Giska, muslimah cantik yang baru sampai ke depan rumahnya, tiba tiba dikejutkan dengan kehadiran seorang pria tampan didepan rumahnya.
Dia berpostur tinggi sekitar 180an, memiliki alis yang tebal, berkulit putih dan memakai topi. Jika bisa disamakan, ia mirip Richard Kevin yang ada televisi.
Artis kenamaan yang sangat Giska kagumi. Tapi sungguh, ia tak mengenalinya. Bahkan yang lebih aneh dia tersenyum lalu mulai berkata.
"Saya ingin melamar kamu..."
Giska langsung terbatuk mendengarnya. Merasa aneh dengan yang dikatakan olehnya. Merasa tak masuk akal.
"Maksudnya apa ya? Anda sedang mencoba untuk mengambil hati saya begitu? Supaya rumah ini ikut dijual? Kalian itu sama saja ya.. Maaf.... ini rumah yang sangat berharga bagi saya. Sekalipun orang-orang disepenjuru bumi ini ingin menjual rumah saya dikarenakan rumah ini bernilai tinggi dan bersebelahan dengan hotel... Saya akan tetap pada pendirian saya tidak menjualnya. Paham?" kecam Giska.
Membuat pria itu terkekeh. "Apa yang ada dikepala kamu selalu tentang orang yang akan menjual rumah ini? Ah, perlukah saya memberi tahu kalau saya tidak tertarik sama sekali untuk membeli rumah ini?"
"Terkadang perkataan dan tindakan yang dilakukan orang jaman sekarang sedikit berlawanan. Makanya saya mencurigai setiap orang yang patut saya curigai..." ujar Giska mencoba cari kunci rumahnya di saku kanan dan kiri bajunya, namun tidak ditemukan. Pria ini tersenyum.
"Lagi lagi kamu lupa..." ucapnya menggeleng.
Giska mengernyit heran. "Lupa?" Sambil terus mencari kuncinya ditas.
"Kuncinya dipot..."
Giska tersentak. Bagaimana mungkin dia bisa tahu??? Dengan kebiasaan yang sering ia lakukan, yang bahkan ia lupakan sendiri?!!
Giska mencoba hiraukan perkataannya, dan segera cari ke pot tanaman miliknya.
"Bukan disana... "
Giska tersentak lagi, pria itu segera mengambil kunci itu dari pot dibelakang Giska.
"Letaknya tepat dibelakang pot biru dengan tanaman sereh yang baru beberapa minggu ini kamu tanam."
"Astaga... Kenapa dia bisa tahu hal sekecil itu!!!" batin Giska tak percaya. Ia kemudian lurus menatapnya dan menuduh.
"Penguntit!!! Kamu penguntit yang bekerja sama ingin menjual rumah saya kan!!! Pergiii!!! Pergiii!!! Pergiii!!! Saya bilang pergiii!!!" Giska terus mengusirnya berkali-kali, terus ia lakukan hingga pria itu pergi dengan sendirinya.
Giska masuk ke dalam rumahnya dengan cepat dan kunci.
"Ini konyol... Dia siapa sih?? Masa bisa tahu hal hal yang ... Ah udahlah palingan cuma penguntit suruhan orang orang hotel ini. Emang mereka tuh enggak ada bosennya buat aku berpaling, dikira aku bakal memakan perkataanku? Jelas enggak!" kesal Giska, tiba tiba dua orang anak perempuan dan laki laki menghampiri Giska.
Tidak lain itu adalah Riko dan Rika. Dua anak kembar yang ia asuh dari panti.
"Mbak, aku barusan bisa selesaiin rubik yang mbak beliin kemarin dong.." ujar Rika yang masih menginjak bangku sd kelas 5 itu. Sama halnya dengan Riko yang satu kelas dengannya. Mereka saudara kembar.
"Wahh hebat, gitu dong... Kamu selesaiin sendiri? Pake bantuan dari mas Riko gak?"
"Hehe enggak dong, tapi aku dikasih tahu sama temenku cara selesaiinnya..."
"Yah, dibantu... Tapi enggak apa apa... Itu udah bagus kok... Oh iya mbak bawa makanan kesukaan kalian nih.. Mas Riko tolong ambilin piring dan mangkuk mas, Rika ambil sendok... "
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Dari Masa Lalu
Short Story"Saya ingin melamar kamu." "Apa saya salah dengar?" "Dasar penguntit! Saya yakin kamu bagian dari orang orang itu!!" "Kamu tidak pernah berubah." "Dari tadi kamu nungguin disini??!" "Suatu saat kamu akan mengerti, alasan kenapa saya melakukan ini...