20

27 2 0
                                    

"Maaf permisi..." dia berjalan sedikit membungkuk dikarenakan melewati Giska yang tepat berada didepannya. Dia mulai mencari buku lainnya di rak depan Giska. Giska diam diam masih memperhatikan Rana, dengan buku yang dipilihnya.

"Jangan baca itu mas.." tiba tiba Giska mengajaknya bicara.

"Eh???" Rana balik bertanya. "Kenapa emangnya?"

Giska memajukan wajahnya mendekat sedikit. "Ada joroknya..."

Rana menahan tawa. "Pfft...Kamu berkata kayak gitu berarti sudah pernah membacanya?" tanya Rana.

"Sampe habis malah.."

"Haha katanya ada joroknya..."

"Ya habis kalo enggak dibaca nanti penasaran.... Yaudah aku baca aja sampe habis.. Yah meskipun adegan joroknya cuma sebentar..."

"Oke, tapi gimana garis besar cerita ini? Apakah cukup seru?" tanya Rana.

"Hmm seru sih... Tapi enggak ada romancenya, ada sih dikit, dikit banget, cuma sesendok malah... Setipis tisuuuu..."

"Selera cewek memang beda ya... Beda sama saya... Saya lebih suka misterinya dan plotwist di tiap cerita."

"Iya sih. Ya tapi kurang seru kalo gitu.... Tapi menurutku overall ceritanya bagus sih... Alurnya menarik..."

"Yasudah saya mau booking ini..." ujar Rana menumpuk bukunya dengan buku yang ia pilih lainnya. "Kamu lebih suka komik jepang, china atau korea?" tanya Giska kembali meneruskan pembicaraan.

"Suka jepang sih..." jawab lelaki itu.

"Ih sama, tapi semenjak manhwa korea muncul aku jadi suka keduanya....Jadi bingung mau milih yang mana deh... 50 50 perbandingannya, biar adil haha..." ujar Giska, ikut disenyumi oleh lelaki itu.

Setelah itu kembali saling diam diantara mereka. Giska sesekali melihat kembali ke arah lelaki itu yang terfokus pandangannya ke buku. Ia tak sengaja melihat nama di tas lelaki itu. "Rana Edelmar."

Rana kembali melihat ke arah Giska, Giska berkata. "Nama kamu Rana Edelmar? Boleh aku panggil Rana? Atau Edel? Atau Mar?" tanya Giska.

"Iya, Rana aja..."

"Kamu sekolah dimana?" tanya Giska.

"Aku udah lulus..."

"Heee kamu baru lulus jangan jangan???" tanya Giska. "Setahun yang lalu." jawab Rana.

"Berarti aku panggil kakak!!"

"Enggak mesti sih, nama juga enggak apa apa..."

"Lahir kamu duluan apa aku?
Maksudku kamu lahir tahun berapa..."

"96..."

"Samaaa!!"

"Kamu telat masuk sekolah?" tanya Rana.

"Iya, bener... Aku telat... Aku sakit soalnya waktu itu..." ujar Giska.

"Ohh..."

"Kamu sekolah dimana sebelumnya?" tanya Giska.

"Deket sini..."

"Masa sih? Jangan jangan satu sekolah, aku juga deket..."

"Nama sekolahnya apa??" tanya mereka berdua serentak. Mereka saling tertawa. "Pelita bangsa..." balas Rana.

"Hah? Anak Pelita bangsa yang sekolahnya gede itu???"

"Emang gede ya?"

"Aku pernah kesana, dan sekolahnya bener bener kayak istana, guedeeee bangettttt.." ujar Giska sembari menggambarkan dengan tangannya. Rana terkekeh.

Suami Dari Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang