"Menyakiti hati kamu..."
"Hahaha...."
Rana dibuat heran dengan tawanya. "Kenapa tertawa? Apakah ada yang lucu..."
"Bapak bisa aja ya membuat leluconnya... Apa sama cewek bapak yang kemarin itu, candaan ini manjur?" tanya Giska.
"Sudahlah kalau tidak percaya." Rana jadi sebal sendiri. Ia langsung meluruskan.
"Saya tidak pacaran dengan wanita itu. Dia hanya teman saya waktu SMA. Dan Erlanda, dia justru yang merupakan teman terdekatnya, meskipun mereka tidak saling pacaran."
"Ohh... Tapi kok waktu itu bilangnya kalian berdua pacaran?"
"Kamu dikerjai sama dia..."
"Hah? Dia ngibul?"
"Mau aja termakan omongannya."
"Heuhh dasar... Awas aja kalo ketemu..."
"Ayo katakan, hal apalagi yang bisa membuktikan untuk membuat kamu percaya?" tanya Rana.
"Oke, warna favorit saya?"
"Biru, abu abu, pink muda."
"Makanan favorit?"
"Seblak seafood."
"Alasan kenapa saya bekerja di perusahaan ini?"
"Karena perusahaannya cukup dekat dengan rumah, memiliki tunjangan serta gaji yang lumayan dan berkat bantuan saya juga..." ujar Rana.
"Pftt hahaha..." Giska menertawai.
"Sudahlah tidak usah percaya... Kalo tidak percaya." ujar Rana sebal.
"Bapak ini emang bener bener stalker paling niat yang pernah saya temui..."
"Masih saja dibilang stalker..."
"Bapak tahu dari mana sih semua hal tentang saya? Jaman sekarang pak, data pribadi kita aja gampang dilacak orang, termasuk soal pribadi kita... Darimanapun jalan informasi itu terbuka, hanya tinggal menunggu waktu saja akan terbuka.... Contohnya sekarang, pasti entah itu siapa, ada yang membicarakan banyak hal tentang saya kepada bapak, menjadi sumber informasi bagi bapak..." ujar Giska.
"Menurut kamu saya membayar orang orang itu?" tanya Rana terkekeh garing.
"Jaman sekarang, apa sih yang enggak bisa dengan uang... Selama bapak memiliki uang, bapak bisa mendapatkan segalanya, termasuk informasi tentang saya." ujar Giska."Menurut kamu memangnya ada stalker paling niat semacam itu di dunia nyata ini?" tanya Rana mendekatkan wajahnya ke depan wajah Giska. Seraya tersenyum miring.
Giska langsung memundurkan wajahnya. Apakah ia salah? Dalam menduga hal itu? Meski ia masih tetap pada pendiriannya atas persangkaannya. Rana membisik, memajukan bibirnya ke telinganya.
"Sekali lagi saya katakan, saya mengenal kamu, karena memang kita berada dalam hubungan terikat oleh pernikahan... Bukan antara stalker dan korbannya." ujar Rana.
Kedua mata Giska melebar sesaat. Ia langsung degdegan saat itu.
Lagi lagi, dia berkata seolah semua yang dikatakannya adalah kebenaran.
Apakah ini semua bisa dipercaya?
Beberapa saat kemudian Giska keluar dari kantor, sudah cukup malam, pekerjaannya juga sudah selesai. Tiba tiba ia dihampiri oleh sebuah mobil. Tidak lain, masih Rana.
Pintunya dibuka. Ia berkata. "Masuk... Saya antar kamu pulang..."
"Enggak makasih... Saya bawa motor." ujar Giska langsung pergi menuju tempat parkiran. Membiarkannya kesal sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Dari Masa Lalu
Cerita Pendek"Saya ingin melamar kamu." "Apa saya salah dengar?" "Dasar penguntit! Saya yakin kamu bagian dari orang orang itu!!" "Kamu tidak pernah berubah." "Dari tadi kamu nungguin disini??!" "Suatu saat kamu akan mengerti, alasan kenapa saya melakukan ini...