Bab 8: Kejutan Manis

140 9 0
                                    

Di pagi hari yang cerah, Lydia sedang sibuk di dapur, mengatur berbagai persiapan. Wajahnya memancarkan semangat, dan setiap gerakannya penuh kehati-hatian.

Dia telah merencanakan sesuatu yang spesial untuk tuan besar mereka, Sebastian. Ulang tahunnya akan tiba, dan meskipun dia terkenal tidak peduli dengan hal-hal semacam itu, Lydia percaya bahwa kali ini mungkin berbeda.

Elara memasuki dapur, mendapati Lydia sedang memeriksa kue-kue kecil yang berjejer di atas meja. “Lydia, apa yang sedang kau lakukan?” tanyanya dengan penuh rasa ingin tahu.

“Nyonya, saya berencana untuk membuat kejutan kecil untuk ulang tahun Duke Sebastian,” jawab Lydia sambil tersenyum. “Saya berharap, dengan sedikit usaha, hati tuan besar kita bisa sedikit melunak.”

Elara tersenyum lembut, matanya bersinar dengan ide-ide. “Kau benar, Lydia. Mungkin inilah saatnya untuk mencoba mendekatinya dengan cara yang berbeda.”

“Apa Anda punya rencana, Nyonya?” tanya Lydia dengan antusias.

Elara mengangguk. “Ya, aku akan membuatnya lebih personal. Sesuatu yang akan mengingatkannya pada kenangan indah dari masa kecilnya. Itu mungkin akan membuka hati yang selama ini ia kunci.”

***

Elara memutuskan untuk menyiapkan sesuatu yang lebih dari sekadar pesta kecil. Dia ingin menghadirkan kenangan yang mungkin sudah lama dilupakan oleh Sebastian. Dengan bantuan Lydia, Elara mulai menyusun rencana yang rumit namun bermakna.

Di malam hari, setelah memastikan Sebastian tertidur, Elara dan Lydia bekerja dalam diam. Mereka mengubah ruangan kerja Sebastian menjadi sebuah ruangan kecil yang dipenuhi dengan benda-benda dari masa kecilnya. Elara telah mengumpulkan informasi dari berbagai sumber tentang hal-hal yang dulu disukai Sebastian—mainan kayu kecil, buku-buku cerita bergambar, dan bahkan makanan favoritnya saat masih kecil.

“Ini dia, Nyonya,” kata Lydia sambil meletakkan kotak kecil di atas meja. “Mainan kesayangan tuan Sebastian yang saya temukan di gudang.”

Elara memandangi kotak itu, teringat akan cerita yang pernah didengarnya dari Julian Ashford tentang masa kecil Sebastian yang sulit. “Aku harap ini bisa membawa sedikit kebahagiaan padanya, Lydia.”

Pagi harinya, saat Sebastian masuk ke ruangan kerjanya, dia terkejut melihat perubahan yang terjadi.

Mata dinginnya melirik sekeliling ruangan, melihat benda-benda yang begitu asing namun akrab di saat bersamaan. Ada secarik surat yang tergeletak di meja, ditulis dengan tulisan tangan yang rapi.

“Sebastian, ini mungkin terlihat kekanak-kanakan, tapi aku ingin kau merasakan kebahagiaan kecil, seperti saat kau masih kecil. Selamat ulang tahun. Dari, Elara.”

Sebastian memegang surat itu dengan ekspresi tak terbaca, namun di dalam hatinya, ada kehangatan yang perlahan mulai muncul. Dia menyentuh mainan kayu kecil yang ada di meja, mengingat saat-saat dia dulu memainkannya bersama mendiang ibunya.

***

Elara menunggu dengan cemas di ruang tamu. Dia tidak tahu bagaimana reaksi Sebastian terhadap kejutan tersebut.

Mungkin dia akan marah, menganggapnya sebagai hal yang tidak perlu. Mungkin juga dia akan mengabaikan usahanya begitu saja.

Namun, ketika Sebastian akhirnya muncul, dia terlihat tenang, bahkan lebih lembut dari biasanya. Dia berjalan mendekati Elara, lalu berhenti di depannya.

“Elara,” panggilnya dengan suara rendah.

“Ya?” Elara menjawab dengan nada yang penuh harap.

Sebastian menatapnya dalam-dalam sebelum mengangguk kecil. “Terima kasih untuk semuanya. Ini… sangat berarti.”

Elara terkejut mendengar kata-kata itu. Sebastian tidak pernah menunjukkan rasa terima kasihnya secara langsung.

Meskipun kata-katanya singkat, Elara tahu betapa sulitnya bagi Sebastian untuk mengungkapkannya. Ada kehangatan yang tersirat dalam suara dinginnya yang biasanya penuh ketidakpedulian.

Elara tersenyum lembut. “Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku peduli padamu, Sebastian. Kita mungkin memulai dengan cara yang salah, tetapi aku ingin kita bisa menjadi lebih dekat.”

Sebastian tidak menjawab, tetapi ada secercah senyuman di sudut bibirnya yang sulit dideteksi. Dia lalu mengulurkan tangannya, membelai rambut Elara dengan lembut.

Itu adalah gerakan yang sangat kecil, hampir tidak terlihat, tetapi itu adalah bentuk kehangatan yang tulus.

“Jangan berharap aku akan berubah begitu cepat,” katanya sambil tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan rasa malunya.

Elara tertawa kecil, merasakan kehangatan dalam hatinya. “Aku tidak meminta banyak, Sebastian. Hanya langkah kecil seperti ini sudah lebih dari cukup.”

Mereka berdua kemudian duduk bersama di ruang tamu, berbicara tentang hal-hal kecil yang jarang mereka bahas sebelumnya.

Ada kehangatan yang tumbuh di antara mereka, seolah-olah jarak yang selama ini memisahkan mereka mulai mencair.

Elara menyadari bahwa meskipun perjalanan mereka masih panjang, ada harapan yang lebih besar untuk masa depan mereka bersama.

Hari itu, untuk pertama kalinya, Elara merasakan kebahagiaan yang tulus dalam pernikahannya dengan Sebastian. Meski hubungan mereka masih rapuh, kejutan kecil itu telah membuka pintu menuju sesuatu yang lebih indah.

The Villainess BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang