan kembali, dan mengarahkan mereka ke sekolah Rika dan Riko yang tak jauh dari sana.

"Kamu enggak keberatan kita kesini dulu?"

"Enggak apa apa.... Meskipun mereka juga mestinya masih jam pelajaran... Tapi masa sih tadi Rika?" tanya Giska.

"Dia rambutnya dikuncir, pakai kuncir rambut pita?" tanya Rana.

"I-iya..."

"Berarti itu dia... Tapi kok dia kayak bawa makanan ya? Dia jualan disekolah?"

"Hehh??? Enggak..."

Sesampainya didepan sekolah, mereka pun segera keluar dari mobil. Dan segera masuk ke area sekolah

Disana mereka melihat ramai anak anak saling berhamburan menawarkan makanannya kepada orang disekitar sekolah, entah para guru, wali murid atau ke penjaga sekolah.

Banyak dari mereka yang saling membeli makanannya. "Loh, jadi? Mereka jualan???" tanya Giska. Rana tertawa. "Ada ada aja.."

Rika tak sengaja melihat ke arah mereka yang saat itu bersama dengan Riko. Ia melambai dari kejauhan sambil berteriak.

"Mbak Giskaaaa!!!" pekik Rika. Dengan tangan yang masih menenteng nampan berisi makanan, ia langsung berlari menuju Giska namun tiba tiba saja saking senangnya berlari, ia tak melihat ada batu didepannya dan akhirnya ia jatuh bersama kue kuenya.

"Astagfirullah...." ucap Giska langsung berjalan cepat menghampiri Rika bersama Rana. Riko juga datang menghampirinya.

Sembari berkata. "Kamu nih bukannya hati hati, kuenya jadi jatuh semua kan... Gimana ini harus diganti..." keluh Riko.

"Enggak apa apa, biar om bayar semua kuenya.." ujar Rana. Ia langsung mengusap usap tumitnya dan roknya yang kotor.

Giska berkata padanya. "Bilang apa sama pak Rana?" tanya Giska.

"Makasih om baik..." ujar Rika tersenyum lebar. Rana mengusap pucuk kepala anak itu. "Sama sama..."

"Itu donat buatan kamu apa emang punya orang?" tanya Giska.

"Ini buatan ibu kantin tapi kita bantu jualin... Jadi semua kue kue buatan ibu kantin kita disuruh bantu jualin soalnya katanya buat bantu anaknya yang sakit dan butuh biaya banyak untuk bayar rumah sakit..." ujar Rika.

"Oh baik banget sih kalian... Yaudah kamu bawain lagi kue kuenya nanti mau mbak borong kuenya.... Supaya dagangan kamu laku..." ujar Giska.

"Horeeee... Asyikk... Aku nanti dapat untungnya juga yeeee!!!" Rika segera pergi bersama Riko menuju kantin. "Bagi dua lah.." ucap Riko tak mau kalah.

Giska dan Rana saling melihat dan tertawa satu sama lain. Mereka saling berjalan, saling mengobrol. "Bapak jadi nunggu saya lama disini... Maaf ya..." ujar Giska.

"Enggak apa apa... Lagipula di kantor urusan saya sudah selesai." balas Rana.
"Sebetulnya saya masih bisa diterusin kerja, tapi bapak nyuruh saya pulang..."

"Ya memang kenapa, kamu mau besoknya malah jadi sakit?"
Giska tersenyum tipis.

Rika dan Riko kembali ke hadapan mereka. Rika membawa satu nampan lagi kue selain donat. Kue lopis.

"Wahh ini sih kesukaan mbak dek..." ujar Giska.

"Aku tahu mbak pasti suka, makanya aku ambil kue ini..."

"Wah alhamdulillah... Yaudah, berapa harganya, mbak borong semuanya..." tanya Giska.

Rika menyebut harganya dan menerima dengan senang hati uangnya. "Alhamdu?" ujar Giska meminta Rika meneruskan.

"Lillahhh..."

"Hehe..."

"Hmm enaknya makan ini dimana ya... Disana yuk, kita makannya..." ujar Giska mengajak mereka duduk di tepian kelas. Rika, Rana dan Riko mengikutinya.

Mereka segera duduk ditepian kelas. "Terus kamu jadi enggak belajar dong seharian ini?" tanya Giska seraya membuka ikatan plastik gula merahnya.

"Enggak mbak, soalnya lagi rapat guru gurunya... Mau ada ujian praktek seminggu lagi.." ujar Rika.

"Oh gitu, siap siap ya, belajar yang rajin..."

"Iya.."

"Mas Riko ajarin adeknya ya... Nanti dirumah langsung belajar.."

"Ok mbak.."

Mereka saling memakan kue lupisnya bersama sama, setelah sebelumnya mencuci tangannya terlebih dahulu.
"Mbak kok udah pulang jam segini?" tanya Rika.

"Iya, tadi ada kecelakaan sedikit, jadi mbak disuruh sama bapak ini supaya pulang..." ujar Giska menunjuk ke arah Rana sambil terkekeh.

"Tapi kok malah ke sekolah aku?" tanya Rika heran.

"Hmm, karena bapak ini yang ngajakin... hihi..."

"Tadi enggak sengaja ngeliat kamu jadi kami kesini deh..."

"Oh..."

Selesai memakan kue lopisnya, ada sisa kue lopis yang masih ada. "Sisanya kita bagiin aja ya ke orang orang...." usul Giska, disetujui oleh mereka.

Ketika sedang membagikan, tak sengaja bu kepala sekolah lewat dan menghampiri Giska.

"Ibunya Rika ya?"

"Ah, bukan, saya bukan ibunya... Saya kakaknya Rika.." ujar Giska.

"Loh, bu Giska kan? Ibunya Rika.." ucapnya kembali, yakin.

"Maaf bukan, kakaknya..."

"Ya masa saya salah, ibu kan yang waktu itu ngoomong kalo Rika dan Riko anaknya..."

"Hehh?? Saya gak merasa... Bilang seperti itu..."

Suami Dari Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang