Bab 6: Penghalang dari Masa Lalu

167 10 0
                                    

Elara duduk di perpustakaan, tenggelam dalam pemikiran. Setelah beberapa minggu mencoba mendekatkan diri dengan Sebastian, dia merasa ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang menghalanginya untuk benar-benar mengenal sang Duke.

Dia merasa perlu memahami akar dari sikap dingin Sebastian, tetapi tidak tahu harus mulai dari mana.

Saat itu, Julian Ashford, seorang bangsawan muda yang sering berkunjung ke istana Blackwood, masuk ke dalam perpustakaan.

Julian selalu ramah dan sopan, dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya. Namun, Elara tahu bahwa di balik senyum itu, Julian memiliki ketertarikan khusus padanya, sesuatu yang selalu dia coba abaikan.

"Elara, kau tampak begitu serius. Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Julian dengan nada yang penuh perhatian.

Elara tersenyum lemah. "Julian, aku merasa ada sesuatu tentang masa lalu Sebastian yang aku belum ketahui. Aku ingin membantunya, tapi aku tidak tahu harus mulai dari mana."

Julian duduk di kursi di sebelahnya, menyandarkan tubuhnya sedikit ke depan. "Sebastian adalah orang yang tertutup. Tidak banyak yang tahu tentang masa lalunya, bahkan di kalangan bangsawan. Namun, aku mendengar beberapa desas-desus saat aku kecil."

Mata Elara berbinar. "Kau tahu sesuatu, Julian?"

"Sedikit," jawab Julian dengan nada ragu. "Aku mendengar bahwa masa kecilnya tidak mudah. Ada rumor tentang sebuah tragedi yang terjadi ketika dia masih sangat muda. Mungkin itu yang menyebabkan dia menjadi seperti sekarang."

Elara memandang Julian dengan penuh harap. "Bisakah kau membantuku mencari tahu lebih banyak?"

Julian terdiam sejenak, memandang Elara dengan tatapan yang sulit diartikan. "Elara, kau tahu aku akan melakukan apa pun untukmu. Tapi kau harus berhati-hati. Mengungkit masa lalu Sebastian bisa berbahaya."

Elara mengangguk. "Aku mengerti. Tapi aku tidak bisa diam saja. Aku ingin membantunya."

Julian akhirnya menghela napas dan mengangguk. "Baiklah. Aku akan melihat apa yang bisa aku temukan."

***

Beberapa hari kemudian, Julian kembali menemui Elara di taman istana, di tempat mereka biasa bertemu. Wajahnya tampak serius, dan Elara bisa merasakan bahwa informasi yang dia bawa tidaklah ringan.

"Elara," Julian memulai, "Aku berhasil mendapatkan beberapa informasi dari seorang pelayan tua yang dulu bekerja di keluarga Blackwood. Apa yang aku dengar... cukup mengejutkan."

Elara menahan napas. "Ceritakan padaku, Julian."

Julian mengambil jeda sejenak sebelum melanjutkan, "Saat Sebastian masih kecil, keluarganya mengalami tragedi besar. Ayahnya, Duke sebelumnya, tewas dalam sebuah kecelakaan yang mencurigakan. Ibunya, karena kesedihan yang mendalam, jatuh sakit dan meninggal tidak lama kemudian. Sebastian menyaksikan semuanya, dan sejak saat itu, dia berubah. Dia menutup diri dari dunia, menolak semua bentuk kasih sayang."

Elara terdiam, hatinya dipenuhi rasa simpati yang mendalam. Dia tidak pernah membayangkan bahwa Sebastian menyimpan luka sebesar itu. "Itu sebabnya dia selalu terlihat begitu dingin dan tak terjangkau," gumamnya.

Julian mengangguk. "Dia membangun dinding di sekeliling hatinya, menolak siapa pun yang mencoba mendekat. Dia takut kehilangan lagi, takut merasakan sakit yang sama."

Elara merasa hatinya remuk mendengar cerita itu. "Aku tidak tahu bahwa dia melalui hal seberat itu. Bagaimana aku bisa membantunya?"

Julian menatap Elara dengan penuh kelembutan. "Kau harus bersabar, Elara. Tunjukkan padanya bahwa kau ada di sini, bahwa kau tidak akan meninggalkannya, tidak peduli seberapa sulitnya. Tapi jangan paksa dia untuk membuka diri sebelum dia siap."

***

Malam itu, Elara merenung di kamar tidur mereka, memikirkan apa yang baru saja dia ketahui. Di ranjang besar itu, Sebastian sudah tidur di sisi lain, wajahnya tenang tetapi tampak begitu jauh. Elara merasa harus melakukan sesuatu, tetapi dia tahu ini adalah hal yang sensitif.

Dengan hati-hati, dia bergeser mendekat, duduk di tepi ranjang. "Sebastian," bisiknya pelan, meskipun dia tahu suaminya mungkin tidak mendengar.

Namun, Sebastian tiba-tiba membuka matanya, menatapnya dengan pandangan waspada. "Ada apa, Elara?" suaranya dalam dan sedikit serak.

Elara tersenyum lembut, meskipun dia tahu senyum itu tidak bisa sepenuhnya menyembunyikan perasaan yang ada di dalam hatinya. "Aku hanya ingin kau tahu, aku ada di sini untukmu. Apa pun yang terjadi, aku tidak akan pergi ke mana pun."

Sebastian tampak bingung, tetapi kemudian dia mengalihkan pandangannya, kembali menatap langit-langit. "Kau tidak tahu apa yang kau katakan."

"Tidak," jawab Elara, kali ini dengan suara yang lebih tegas. "Aku tahu apa yang aku katakan. Kau tidak sendirian, Sebastian. Aku tahu kau telah melalui banyak hal, dan aku tidak meminta kau untuk membuka dirimu sekarang. Tapi... ketika kau siap, aku akan ada di sini."

Sebastian tidak memberikan tanggapan, tetapi Elara bisa melihat ada sesuatu yang berubah dalam matanya. Mungkin tidak banyak, tetapi itu adalah permulaan.

Dengan hati-hati, Elara mengulurkan tangan, menyentuh tangan Sebastian yang dingin. Dia merasakan detak jantungnya semakin cepat, tetapi dia tidak menarik tangannya. Perlahan, Sebastian menoleh dan menatap Elara, dan dalam momen singkat itu, ada sesuatu yang melunak di dalam dirinya.

"Terima kasih," bisik Sebastian, nyaris tidak terdengar, tetapi itu sudah cukup bagi Elara.

Dengan senyum yang lebih tulus, Elara mengangguk. "Selalu."

Mereka berdua terdiam, tetapi dalam keheningan itu, ada pemahaman baru yang tumbuh di antara mereka.

Mungkin jalan ke depan masih panjang dan penuh tantangan, tetapi Elara tahu bahwa dia telah mengambil langkah pertama untuk menyembuhkan luka lama yang telah lama terpendam di hati Sebastian.

The Villainess BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang