Rana langsung angkat bicara saat itu. "Saya rasa ada yang mesti saya jelaskan sama anda.... Bisa minta waktunya sebentar?" tanya Rana pada guru itu.
"Oh, baik...." ujar Rana langsung mengarahkannya agak ke belakang, sedikit menjauh dari Giska.
Meninggalkan Giska bersama Rika dan Riko.
Giska terkesan heran dengan mereka. Kenapa seakan ada yang ditutupi dari hal ini. Konyol sekali. Ya mana ada mereka adalah anaknya?! Sedangkan Rika dan Riko adalah anak asuhnya yang ia rawat sejak masih bayi, ya tidak mungkin sama sekali.
Rika entah kenapa raut wajahnya jadi berubah, seperti orang yang ketakutan, kenapa seolah ada yang membelenggu didalam pikirannya?
"Kamu kenapa?" tanya Giska khawatir.
"E-enggak... Aku masuk ya mbak.... Udah mau bel...." ucap Rika.
"Oh yaudah, mbak tunggu sampai kamu pulang ya... Bentar lagi kan waktu pulang?"
Rika mengangguk dan tersenyum lebar, seraya pergi menjauhkan diri darinya.
Namun tiba tiba saja sebuah kilasan terbayang didalam kepala Giska.Kilasan masa lalu, bayangan Rika di ujung sana melambai lambai tangan padanya dan memeluk dirinya di masa itu. Sembari berteriak memanggil...
"Mamaaaa!!!"
Giska tersentak kaget dan seakan tak kuat berdiri, namun ia dengan kuat menopang tubuhnya saat itu juga. "Kenapa... Kok bisa ada ingatan itu didalam kepalaku?" batin Giska bertanya tanya, darimana sebenarnya ingatan itu berasal.... Masa sih... Ingatan itu benar benar sungguhan?
Gak mungkin...Tiba tiba Rana datang menghampiri. Cemas melihat Giska dibuat terpatung.
"Kamu kenapa?" tanya Rana sudah selesai berbicara dengan guru Rika dan Riko. Giska menatapnya curiga. Rana bisa melihat dari sorot matanya yang kelihatan overthinking lagi. "Apalagi? Hmm??" ujar Rana.
"Kamu itu salah satu orang mencurigakan yang masih aku kasih label sebagai orang yang patut dicurigai..."
"Pft... Yah wajar juga sih, tapi nanti kamu juga bakal tahu kok, satu pesan dari saya.... Jangan lama lama nyadarnya." ujar Rana menyentil dahinya kecil. Lalu pergi.
"Hahhh??? Apa maksudnya???" Giska mengejar.
Tak berapa lama, Giska, Rana serta Rika dan Riko akhirnya keluar dari mobilnya. "Makasih ya, lagi lagi dianterin..."
"Justru merasa untung sih saya..."
"Untung? Ah... Bapak mau saya bayar? Berapa pak, segini cukup enggak?" tanya Giska keluarkan uang dua ratus ribu dari dompetnya.
"Enggak... Gak perlu, memangnya saya driver online. Kamu simpan kembali uangnya. Saya hanya merasa diuntungkan sudah mengantar kamu pulang... Bisa jalan jalan berduaan sama calon istri.."
"Saya masih memegang keyakinan di hati saya kalo saya masih mencurigai bapak..." ucap Giska. Membuat Rana tertawa.
"Saya yakin kamu memang akan mengucapkannya... Seperti yang saya katakan tadi, jangan lama lama ya nyadarnya..." ujar Rana. Semakin dikernyitkan dahinya oleh Giska.
"Tuh kannn.... Gitu lagi ngomongnya, enggak heran bakal dicurigain terussss!!!" kesal Giska.
Tiba tiba Rika menciye ciyekan mereka. "Ciyeeee.... Mbak salting...."
"Enggaaaaaakkk Rika kamu masih kecil... Akh udah, aku masuk.... Makasih... Ayo Rika Riko masuk..." ujar Giska langsung membuka pintunya dan masuk, tutup dengan cepat.
Sesampainya Rana di rumahnya, ia cukup terkejut dengan kehadiran ibu dan ayahnya yang sudah ada di tengah rumah. "Rana... Bisa kami bicara sebentar?" tanya Flora mengajaknya duduk didekat mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Dari Masa Lalu
Short Story"Saya ingin melamar kamu." "Apa saya salah dengar?" "Dasar penguntit! Saya yakin kamu bagian dari orang orang itu!!" "Kamu tidak pernah berubah." "Dari tadi kamu nungguin disini??!" "Suatu saat kamu akan mengerti, alasan kenapa saya melakukan ini...