Bab 12: Momen Bersama

113 7 0
                                    

Angin malam berembus lembut melalui jendela istana, membawa serta wangi bunga mawar dari taman yang bermekaran.

Elara berdiri di depan cermin besar di kamarnya, matanya menatap gaun indah berwarna ungu lembut yang tergantung di depannya. Gaun itu adalah salah satu yang paling mewah yang pernah dia kenakan, dengan hiasan renda dan sulaman emas yang elegan.

"Lydia, kau yakin ini adalah pilihan yang tepat?" Elara bertanya, suaranya terdengar ragu.

Lydia, pelayan setianya, tersenyum kecil sambil mengikat pita di belakang gaun. "Nyonya, Anda akan menjadi pusat perhatian malam ini. Semua orang akan terkagum-kagum melihat betapa anggunnya Anda."

Elara menghela napas, menatap bayangannya sendiri. Malam ini dia dan Sebastian diundang ke pesta dansa bangsawan yang diadakan oleh Duke Ashton, salah satu bangsawan paling berpengaruh di kerajaan.

Pesta ini adalah kesempatan penting bagi mereka untuk menunjukkan kekompakan sebagai pasangan, namun Elara merasa canggung. Sejak insiden dengan Isabella, hubungan mereka terasa tegang dan penuh jarak.

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka, dan Sebastian muncul dengan penampilan yang sangat memesona dalam jas hitam dengan hiasan emas. Mata mereka bertemu di cermin, dan Elara merasakan detak jantungnya melambat.

"Kau terlihat luar biasa," Sebastian berujar, suaranya dalam dan lembut.

Elara tersenyum tipis, mencoba menutupi kegugupannya. "Terima kasih, Sebastian. Kau pun terlihat... sangat tampan."

Sebastian melangkah mendekat, menawarkan lengan kirinya. "Siap untuk menghadapi dunia bersama?"

Elara menatap lengan yang disodorkan itu sejenak sebelum akhirnya mengaitkan tangannya dengan lengan Sebastian. "Siap," jawabnya, meskipun masih ada keraguan dalam hatinya.

Malam itu, aula pesta Duke Ashton dipenuhi dengan para bangsawan yang tampak bersemangat, tertawa, dan bercakap-cakap dalam kelompok kecil. Lampu-lampu kristal yang berkilauan menambah keanggunan suasana, sementara musik lembut dari orkestra mengalun memenuhi udara.

Saat Elara dan Sebastian memasuki aula, semua mata tertuju pada mereka. Elara bisa merasakan tatapan para tamu yang penuh rasa ingin tahu—dan mungkin sedikit iri. Dia menelan ludah, berusaha menenangkan dirinya. Namun, tangan Sebastian yang kokoh di sisinya memberi sedikit kenyamanan.

"Sebastian, Elara!" Duke Ashton menyambut mereka dengan hangat, senyumnya lebar. "Sungguh kehormatan besar memiliki kalian di sini malam ini."

"Terima kasih atas undangannya, Duke Ashton," balas Sebastian dengan sopan, sedikit membungkuk. Elara mengikuti gerakan Sebastian, mencoba meniru kesopanan yang diajarkan Lydia dengan sempurna.

Ketika musik berubah menjadi irama yang lebih ceria, Duke Ashton mengundang semua tamu untuk memulai dansa. Sebastian berbalik ke arah Elara, memberikan senyuman yang langka, namun tulus. "Apakah Nyonya ingin berdansa?"

Elara menatap Sebastian, mencoba membaca pikirannya. Meski awalnya ragu, dia akhirnya mengangguk. "Tentu saja."

Mereka berjalan ke tengah lantai dansa, dan ketika musik mulai mengalun, Sebastian menarik Elara ke dalam pelukannya dengan anggun. Langkah mereka awalnya canggung, namun Sebastian memimpin dengan ketegasan yang lembut, membuat Elara merasa lebih nyaman.

"Sebastian... aku tak tahu kau bisa berdansa sebaik ini," bisik Elara dengan suara rendah.

Sebastian tersenyum tipis. "Ada banyak hal yang belum kau ketahui tentang diriku, Elara."

Elara tertawa kecil, merasa sedikit lebih rileks. "Mungkin kita harus menghabiskan lebih banyak waktu bersama agar aku bisa mengetahuinya."

Percakapan mereka terputus oleh irama dansa yang semakin cepat, namun tak disangka, mereka justru semakin sinkron.

Setiap gerakan mereka terasa seperti tarian yang sudah lama dipelajari, seolah-olah tubuh mereka sudah mengenal ritme satu sama lain. Para tamu yang mengamati mereka tampak terkejut melihat betapa harmonisnya mereka sebagai pasangan.

“Lihatlah, mereka benar-benar pasangan yang serasi,” terdengar bisikan dari salah satu tamu.

“Siapa sangka Duchess yang baru ini bisa berdansa dengan begitu anggun bersama Sebastian?” seorang tamu lain menambahkan, terkesan.

Elara mendengar bisikan-bisikan itu dan merasa sedikit lega. Mungkin, pikirnya, ini adalah langkah kecil ke arah yang benar.

Setelah beberapa tarian, musik melambat menjadi melodi yang lembut dan romantis. Elara, yang sudah mulai merasa lelah, menyadari bahwa tangannya masih berada dalam genggaman Sebastian.

Jantungnya berdebar lebih kencang, dan dia menatap Sebastian dengan pandangan yang berbeda—bukan lagi sebagai pria yang dingin dan jauh, tapi sebagai seseorang yang mungkin mulai membuka hatinya.

“Sebastian…” Elara memanggilnya dengan lembut, matanya berkilat penuh harapan.

“Aku ingin kau tahu bahwa aku benar-benar ingin membuat pernikahan ini berhasil. Bukan hanya karena posisiku sebagai Duchess, tapi… karena aku peduli padamu.”

Sebastian berhenti sejenak, menatap mata Elara dengan sorot yang sulit diartikan. Seolah ada perang batin dalam dirinya, antara keraguan dan keinginan untuk membiarkan diri merasa. Akhirnya, dia menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab.

“Elara, aku…” Sebastian terdiam, terlihat sedikit bingung harus berkata apa. Namun, akhirnya dia memutuskan untuk berbicara dari hati. “Aku belum terbiasa dengan perasaan ini. Tapi… aku juga ingin kita berhasil.”

Kata-kata itu, meski sederhana, memberi Elara harapan baru. Dia tersenyum, dan untuk pertama kalinya malam itu, Sebastian membalas senyumannya dengan tulus. Ada sesuatu yang berubah di antara mereka, sesuatu yang lebih mendalam daripada sebelumnya. Mungkin, ini adalah awal dari hubungan yang sebenarnya.

Ketika tarian mereka berakhir, Elara dan Sebastian saling melepaskan dengan enggan. Mereka kembali ke sisi aula, tetapi suasana di antara mereka tidak lagi canggung. Sebaliknya, ada kehangatan yang mulai tumbuh, menyelimuti keduanya dalam rasa kebersamaan yang lebih nyata.

Malam itu, meskipun hanya sekilas, mereka berdua merasakan ketertarikan yang tumbuh. Dansa bersama itu menjadi titik balik, membuka pintu bagi kemungkinan-kemungkinan baru yang lebih manis dan mendalam.

Dengan ini, Elara tahu bahwa perjalanan mereka sebagai pasangan baru saja dimulai, dan dia siap untuk menjalaninya—bersama Sebastian.

The Villainess BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang