Bab 20: Masa Lalu yang Menghantui

63 4 0
                                    

Langit malam di istana Clairmond terasa lebih dingin dari biasanya, seolah-olah meresapi ketegangan yang tak kasat mata di antara dinding-dinding batu yang megah. Di sebuah ruangan tersembunyi, Isabella Nightshade duduk di hadapan meja kerjanya, wajahnya tersenyum puas saat ia membuka sebuah surat yang baru saja tiba. Di tangan Isabella, sebuah rahasia kelam yang dapat menghancurkan seluruh reputasi Sebastian kini tersingkap.

"Jadi, ini adalah kelemahanmu, Duke Sebastian," gumamnya pelan, nadanya penuh kemenangan. Ia membaca ulang surat itu, memastikan bahwa setiap kata yang tertulis di sana adalah kebenaran yang tak terbantahkan. Sebuah insiden di masa lalu—kesalahan fatal yang pernah dibuat oleh Sebastian—dapat menjadi senjata pamungkas untuk menggulingkannya dari posisinya sebagai Duke.

Isabella tahu bahwa jika rahasia ini terungkap, bukan hanya Sebastian yang akan jatuh, tetapi seluruh dinasti Clairmond bisa hancur. Namun, sebelum ia memutuskan untuk menggunakan senjata rahasia ini, Isabella memutuskan untuk mencoba cara lain—cara yang lebih halus, namun lebih menyakitkan. Ia akan memanipulasi Elara, istri Sebastian, dan menggunakan informasi ini untuk memisahkan mereka berdua.

***

Keesokan harinya, Elara sedang menikmati secangkir teh di taman istana, ditemani oleh aroma bunga mawar yang mekar di sekelilingnya. Tiba-tiba, seorang pelayan datang menghampiri dengan tergesa-gesa.

"Duchess, Countess Isabella meminta waktu untuk berbicara dengan Anda. Dia menunggu di ruang duduk," kata pelayan itu, dengan nada hormat.

Elara mengangkat alis, sedikit terkejut dengan permintaan mendadak ini. Ia tahu bahwa Isabella adalah seseorang yang licik dan penuh intrik, namun rasa penasaran membuatnya setuju untuk menemui wanita itu. Setelah beberapa saat, Elara melangkah masuk ke ruang duduk yang luas, di mana Isabella sudah menunggunya dengan senyum lebar.

"Elara, sungguh senang bisa berbicara denganmu di kesempatan yang jarang ini," sapa Isabella, dengan nada yang manis namun sarat dengan niat tersembunyi.

"Apa yang ingin kau bicarakan, Isabella?" tanya Elara langsung, tanpa basa-basi. Ia tahu lebih baik untuk tidak membiarkan Isabella terlalu banyak berbicara tanpa arah.

Isabella tersenyum lebar, seolah-olah dia telah menunggu pertanyaan itu. "Aku hanya merasa bahwa sebagai sesama wanita, kita seharusnya saling membantu. Terutama ketika aku tahu ada sesuatu yang mungkin kau perlu ketahui tentang suamimu."

Elara tetap tenang, meskipun hatinya mulai berdebar dengan kekhawatiran. "Apa maksudmu?"

Isabella menyodorkan sebuah surat kepada Elara. "Sebastian mungkin belum pernah memberitahumu tentang ini. Mungkin, dia ingin melupakan masa lalu. Tapi, aku pikir kau berhak tahu."

Elara membaca surat itu, dan matanya melebar. Isinya adalah tentang insiden yang terjadi bertahun-tahun lalu, sebuah kesalahan yang dilakukan Sebastian yang berpotensi merusak seluruh reputasi dan kepercayaan yang telah ia bangun. Isabella memperhatikan setiap reaksi di wajah Elara dengan sorotan mata yang tajam.

"Kau bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika hal ini terungkap," kata Isabella, suaranya rendah namun penuh arti. "Orang-orang akan kehilangan kepercayaan pada Sebastian, dan itu akan menghancurkan hubungan kalian. Tapi, jika kau mau bekerja sama denganku, kita bisa menemukan solusi yang lebih baik untukmu."

Elara menutup surat itu dengan tenang, wajahnya tidak menunjukkan emosi apa pun. "Terima kasih atas perhatiannya, Isabella. Namun, aku akan memutuskan sendiri apa yang harus kulakukan."

Isabella tampak bingung sejenak, tidak mengharapkan reaksi yang begitu tenang dari Elara. Namun, ia menahan diri untuk tidak menunjukkan kebingungannya. "Tentu saja. Aku hanya ingin membantu."

Elara hanya tersenyum tipis sebelum berdiri. "Aku hargai perhatianmu. Tapi, aku tidak memerlukan bantuanmu dalam hal ini."

Setelah meninggalkan ruangan, Elara tahu bahwa dia harus mengambil langkah cerdas untuk menghadapi situasi ini. Dia tidak akan membiarkan Isabella memenangkan permainan ini.

***

Malam itu, Elara duduk di meja kerja di dalam ruang pribadinya, merenungkan apa yang baru saja dia ketahui. Dia memegang surat yang diberikan oleh Isabella, berpikir keras tentang langkah berikutnya. Elara tahu bahwa dia bisa langsung memberitahu Sebastian, tetapi ada sesuatu yang mengatakan padanya bahwa dia perlu lebih hati-hati.

Dengan pikiran yang tenang, Elara memutuskan untuk menggunakan informasi ini dengan cara yang berbeda. Bukannya menghadapinya dengan kemarahan atau ketakutan, Elara berencana untuk membantu Sebastian mengatasi masa lalunya dan memperbaiki hubungan dengan orang-orang yang mungkin terluka karena kesalahan itu.

Keesokan harinya, Elara mencari Sebastian di ruang kerjanya. Saat ia masuk, Sebastian yang sedang sibuk membaca dokumen, mengangkat pandangannya dan tersenyum pada Elara.

"Ada sesuatu yang ingin kau bicarakan?" tanya Sebastian, menyadari bahwa istrinya tampak serius.

Elara berjalan mendekat, menatapnya dengan lembut. "Ada sesuatu yang perlu kita bicarakan, Sebastian. Tentang masa lalumu."

Sebastian tampak terkejut. "Masa laluku? Apa maksudmu?"

Elara meletakkan surat itu di meja, tepat di depan Sebastian. "Aku tahu tentang insiden itu. Isabella mencoba memanipulasiku dengan informasi ini. Tapi aku tidak akan membiarkannya memisahkan kita."

Sebastian terdiam, menatap surat itu dengan ekspresi yang sulit dibaca. Setelah beberapa saat, ia berkata dengan suara pelan, "Aku tidak pernah ingin kau tahu tentang ini, Elara. Itu adalah masa lalu yang sangat ingin kulupakan."

Elara mengulurkan tangan, menyentuh tangannya dengan lembut. "Sebastian, masa lalu adalah bagian dari kita. Tapi itu tidak mendefinisikan siapa kita sekarang. Kita bisa memperbaiki kesalahan itu bersama-sama."

Sebastian menatap Elara dengan perasaan yang campur aduk antara rasa syukur dan penyesalan. "Kau benar. Aku tidak bisa terus melarikan diri dari masa laluku. Tapi bagaimana caranya?"

Elara tersenyum, matanya bersinar dengan keyakinan. "Kita akan mulai dengan orang-orang yang paling terpengaruh oleh insiden itu. Aku akan membantumu memperbaiki hubungan dengan mereka. Kita akan menghadapi ini bersama-sama."

Di saat itu, Sebastian menyadari bahwa Elara bukan hanya sekadar istri yang dipilihkan untuknya oleh takdir. Dia adalah seseorang yang berdiri di sampingnya, siap untuk menghadapi masa lalu dan masa depan bersama-sama. Mereka bukan lagi dua individu yang berjalan sendirian dalam hidup ini, tetapi pasangan yang kuat, siap menghadapi segala tantangan yang akan datang.

Malam itu, di bawah langit penuh bintang, Sebastian merasakan beban masa lalunya perlahan mulai terangkat. Dan dia tahu, dengan Elara di sisinya, dia bisa menghadapi apa pun—termasuk bayang-bayang kelam yang selama ini menghantuinya.

The Villainess BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang