3

187 7 0
                                        

Pria itu menepati janjinya. Dia menghilang setelah mengatakan itu. Setelah memperkenalkan dirinya, memberitahu namanya.

Tapi anehnya kenapa namanya itu seperti familiar ditelinganya. Apakah ia pernah kenal secara langsung oleh orang bernama Rana?

Sepanjang setengah hari itu berlalu, ia masih terus memikirkan soal Rana. Meski ia selingi dengan beberapa kegiatan, seperti mencuci pakaian sekolah Rika dan Riko hingga menyediakan mereka makan malam.

"Kok mbak makannya cuma sedikit? Enggak kayak kemarin kemarin mbak?" tanya Rika.

Riko menyahut.

"Kepo banget sih..."

"Yee kepolah..."

"Enggak apa apa kok... Kalian abisin gih makanannya." ujar Giska segera bangkit dan pergi menuju luar pintu, intip sebentar jendelanya dan buka pintunya untuk lebih memastikan. Syukurlah tidak ada lagi pria itu.

Giska keluar rumahnya beberapa langkah dan ia lihat pot biru seperti yang dikatakan oleh Rana tadi.

Tempatnya biasa menaruh kunci. Ia berulang kali memikirkan soal ini, merasa jika semua dirasa kebetulan, tapi kenapa sangat relate dengan yang biasa ia lakukan... Sampai segala hal, bisa ia ketahui...

Setidaknya ia mesti cari tahu, minimal tanyakan kepada Rhena, soal Rana. Mungkin saja dia kenal, mungkin juga Giska telah melupakannya tanpa sadar.

Untuk memastikan, kalau pria itu bukanlah seorang penipu atau orang jahat yang ingin mempermainkannya.
Esok paginya Giska mengantar Rika dan Riko terlebih dahulu ke sekolah.

Memakai motor. Sebelum berangkat kerja jam 8. Baru mau berangkat, Rana sudah muncul dihadapannya. Seraya melambai dan tersenyum.

"Perlu bantuan? Saya bisa bantu mengant--"

Giska melewatinya begitu saja segera pergi mengendarai motornya.

Meninggalkannya begitu saja. Rana mengulum senyumnya perlahan dan mencoba memaklumi hal itu.

Tiba tiba seseorang menghampirinya dengan menepuk pundaknya. Seorang perempuan berambut pendek. Memakai celana jeans dan balutan croptopnya. Namanya adalah Linda.

"Gimana? Udah bisa naklukin dia belum?" tanya Linda.

"Masih belum... Mungkin nanti..."

"Udahlah nyerah aja, dan kembali ke tempat asal lo..." ujar Linda.

"Mungkin belum hari ini, masih banyak waktu... Barangkali besok bisa..." ujar Rana.

"Heuh... Udah ditolak berkali kali tapi masih aja kekeh... Emangnya enggak bosen apa dicoba terus."

"Baru dua kali, belum tiga kali, belum keempat atau kelima.... Masih banyak kesempatan...."

"Kalo memang bukan jodohnya buat apa.."

"Sayangnya dia jodoh saya..."

"Hahaha enggak pernah nyerah emang lo.. Sama kayak pas pertama kita ketemu, enggak habis habisnya lo mencoba meyakinin gue kalo lo itu datang dari masa lalu..."

"Dan untungnya kamu percaya dan tidak melaporkan saya ke polisi.... "

"Yah, kesian sebenarnya.... Erlanda juga kayaknya emang seyakin itu sama lo. Udahlah ayo kita pulang..." ujar Linda.

"Ya..."

Giska sudah sampai didepan sekolah Rika dan Riko. Kedua anak itu segera turun dari motornya. Salim padanya. Giska tersenyum dan memberi semangat.

"Semangat yaa belajarnya.... Inget, kesempatan enggak datang dua kali." ujar Giska.

"Oke mbakk..." ucap mereka serentak.

Suami Dari Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang