Bab 7: Intrik Istana

124 10 0
                                    

Di pagi yang cerah, Elara berdiri di balkon kamarnya, memandang ke arah taman istana yang mulai bermekaran. Hari-hari di istana Blackwood mulai terasa lebih ringan baginya, tetapi ada awan gelap yang menggantung di kejauhan.

Rumor tentang konspirasi politik yang melibatkan bangsawan lain telah sampai ke telinganya, dan dia merasa tidak bisa tinggal diam.

"Lydia," panggil Elara saat pelayan setianya masuk ke dalam ruangan dengan secangkir teh. "Kau sudah mendengar tentang keluarga Nightshade yang mencoba menjatuhkan Duke?"

Lydia mengangguk dengan ekspresi serius. "Ya, Nyonya. Keluarga Nightshade dan beberapa bangsawan lainnya merasa terancam dengan kekuatan Duke Sebastian. Mereka mungkin akan mencoba sesuatu yang berbahaya."

Elara menarik napas dalam-dalam. "Kita tidak bisa membiarkan ini terjadi. Jika mereka berhasil, itu bukan hanya akan menghancurkan Sebastian, tetapi seluruh istana ini."

"Apakah Anda punya rencana, Nyonya?" tanya Lydia, matanya penuh harap.

Senyum tipis menghiasi wajah Elara. "Tentu saja. Aku tidak akan membiarkan Sebastian sendirian dalam menghadapi ini. Mereka tidak tahu siapa yang mereka hadapi."

***

Sore itu, Elara memutuskan untuk bertindak. Dia memanggil para pelayan dan beberapa anggota istana yang setia padanya. Dengan bantuan Lydia, dia mulai menyusun rencana yang matang untuk menghadapi ancaman dari keluarga Nightshade dan para sekutunya.

"Isabella Nightshade mungkin licik, tapi dia tidak tahu bagaimana cara berpikir di luar kotak," pikir Elara sambil merencanakan strategi dengan cermat.

"Kita akan menggunakan cara yang lebih halus, sesuatu yang tidak mereka duga."

Dia menggunakan pengetahuannya dari dunia modern untuk menyusun taktik yang cerdik. Pertama, dia mengatur agar informasi palsu tentang kelemahan Sebastian tersebar di antara bangsawan yang berkhianat. Mereka akan tertarik dengan jebakan ini dan melakukan kesalahan langkah.

Di ruang rahasia di belakang perpustakaan, Elara berbicara dengan salah satu informan rahasia yang telah dia rekrut beberapa waktu lalu.

"Pastikan berita tentang pertemuan rahasia diadakan di lokasi yang kita tentukan," katanya dengan nada penuh keyakinan.

"Biarkan mereka berpikir bahwa mereka bisa menjebak Sebastian, sementara sebenarnya kita yang akan menjebak mereka."

Informan itu mengangguk sebelum segera pergi untuk menjalankan perintah Elara. Lydia, yang menyaksikan semuanya, tidak bisa menahan diri untuk tersenyum kagum.

"Anda benar-benar luar biasa, Nyonya. Saya tidak pernah menyangka Anda akan secerdas ini," puji Lydia.

Elara hanya tersenyum, matanya berbinar dengan rasa percaya diri. "Aku hanya menggunakan apa yang sudah aku pelajari di masa lalu. Di dunia ini, kita harus bisa beradaptasi atau hancur."

***

Malam itu, setelah memastikan semua rencana berjalan dengan lancar, Elara merasa sedikit lega. Namun, dia juga tahu bahwa tidak ada yang pasti sampai semuanya benar-benar selesai. Dia kembali ke kamar, merasa lelah tetapi puas dengan apa yang telah dia capai hari itu.

Saat dia membuka pintu, dia terkejut melihat Sebastian berdiri di dekat jendela, menatap keluar dengan ekspresi yang sulit ditebak. "Sebastian?" panggilnya dengan lembut.

Sebastian menoleh, tatapannya dingin seperti biasa, tetapi ada sesuatu yang berbeda di matanya. "Aku dengar kau terlibat dalam masalah politik hari ini."

Elara mengangguk, mencoba membaca ekspresi suaminya. "Aku tidak bisa diam saja melihat mereka mencoba menjatuhkanmu. Aku harus melakukan sesuatu."

Sebastian menghela napas panjang, matanya tetap terpaku pada Elara. "Kau seharusnya tidak perlu mengambil risiko seperti itu. Jika sesuatu terjadi padamu…"

Elara melangkah mendekat, menatap suaminya dengan lembut. "Sebastian, aku adalah istrimu. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu atau istana ini. Kita adalah tim, bukan? Aku mungkin tidak bisa bertarung sepertimu, tetapi aku punya cara lain untuk membantu."

Sebastian tampak terdiam sejenak, lalu dengan gerakan yang perlahan namun pasti, dia meraih tangan Elara. "Kau terlalu berani, Elara," bisiknya, nyaris tidak terdengar. "Tapi itulah yang membuatmu berbeda."

Elara merasa kehangatan menjalar di seluruh tubuhnya. Momen ini adalah yang paling dekat yang pernah mereka alami. Untuk pertama kalinya, dia melihat sedikit celah di balik dinding yang selama ini Sebastian bangun.

"Tidak perlu berterima kasih, Sebastian," Elara tersenyum lembut, meskipun hatinya berdebar. "Aku hanya melakukan apa yang perlu dilakukan."

Sebastian tidak melepaskan genggamannya. "Hanya, hati-hati, Elara. Dunia ini penuh dengan bahaya yang tidak bisa kau lihat."

Elara mengangguk, merasakan perhatian yang tulus di balik kata-kata itu. "Aku akan berhati-hati, Sebastian. Selama kita bersama, aku yakin kita bisa melewati semuanya."

Mereka berdiri di sana dalam keheningan, tetapi keheningan itu tidak lagi terasa canggung. Sebaliknya, ada pengertian yang dalam dan ikatan yang perlahan mulai terbentuk di antara mereka. Elara tahu bahwa jalan di depan masih panjang, tetapi dengan dukungan Sebastian, dia siap menghadapi apa pun yang datang.

The Villainess BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang