Bab 11: Cobaan Baru

267 16 0
                                    

Sepulangnya dari perjalanan yang penuh kedamaian, Elara mendapati dirinya kembali ke kenyataan yang lebih suram. Istana yang semula terasa seperti rumah perlindungan kini berubah menjadi arena pertempuran baru.

Isabella Nightshade, dengan segala kecantikannya yang angkuh dan niat jahat yang semakin terbuka, tampaknya tak mau membiarkan Elara menikmati perannya sebagai Duchess.

“Kau tidak bisa terus menghindari Isabella,” Lydia memperingatkan Elara suatu pagi saat mereka tengah bersiap untuk menghadiri sebuah pesta penting di istana. “Dia semakin berani, Nyonya.”

Elara mendesah panjang, menggenggam erat sisir perak di tangannya. “Aku tahu, Lydia. Tapi apa yang bisa kulakukan? Dia seperti bayangan gelap yang selalu mengintai, menunggu kesempatan untuk menyerang.”

Lydia, yang selalu setia dan bijaksana, memandang Elara melalui cermin. “Kita harus bersiap, Nyonya. Isabella akan menggunakan setiap celah untuk mendiskreditkan Anda. Saya telah mendengar bisikan-bisikan di antara para pelayan bahwa dia merencanakan sesuatu yang besar.”

Elara merasa jantungnya berdegup lebih cepat. Dia telah merasakan kedamaian saat berada jauh dengan Sebastian, tetapi kini kembali dihadapkan pada intrik yang membuatnya terpojok. “Apa yang bisa kita lakukan, Lydia?”

Sang pelayan tersenyum samar, penuh keyakinan. “Kita akan hadapi dia dengan kecerdasan dan ketenangan. Tidak ada seorang pun yang lebih mengenal cara berpikir Isabella selain saya.”

***

Di malam pesta itu, Isabella memulai serangannya. Dengan anggunnya yang tak terbantahkan, dia berjalan melewati para tamu, menyebarkan kata-kata halus yang membangun keraguan tentang posisi Elara sebagai Duchess.

“Elara, kau harus lihat ini,” bisik Julian Ashford di telinga Elara, sambil menyerahkan segelas anggur kepadanya. Matanya tajam, mencermati Isabella yang sedang berbicara dengan sekelompok bangsawan di sisi lain ruangan.

“Isabella telah menyebarkan rumor bahwa kau tidak layak menduduki posisi ini.”

Elara menahan napas, menatap Isabella yang sedang berbicara dengan senyum licik. Dia sudah menduga hal ini akan terjadi, tetapi mendengar bahwa rumor itu sudah menyebar membuat dadanya sesak.

“Apa yang dia katakan?” tanya Elara, suaranya berusaha tetap tenang.

Julian menghela napas. “Dia bilang bahwa kau tak memahami etiket, tak memiliki pengaruh politik, dan lebih parah lagi, bahwa hubunganmu dengan Sebastian hanyalah formalitas tanpa cinta.”

Kata-kata itu seperti pukulan keras bagi Elara. Dia telah bekerja keras untuk memahami dunia ini, untuk memenangkan hati Sebastian, meski perlahan. Namun kini, Isabella berusaha menghancurkan semuanya dengan satu gerakan.

“Aku harus menghentikannya,” gumam Elara, memutuskan untuk menghadapi Isabella langsung.

Dengan langkah yang mantap, Elara mendekati Isabella. Pesta yang tadinya penuh dengan tawa dan percakapan tiba-tiba hening ketika para tamu menyadari ketegangan yang membara di antara kedua wanita itu.

“Isabella,” sapa Elara dengan suara halus namun tegas, “Aku mendengar kau memiliki banyak hal yang ingin kau sampaikan tentang aku.”

Isabella tersenyum manis, penuh kepura-puraan. “Ah, Elara. Aku hanya mengungkapkan keprihatinanku sebagai seorang teman. Kau tahu, menjadi Duchess bukanlah hal yang mudah.”

Elara menatap Isabella tanpa goyah. “Kau benar. Menjadi Duchess tidak mudah, tapi aku tidak akan membiarkan rumor yang tidak berdasar menjatuhkan posisiku.”

Isabella terkekeh pelan, nadanya tajam. “Kau masih baru di dunia ini, Elara. Kau mungkin tidak mengerti, tapi para bangsawan ini... mereka tidak akan mudah menerima seseorang yang tidak sepenuhnya memahami peran dan tanggung jawabnya.”

Para tamu yang mendengarkan mulai berbisik-bisik, suasana menjadi semakin tegang. Namun Elara tetap berdiri dengan teguh, menolak untuk mundur.

***

Malam itu, dengan bantuan Lydia dan Julian, Elara berhasil mengendalikan kerusakan yang telah ditimbulkan oleh Isabella.

Mereka berdua membantunya merencanakan balasan yang cerdik, yang berhasil membuat Isabella terpojok tanpa perlu mengumbar konflik terbuka.

“Kau luar biasa, Nyonya,” kata Lydia dengan bangga setelah pesta usai. “Isabella tidak menyangka kau akan membalikkan situasi dengan begitu cepat.”

Julian tersenyum simpul, menambahkan, “Kau tidak hanya memenangkan hati para tamu malam ini, Elara, tapi juga menunjukkan bahwa kau lebih kuat dari yang mereka kira.”

Namun, kemenangan itu tidak datang tanpa harga. Ketika Elara kembali ke kamar bersama Sebastian, ketegangan di antara mereka terasa kental. Sebastian, yang menyadari apa yang terjadi, tampak tidak senang.

“Elara, kenapa kau tidak memberitahuku tentang ini lebih awal?” tanya Sebastian dengan nada dingin. “Aku bisa membantumu.”

Elara menatapnya dengan sedikit kebingungan. “Aku tidak ingin kau merasa terganggu dengan masalah seperti ini. Aku bisa menanganinya sendiri.”

Sebastian menghela napas panjang, menatap Elara dengan sorot mata yang sulit diartikan. “Aku menghargai keberanianmu, Elara. Tapi ingat, kita adalah pasangan. Kita harus saling berbagi beban, bukan menanggungnya sendiri-sendiri.”

Kata-kata Sebastian itu, meski diucapkan dengan ketulusan, membuat Elara merasa semakin bersalah. Dia ingin melindungi Sebastian, ingin menunjukkan bahwa dia mampu berdiri sendiri. Namun, kenyataannya justru membuat mereka berdua semakin jauh.

“Maafkan aku, Sebastian,” ucap Elara, suaranya melembut. “Aku hanya tidak ingin kau merasa terbebani.”

Sebastian mendekatinya, menempatkan tangan di pundaknya dengan lembut. “Tidak ada beban yang terlalu berat jika kita hadapi bersama. Hanya saja... aku tidak ingin kehilanganmu dalam proses ini.”

Meskipun malam itu berakhir dengan canggung, Elara menyadari bahwa hubungan mereka, meski menghadapi banyak rintangan, masih memiliki peluang untuk berkembang. Namun, dia tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, dan cobaan yang lebih besar mungkin masih menanti di depan.

The Villainess BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang