Di sebuah taman dekat area kantor. Giska dan Rana saling duduk di bangku kayu.
"Sudah merasa lebih baik?" tanya Rana. Giska mencoba tarik nafas dan keluarkan perlahan terus berkali kali, seperti yang dicontohkan Rana beberapa waktu lalu.
Ia menyuruhnya untuk melakukan hal itu barusan. Giska menjawab.
"Iya merasa lebih baik..." jawab Giska.
"Saya tidak menyangka kamu juga bekerja disini..." ujar Rana.
"Saya baru bekerja disini Ran... Baru beberapa hari yang lalu." balas Giska.
"Saya mengira kamu sudah jadi dokter sekarang... Tiap saya berkesempatan ke rumah sakit, pasti selalu teringat kamu yang dulu sangat bersikeras ingin menggapai impian kamu jadi dokter." ujar Rana. Giska tersenyum lirih.
Kemudian berkata. "Aku.... Enggak jadi masuk kedokteran..."
"Heh? Kok bisa?" tanya Rana.
"Setahun setelah aku masuk kedokteran, ibu dan ayahku meninggal kecelakaan, jadi... Aku terpaksa keluar dari kampus setelahnya..."
"M-meninggal? Innalilahi... Kapan itu kejadiannya?" tanya Rana tak percaya.
Pantas saja Giska bersikap seolah trauma tadi, mungkinkah ia teringat dengan kejadian yang merenggut nyawa kedua orang tuanya???
"5 tahun yang lalu..." ujar Giska.
"Saya turut berduka cita ya, meskipun telat, semoga amal ibadah kedua orang tua kamu diterima disisiNya..."
"Aamin, makasih...."
"Lalu sekarang kamu tinggal sama siapa?" tanya Rana.
"Sama kakak aja berdua."
"Mas Raka itu?"
"Iya..."
"Enggak nyangka, secepat itu orang tua kamu berpulang... Kamu yang sabar ya..."
"Setelah ibu dan bapakku meninggal, usaha bapakku collapse, banyak orang bank datang, bahkan berniat untuk menyita rumah kami, padahal rumah enggak ada sangkutpautnya sama utang bapak.. Makanya kakakku, mas Raka coba mempertahankan rumah, dengan terus mencicil setiap bulannya hutang sisa bapak..."
"Oh gitu... Ya Allah... Kamu pasti merasa tertekan atas kejadian ini..."
Giska mulai berguliran air mata. Ia berkali kali menghapusnya.
"Aku mengira enggak akan secepat itu... Aku kira masih ada kesempatan untuk aku menjadi anak yang membanggakan bagi mereka, semua impianku serasa enggak kesampaian.... "
"Mungkin bisa dengan cara lain Gis... Dengan kamu yang tetap menjalani hidup, mereka sudah cukup senang dan bangga... Intinya tidak pernah lupa mendoakan mereka sekalipun mereka tidak ada lagi di dunia ini..." ujar Rana.
"Aku merasa runtuh sekali Ran.... Semua terasa sepi..."
Saat itu tidak ada yang bisa Rana lakukan kecuali, menemaninya menangis, sembari memberinya kata penyemangat, untuk tetap menjalani hidup.
Padahal dulu, Giska selalu bercerita banyak hal tentang keluarganya, tentang kelucuan yang sehari hari terjadi di rumahnya, membuat Rana tertawa sepanjang mendengarnya.
Tak menyangka, jika selepas kepergiannya, Giska menahan semua tekanan itu sendirian.
Bahkan ada sedikit perubahan dari raut wajahnya yang tadinya ceria, jadi semurung itu. Lebih banyak diam dan.... Tidak seceria dulu.
Entah kenapa Rana menyadari tiap hal kecil yang berubah darinya.
"Kenapa kamu enggak pernah ke toko buku lagi? Saya sering mampir tapi gak pernah liat kamu lagi disana..." tanya Rana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Dari Masa Lalu
Cerita Pendek"Saya ingin melamar kamu." "Apa saya salah dengar?" "Dasar penguntit! Saya yakin kamu bagian dari orang orang itu!!" "Kamu tidak pernah berubah." "Dari tadi kamu nungguin disini??!" "Suatu saat kamu akan mengerti, alasan kenapa saya melakukan ini...