Elara terbangun dengan rasa pusing yang berat, kepalanya terasa berdenyut hebat. Saat matanya terbuka, ia dikejutkan oleh ruangan mewah yang asing di sekelilingnya.
Langit-langit tinggi dengan ukiran rumit, tirai beludru yang berat menghiasi jendela besar, dan tempat tidur dengan selimut satin lembut yang terasa terlalu nyaman untuk dunia yang ia kenal. Dia merasa seperti terjebak dalam mimpi, atau lebih tepatnya, mimpi buruk.
“Apa yang terjadi...?” gumam Elara sambil mencoba mengumpulkan ingatan terakhirnya. Dia jelas ingat sedang membaca novel isekai di apartemen kecilnya sebelum semuanya menjadi gelap. Namun, ini jelas bukan apartemennya.
Sebuah cermin besar di dekat tempat tidur menarik perhatiannya. Dengan hati-hati, ia bangkit dan berjalan mendekat, hanya untuk terkejut melihat pantulan dirinya yang berubah total.
Rambut coklat panjang bergelombang yang sebelumnya ia miliki kini menjadi hitam legam, matanya yang dulu coklat terang berubah menjadi biru gelap yang misterius.
“Ini... ini bukan aku!” serunya dalam hati, tapi refleksi itu tetap mengikuti setiap gerakannya. Perasaan panik mulai menyelimuti, tetapi saat itu pula, pintu kamar terbuka dengan suara derit pelan.
Seorang pelayan wanita muda dengan seragam rapi masuk, membawa nampan sarapan. “Selamat pagi, Duchess. Apakah Anda tidur nyenyak?” tanyanya dengan senyuman hangat.
“Duchess? Aku?” pikir Elara, hatinya mulai memahami situasi aneh ini. Apakah dia... masuk ke dalam tubuh karakter di novel yang sedang dibacanya? Tapi, bagaimana bisa? Dan lebih penting lagi, kenapa karakter ini?
Elara berusaha mengingat kembali cerita dari novel yang ia baca. Novel itu berkisah tentang seorang perempuan yang terjebak dalam pernikahan dengan Duke Sebastian Blackwood, seorang pria dengan reputasi menakutkan.
Dalam cerita asli, Duchess itu sangat mencintai suaminya, tetapi cintanya berakhir tragis karena pengkhianatan dan ambisi Sebastian.
“Tidak mungkin... aku berada dalam tubuh istri villain?” gumam Elara, merasakan ketakutan yang menjalar di sepanjang tulang belakangnya. Namun, kenyataan di depannya terlalu nyata untuk diabaikan.
Pelayan itu, yang memperkenalkan dirinya sebagai Rose, tampak khawatir melihat ekspresi pucat Elara.
“Duchess, apakah Anda baik-baik saja? Perlu saya panggilkan tabib?”
Elara segera menggelengkan kepala, berusaha menenangkan diri. “Tidak, aku... aku hanya merasa sedikit lelah. Tidak perlu khawatir,” jawabnya dengan senyuman yang dipaksakan. Dalam pikirannya, dia mencoba mencari jalan keluar dari situasi yang tak masuk akal ini.
“Aku harus bertahan hidup,” pikir Elara. “Dalam cerita aslinya, Duchess ini mati dengan menyedihkan. Tapi aku punya keuntungan—aku tahu jalan cerita dan bisa menghindari nasib buruk itu.”
Namun, rencana untuk bertahan hidup menjadi semakin rumit saat pintu kembali terbuka dan seorang pria tinggi dengan mata tajam dan aura yang dingin melangkah masuk.
Pria yang sangat dikenal oleh Elara, karena dia adalah Sebastian Blackwood, sang Duke yang mengerikan.
Sebastian memandangnya dengan tatapan yang sulit ditebak. Mata birunya yang tajam meneliti setiap gerakan Elara, seolah mencari sesuatu. Elara harus berjuang keras untuk tetap tenang, meskipun hatinya berdegup kencang.
“Bagaimana tidurmu, Duchess?” tanyanya dengan nada yang dingin namun penuh kontrol. Suaranya dalam dan menggetarkan, membuat ruangan yang luas itu terasa lebih sempit.
Elara menelan ludah, mencoba mencari kata-kata yang tepat. “T-tidak buruk,” jawabnya, mencoba terdengar percaya diri. Tapi, nada suaranya tidak bisa menyembunyikan kegugupannya.
Sebastian tampak mengangkat alis, tetapi tidak mengatakan apa-apa lagi. Sebaliknya, dia berjalan mendekati jendela besar di samping tempat tidur, menatap keluar dengan tatapan termenung.
Elara tahu bahwa dalam cerita asli, sang Duchess selalu berusaha keras untuk mendapatkan perhatian dan cinta Sebastian, namun selalu diabaikan.
Tapi sekarang, dengan jiwa modernnya yang terperangkap dalam tubuh ini, Elara memiliki pendekatan yang berbeda. Dia tidak akan mengemis cinta dari pria yang jelas-jelas tidak mencintainya.
Dia harus menemukan cara lain untuk bertahan hidup dan, jika mungkin, memenangkan hati pria ini tanpa kehilangan harga dirinya.
Sebastian berbalik setelah beberapa saat, menatap Elara lagi. “Apakah ada sesuatu yang ingin kau katakan, Duchess?”
Elara mengambil napas dalam-dalam. “Sebastian,” dia memutuskan untuk langsung saja, “aku ingin kita mulai dari awal. Mungkin selama ini kita terlalu sibuk dengan urusan masing-masing, tapi mungkin... kita bisa mencoba untuk saling memahami lebih baik.”
Sebastian tampak terkejut dengan pendekatan langsung ini. Dalam sekejap, dia kembali menutupi emosinya dengan dingin. “Kau ingin lebih mengenal satu sama lain?” tanyanya dengan nada skeptis.
Elara mengangguk, menatapnya dengan mata yang penuh tekad. “Ya, itulah yang kuinginkan.”
Sebastian menatapnya beberapa detik yang terasa seperti selamanya, sebelum akhirnya tersenyum tipis—senyum yang sulit ditebak. “Baiklah, Duchess. Mari kita lihat seberapa jauh tekadmu ini bisa bertahan.”
Elara tahu bahwa ini bukan janji yang mudah, tetapi itu adalah langkah awal. Sebuah langkah yang akan menentukan kelangsungan hidupnya dalam dunia yang asing ini.
Sebastian pergi, meninggalkan Elara dengan pikiran yang berputar-putar. Dia mungkin baru saja memulai permainan yang sangat berbahaya, tetapi dia tidak punya pilihan lain.
“Satu langkah demi satu langkah,” pikir Elara sambil mengepalkan tangannya. “Aku akan membuat hidup ini menjadi milikku—dan mungkin, hanya mungkin, aku akan memenangkan hatimu, Sebastian Blackwood.”
Namun, di dalam hati kecilnya, Elara tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai, dan banyak rintangan yang menanti. Tapi dengan semangat baru yang membara, Elara siap menghadapi dunia yang asing ini, dengan segala keindahannya, kesulitannya, dan... kejutan-kejutan yang mungkin menunggunya di sepanjang jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villainess Bride
RomanceSeorang perempuan terbangun dalam tubuh istri seorang penjahat yang terkenal dengan sifat dingin dan kejamnya. Dalam cerita asli, sang istri selalu menginginkan cinta suaminya, tetapi dia akhirnya mati karena pengkhianatan. Kini, dengan jiwa modern...